Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perempuan pejuang nasional punya kisah menarik dan menggugah. Kisah ini pun unik, berbeda dari kompatriot laki-lakinya. Tidak hanya berjuang melawan penjajah asing, mereka pun mesti melewati kekangan patriarki di kebudayaannya sendiri. Untuk merawat ingatan bangsa akan perjuangan mereka, film adalah salah satu media terbaik.
Untuk itu, film pun membutuhkan aktris-aktris yang mumpuni dalam memerankan para pembela bangsa. Tidak hanya sekadar kemiripan wajah, akan tetapi perlu keteguhan hati dan kedalaman jiwa. Disarinan dari berbagai sumber, berikut ini adalah tiga nama aktris perempuan Tanah Air yang berhasil memerankan pejuang perempuan nasional:
Yenny Rachman - Kartini (1982)
Yenny Rachman, aktris berdarah Aceh, Tionghoa, dan Madura ini memerankan Kartini sebab ajakan Sjumandjaja, sang sutradara film. Dalam sebuah wawancara, ia pun mengatakan bahwa sifat dan karakter Kartini itu juga tidak gampang, perlu adaptasi cukup lama.
The Queen of Indonesian Cinema ini mendapatkan banyak pujian sebab peran tersebut. Kritikus menyatakan bahwa karakternya mampu menghidupkan semangat perjuangan emansipatoris asal Jepara. Hanya saja, piala citra, sayang sekali, tidak mampir ke tangannya sebab terdapat dialog Kartini berbahasa Belanda didubbing orang lain.
Sementara itu, film yang berdurasi selama 163 menit ini meraih total delapan Piala Citra pada tahun 1983, termasuk film terbaik, dan naskah asli terbaik. Naskah asli itu merupakan saduran dari buku Biografi Kartini karya Sitisoemandari Soeroto.
Christine Hakim - Tjoet Nya Dien (1988)
Aktris kelahiran Kuala Tungkal ini berperan sebagai Cuk Nyak Dien dalam film berjudul sama. Dalam memerankan pejuang gerilya Aceh itu, ia menghabiskan waktu riset selama tiga tahun. "Apa yang dirasakan Cut Nyak Dhien, apa yang dipikirkan beliau. Saya harus transform menjadi Cut Nyak Dien, itu berat sekali," ujar Christine Panjaitan.
Waktu yang sama pun dibutuhkannya untuk melupakan penokohannya setelah filmya tayang perdana. "Mana bisa pergi ke mal, tidur di hotel aja aku enggak bisa, enggak enak lihat tembok putih gini," kenangnya akan masa-masa tersebut.
Atas penampilan dan jerih payahnya, Ia pun dianugerahi piala citra untuk pemeran perempuan terbaik pada tahun 1988. Secara umum, film yang berkisah soal kehidupan Cuk Nyak Dien sejak kematian suaminya sampai penangkapannya ini mendapatkan sembilan piala citra termasuk gelar paling prestisiusnya, film panjang terbaik.
Dian Sastrowardoyo - Kartini (2017)
Dian Sastrowardoyo memerankan Kartini dalam film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Ia memang mengidolai tokoh emansipasi asal Jepara itu. "kutipan-kutipan RA Kartini selalu relevan dengan kondisi kita sekarang, banyak banget yang sangat humanis dan banyak yang bisa menjadi penyemangat dalam hidup," ujarnya.
Ia pun memaknai Hari Kartini sebagai momen untuk saling menguatkan satu sama lain. "Jadi, apapun kondisi kita sekarang, mari kita rayakan Hari Kartini ini dengan saling mendukung, terus berkarya, dan pastinya dengan terus membaca dan membaca lagi! Terutama membaca tulisan tulisan beliau- idola kita semua- RA Kartini," tulisnya.
Film ini merupakan film ketiga yang mengangkat kisah pahlawan perempuan. Film biopik Kartini ini pun masuk dalam sepuluh film terlaris Indonesia pada pekan pertama penayangan. Selain itu, film Kartini yang dibintangi Dian Sastro menyabet satu penghargaan FFI.
PRAMODANA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini