Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

hiburan

Legenda di Balik Nama Pulau Senoa di Natuna

Nama Pulau Senoa ini diambil dari kata "senua" yang dalam bahasa lokal berarti berbadan dua.

19 Mei 2024 | 17.33 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Jika berkunjung ke Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, jangan lupa singgah ke Pulau Senoa atau Senua. Pulau ini berada di Laut Cina Selatan, berbatasan langsung dengan Malaysia dan Vietnam. Dari daratan utama Natuna, pulau ini bisa dicapai menggunakan kapal dengan waktu tempuh sekitar 30-40 menit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain terumbu karang dan pasirnya yang indah, pulau ini menarik karena bentuknya. Menurut Reynaldo, salah satu pengurus geopark di Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna, Pulau Senoa berbentuk seperti orang berbaring dengan perut buncit. Itu sebabnya, pulau ini juga sering disebuat dengan Pulau Berbadan Dua.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di balik bentuknya yang unik itu, ada legenda yang populer di kalangan masyarakat setempat. Nama pulau ini diambil dari kata "senua" yang dalam bahasa lokal berarti berbadan dua.

Reynaldo mengatakan, pada zaman dahulu, konon ada sepasang suami istri bernama Mai Lamah dan Baitusen yang datang ke sebuah pulau. Awalnya, mereka tidak punya apa-apa. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka dibantu oleh penduduk pulau tersebut sampai akhirnya Baitusen menemukan dan membudidayakan teripang yang ternyata harganya mahal. 

"Akhirnya banyak yang datang untuk membeli, lalu keduanya menjadi saudagar kaya," kata dia.

Namun, sepasang suami istri ini sombong. Reynaldo menceritakan, keduanya tidak mau membantu tetangga yang dulu menolong mereka. Akhirnya, saat Mai Lamah hamil dan hendak melahirkan, tidak satu pun tetangga yang mau membantu. Mai Lamah pun pergi ke pulau seberang untuk melahirkan.

Saat naik kapal, ia membawa semua perhiasan dan uangnya. Tanpa diduga, kapal yang ia tumpangi disapu ombak hingga terbalik dan akhirnya tenggelam. Ia sempat menyelamatkan diri ke tepian daerah Bunguran. Namun karena kekikiran dan kesombongannya, ia tidak diterima di sana. 

"Akhirnya, dia mengeras dan jadi batu dalam keadaan hamil," kata Reynaldo mengakhiri kisahnya.

Reynaldo mengatakan, legenda ini dipercaya masyarakat setempat berkaitan dengan Pulau Senoa Natuna yang terlihat seperti orang berbaring dengan perut membuncit.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus