Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Telinga kecil atau mikrotia merupakan kelainan bawaan atau dikenal sebagai kelainan kongenital karena adanya gangguan perkembangan ketika janin. Spesialis telinga hidung tenggorokan Prof Dr dr Mirta H. Reksodiputra, Sp.THT-BKL, Subsp.FPR(K) mengatakan orang dengan telinga kecil hanya di satu sisi masih bisa berkomunikasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Paling banyak kasusnya mikrotia satu sisi. Kalau telinga satunya normal, jadi enggak usah khawatir karena proses komunikasi bisa berjalan," kata lulusan Universitas Indonesia itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Daun telinga memiliki ukuran batas normal dan saat ditemukan ukuran telinga lebih kecil daripada seharusnya berdasarkan usia, maka itu disebut mikrotia atau telinga kecil.
"Selain ukuran telinga yang kecil, ada juga bagian-bagian yang merupakan karakteristik dari telinga misalnya lengkungan yang tidak terbentuk sempurna sehingga disebut telinga kecil," ujar anggota Perhimpunan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Indonesia (PERHATI-KL) itu.
Mirta menjelaskan pasien mikrotia bisa saja masih terbentuk liang telinganya sehingga masih bisa mendengar. Liang telinga atau saluran telinga yang berbentuk seperti huruf S berfungsi menentukan arah lokasi suara, mengumpulkan, dan menyalurkan gelombang suara ke gendang telinga.
"Tidak selalu orang dengan mikrotia itu tidak terbentuk liang telinganya. Namun kalau sampai liang telinga tidak terbentuk, besar kemungkinan akan ada gangguan pendengaran. Kalau tidak terbentuk liang telinga, sudah pasti ada tuli konduktif tetapi belum tentu ada tuli saraf (gangguan telinga lebih dalam). Cek pendengarannya dengan modalitas-modalitas yang ada," saran Mirta.
Dibuat liang telinga
Karena itu, saat orang diketahui memiliki telinga kecil, tenaga kesehatan harus mengevaluasi bagaimana liang telinga pasien. Umumnya, pasien mikrotia dengan kondisi tidak terbentuknya liang telinga akan diminta melakukan skrining untuk pendengaran, biasanya saat berusia 6 bulan.
Pemeriksaan termasuk CT-scan untuk mengetahui rencana yang akan dilakukan kepada pasien. Kemudian, yang tidak terbentuk liang telinga ini akan dievaluasi apakah dia kandidat yang baik untuk dibuat liang telinga demi meningkatkan ambang dengarnya.
"Karena tidak semua kandidat bisa dibuat liang telinga. Kalau ternyata tulang-tulang di dalam telinga tengah tidak terbentuk dengan sempurna, kemungkinan kalau dibuat lubang tidak akan meningkatkan ambang dengarnya. Tata laksana yang bisa dilakukan yakni membuat rangka telinga untuk mikrotianya," jelas Mirta.
Pilihan Editor: Jaga Keseimbangan Tubuh denga Pelihara Kesehatan Telinga