Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

hiburan

Makna dan Tujuan Upacara Metatah, Prosesi Potong Gigi Umat Hindu di Bali

Upacara metatah atau potong gigi umat Hindu di Bali bermakna sebagai simbol untuk hilangkan Sad Ripu yakni enam musuh dalam diri manusia. Apa itu?

19 November 2024 | 06.19 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Upacara metatah atau potong gigi merupakan upacara spiritual yang penting dalam kehidupan umat Hindu di Bali. Upacara ini bermakna menghilangkan kotoran dalam diri sehingga menemukan hakikat manusia yang sejati, serta menandakan bahwa seorang remaja telah dewasa dan dapat mengendalikan hawa nafsunya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Upacara potong gigi ini memiliki beberapa istilah seperti matatah, mapandes, dan masangih. Istilah matatah sebagaimana yang disebutkan dalam lontar Dharma Kahuripan menyatakan bahwa matatah, berasal dari kata tatah yang artinya pahat. Konteks pahat dalam hal ini bermakna sebagai suatu simbol untuk menghilangkan Sad Ripu yakni enam musuh dalam diri manusia. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lebih lanjut, dilansir dari unair.ac.id, metatah memiliki beragam makna dan arti. Pertama, sebagai simbol adanya peningkatan status dari anak berubah dewasa. Hal ini berarti anak telah memiliki nilai-nilai budi pekerti yang diperlukan di masa remaja sebagai sarana pembentukan kepribadian. 

Kedua, memenuhi kewajiban orangtua karena telah mendapatkan kesempatan untuk beryadnya (menumbuhkembangkan kepribadian anak) sehingga menjadi anak yang berbakti dan menurut. 

Ketiga, seseorang yang telah diupacarai menjadi suci akan lebih mudah menghubungkan dirinya dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa sehingga saat terlah dewasa, Atma (roh suci) akan bertemu      

Adapun tujuan dari pelaksanaan upacara ini, dilansir dari jurnal.stahnmpukuturan.ac.id, dijabarkan beberapa tujuan dari upacara potong gigi, yaitu sebagai berikut:

  • Menghilangkan kotoran diri dalam wujud kala, bhuta, pisaca dan raksasa dalam artian jiwa dan raga diliputi oleh watak Sad Ripu, sehingga dapat menemukan hakekat manusia yang sejati.
  • Untuk dapat bertemu dengan roh bapak dan ibu di sorga yang telah berwujud suci.
  • Untuk menghindari hukuman di alam neraka yang dijatuhkan nanti oleh Bhatara Yamadhipati berupa menggit pangkal bambu petung.
  • Untuk memahami kewajiban orang tua kepada anaknya guna menemukan hakekat manusia sejati.

Upacara potong gigi ini dilakukan oleh umat Hindu di Bali yang telah mengalami masa pubertas, lebih lanjut prosesi ini akan dilakukan pada empat gigi seri dan dua gigi taring kanan dan kiri rahang atas, dilakukan pemahatan sebanyak tiga kali, pengasahan, dan perataan.

Sudut Pandang Medis

Di sisi lain, dilansir dari artikel berjudul "Mesangih: Tradisi Potong Gigi Masyarakat Hindu Bali" pada dunia kedokteran gigi, tindakan medis serupa dengan tradisi metatah disebut dengan occlusal adjustment dengan teknik selective grinding. Prosedur ini dilakukan untuk mengurangi atau mengilangkan kontak gigi yang mengganggu dan menimbulkan ketidakharmonisan pada saat terjadi oklusi sentris. Proses ini dilakukan untuk memperbaiki bentuk agar dapat berfungsi dengan baik. Setelah dilakukan proses ini, dilakukan polishing untuk mengindari retensi plak dan menghaluskan anatomi permukaan gigi.

Sementara itu, menurut penelitian yang dilakukan oleh Widayanti pada 2010 menunjukan bahwa, terdapat 85 persen responden yang memiliki keluhan setelah melakukan tradisi potong gigi di mana seluruh responden mengeluhkan lebih dari satu keluhan.

Secara anatomis, gigi memiliki struktur yang terdiri atas enamel, dentin, pulpa, dan sementum. Enamel merupakan salah satu jaringan terkuat dalam tubuh manusia. Sayangnya, tradisi potong gigi berpotensi untuk memberikan dampak kerusakan pada enamel gigi. Enamel memiliki dua lapisan yaitu lapisan luar dan lapisan dalam.

Apabila sanggih (orang yang mengasah gigi) mengasah menggunakan kikir mengenai lapisan yang dalam, peserta pasti akan merasakan ngilu yang hebat. Oleh karena itu, proses metatah harus juga memperhatikan ketebalan enamel. Dianjurkan untuk mengasah gigi tidak lebih dr 2 mm. Memotong atau mengikir gigi dapat mempercepat pengikisan lapisan enamel sehingga dentin terbuka dan menyebabkan gigi menjadi lebih sensitif.

Pada saat proses pengikiran, terjadi pergesekan gigi dengan benda keras (kikir) yang juga menyebabkan getaran. Apabila gigi tidak disokong oleh jaringan penyangga atau gusi yang sehat dan kuat, maka gigi dapat berotasi bahkan menjadi goyang. Oleh karena itu, sanggih dapat melakukan gerakan yang tidak terlalu menekan dan menggerakan kikir dengan satu arah agar terhindar dari gerakan yang merusak gusi.

Perlu diingat, gigi seri dikikir terlalu banyak, fungsinya untuk memotong makanan bisa berkurang dan menjadi tidak tajam lagi sedangkan apabila gigi taring dikikir terlalu banyak, fungsinya untuk mengiris makanan juga dapat berkurang.

Penting pula untuk menjaga kondisi jaringan gigi tetap sehat sebelum dilakukan acara potong gigi. Sebelum metatah disarankan untuk menggosok gigi secara rutin, menggosok dengan waktu serta teknik yang benar, dan membersihkan karang gigi. Setelah metatah juga tidak dianjurkan untuk minum dan makan yang terlalu panas atau dingin karena setelah pengikiran, dentin akan terbuka dan gigi menjadi sensitif. Hal ini menyebabkan rasa ngilu atau nyeri.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus