Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Obesitas adalah masalah kesehatan yang dapat terjadi akibat pola makan tidak sehat atau gaya hidup tidak teratur yang orang dewasa biasa lakukan. Namun tidak menutup kemungkinan balita pun bisa mengalami obesitas. Lalu bagaimana cara mengukur untuk mengetahui seseorang dikategorikan obesitas?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir www.mayoclinic.org, Body Mass Index (BMI) merupakan indeks massa tubuh yang sering digunakan untuk mendiagnosis obesitas. Ada dua cara menghitung BMI, yaitu:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Kalikan berat badan dalam pon dengan 703, dibagi tinggi badan dalam inci lalu dibagi lagi dengan tinggi badan dalam inci.
2. Bagi berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter kuadrat.
Apabila BMInya di bawah 18.5 menandakan status berat badan kurang, sementara 18,5 sampai 24,9 menunjukkan status berat normal. Adapun kegemukan, indeks massa tubuhnya adalah 25,0 sampai 29,9. Jika sudah 30,0 atau lebih, ini menandakan status berat obesitas. Yang mana bagi orang Asia dengan BMI 23 atau lebih bisa jadi risiko masalah kesehatannya meningkat.
BMI memberikan perkiraan yang masuk akal terkait lemak tubuh bagi kebanyak orang. Namun beberapa orang seperti atlet berotot bisa jadi BMInya masuk kategori obesitas walau tidak mempunyai kelebihan lemak tubuh. Hal ini karena BMI tidak secara langsung mengatur lemak tubuh.
Mengukur lingkar pinggang juga dilakukan banyak dokter untuk membantu membuat keputusan pengobatan. Masalah berat badan lebih sering terjadi pada pria yang lingkar pinggangnya lebih dari 40 inci atau 102 cm. Sementara pada wanita ukuran lingkar pinggang bisa mencapai 35 inci bahkan lebih atau sekitar 89 cm.
Obesitas merupakan penyakit kompleks yang melibatkan kelebihan lemak tubuh. Mengutip www.who.int, obesitas adalah akumulasi lemak abnormal yang dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan. Kelebihan berat badan dapat dinilai dari BMInya yang lebih dari 25, sedangkan indeks massa tubuh 30 lebih dianggap obesitas. Masalah terkait obesitas ini sudah berkembang menjadi epidemi.
Tingkat kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa terus meningkat. Dari 1975 sampai 2016, prevalensi orang kelebihan berat badan atau obesitas meningkat lebih dari empat kali lipat menjadi 18 persen secara global yang mulanya hanya empat persen. Ini terjadi pada anak-anak dan remaja dengan usia lima hingga 19 tahun. Pada tahun 2017, lebih dari empat juta orang meninggal dunia akibat kelebihan berat badan atau obesitas menurut Global Burden of Disease.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.