Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Selain cita rasanya yang manis dan menyegarkan, pemanis buatan juga cenderung mudah didapat, murah, dan menawarkan jenis rasa yang bermacam-macam. Namun, bagaimana jika mengonsumsinya terlalu sering? Berikut ini adalah akibat-akibat yang sering kali dikaitkan dengan pemanis buatan:
1. Meningkatkan berat badan
Pemanis buatan disebut-sebut lebih baik daripada gula karena tidak mengandung kalori. Di sisi lain, terdapat studi yang mengatakan sebaliknya. Ketiadaan kalori dalam pemanis buatan malah mengecoh kerja otak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikarenakan tidak ada kalori yang masuk ke tubuh, otak menganggap bahwa tubuh masih lapar dan membutuhkan asupan makanan lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tetapi, dikutip dari Healthline, ada juga studi yang menunjukkan bahwa pemanis buatan tidak menyebabkan tubuh merasa lapar dan mendorong mengonsumsi lebih banyak kalori.
2. Meningkatkan risiko kanker
Penelitian yang dilakukan pada 1970 mendapati seekor tikus mengidap kanker setelah diberi banyak cyclamate atau salah satu jenis pemanis buatan. Berlainan dengan temuan tersebut, National Cancer Institute mengungkapkan bahwa tidak ada bukti saintifik terkait keterkaitan itu. Lebih lanjut, tikus dan manusia dapat memberikan respons yang berbeda akan pemanis buatan.
3. Memicu sindrom metabolik
Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan RI, sindrom metabolik adalah kumpulan kondisi medis, seperti kadar kolesterol, tekanan darah, dan gula darah yang tinggi, serta penumpukan lemak berlebih di perut. Pemanis buatan ditengarai sebagai pemicu sindrom metabolik yang berbahaya bagi manusia.
Dilansir dari Healthline, nyatanya pemanis buatan tetap aman bagi tubuh dan tidak membahayakan sistem metabolisme. Sebab tidak ada studi yang benar-benar membuktikan anggapan tersebut.
VIOLA NADA HAFILDA