Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Taman satwa liar kelima di Singapura, Rainforest Wild Asia, akan dibuka pada Maret 2025, di Mandai Wildlife Reserve. Fase pertama taman baru yang dapat diakses melalui Mandai Wildlife West ini terinspirasi dari perjalanan melintasi hutan hujan. Wisatawan akan dibawa menjelajahi beragam jalur dan memungkinkan bertemu satwa liar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
CEO Mandai Wildlife Group, Mike Barclay, mengatakan Rainforest Wild Asia memungkinkan wisatawan memilih tingkat petualangan saat menjelajahi suasana hutan hujan. Baik melalui jalan setapak yang dirancang secara universal, atau jalur yang memacu adrenalin seperti pendakian dengan berpemandu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Taman terbaru kami merayakan hutan hujan di wilayah kami, yang merupakan rumah bagi beragam keajaiban alam,” katanya seperti dikutip dari situs resmi suaka margasatwa tersebut, Minggu 10 November 2024.
Mike menjelaskan, dalam taman hutan hujan tersebut, wisatawan dapat merasakan berbagai lapisan hutan hujan, mulai dari kanopi pohon hingga labirin bawah tanah melalui ruang-ruang gua. Taman ini juga dirancang untuk memungkinkan hewan-hewan ikois berkeliaran di habitat yang luas.
"Kami berharap dapat menciptakan rasa keterhubungan yang kuat dengan alam dan tekad untuk menghargai serta melindungi planet kita," katanya.
10 zona berbeda
Rainforest Wild Asia memiliki 10 zona berbeda di lahan seluas 13 hektar. Untuk melengkapi kawasan lindung hutan hujan yang sudah ada, sebanyak hampir 7.000 pohon dan semak di Asia Tenggara telah ditanam. Taman ini akan dihuni 29 spesies hewan ikonik, termasuk spesies baru di Singapura, seperti lutung François yang terancam punah dan rusa tutul Filipina.
Untuk pertama kalinya habitat fleksibel akan diperkenalkan dalam hutan ini, jadi hewan tertentu akan ditamplkan pada waktu yang berbeda-beda dalam sehari. Dengan habitat yang dinamis dapat mendorong perilaku alami satwa sekaligus memungkinkan pengunjung mengamati perilaku tersebut.
Saat memasuki taman ini wisatawan akan menavigasi petulangan hutan hujan berlapis-lapis. Dengan memperhatikan isyarat dari alam sekitar, wisatawan dapat belajar mencari satwa liar yang tersembunyi di antara pepohonan dan dedaunan. Misalnya di zona The Karsts, tempat formasi batu kapur bergerigi mengintip melalui kanopi. Di sini, wisatawan dapat melihat primata berayun, melompat dan melintasi lingkungan.
Atau melihat harimau Malaya yang karismatik di Rock Cascade, setelah merunduk di bawah pohon tumbang atau memanjat batang kayu saat turun ke Lantai hujan. Perjalanan akan berakhir di The Cavern, yang terinspirasi Gua Mulu di Sarawak. Berkolaborasi dengan Departemen Kehutanan Sarawak, kawasan ini menciptakan kembali formasi batuan kuno Gua Mulu.
Ke depannya, taman nasional ini berencana untuk diperluas dengan Rainforest Wild Africa, yang akan mereplikasi beragam ekosistem di wilayah Afro-Tropis dan Madagaskar.
Panduan untuk wisatawan
Rainforest Wild Asia tidak hanya untuk wisatawan pecinta alam, tapi juga untuk keluarga multi-generasi hingga penjelajah yang energik. Disarankan menggunakan sepatu yang nyaman agar dapat menjelajahi semua zona di taman ini.
Jalan setapak yang lebar dan tinggi memberikan akses bagi semua orang termasuk keluarga dengan kereta bayi dan pengguna kursi roda. Sedangkan bagi penyuka tantangan bisa menjelajah jalur hutan yang dipenuhi kayu-kayu tumbang, batu-batu besar, sungai dan jembatan. Atau dengan tur berpemandu melintasi permukaan batu, lompatan terjun bebas dan petualangan gua yang menantang.