Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
PT Toba Pulp Lestari diduga menjual bubur kertas ke perusahaan
Sukanto Tanoto menjual saham PT Toba Pulp Lestari ke perusahaan miliknya sendiri.
Saat pertama berdiri, PT Toba Pulp Lestari bernama PT Inti Indorayon Utama.
GEDUNG lima lantai itu berdiri di tengah area pabrik PT Toba Pulp Lestari Tbk di Porsea, Toba Samosir, Sumatera Utara. Jebol sebagian dindingnya, PT Toba Pulp hanya memfungsikan lantai satu gedung sebagai area gudang dan untuk menaruh mesin genset. “Gedung itu kantor perusahaan saat masih bernama PT Inti Indorayon Utama,” ujar Kepala Hubungan Masyarakat PT Toba Pulp Lestari Norma Patty Andini Hutajulu saat tim IndonesiaLeaks mengunjungi pabrik itu pada akhir November 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bangunan tersebut boyak saat warga Porsea berunjuk rasa pada 1993. Demonstrasi dipicu ledakan tabung mesin boiler dan kebocoran gas klorin PT Inti Indorayon pada tahun itu. Ledakan juga meruncingkan konflik masyarakat dan perusahaan. Sejumlah warga Porsea dan pegawai dilaporkan tewas selama konflik. Tak sedikit juga yang berurusan dengan polisi. Pada 1999, Presiden Abdurrahman Wahid kemudian menutup perusahaan yang didirikan taipan Sukanto Tanoto tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lima tahun kemudian, perusahaan bubur kayu ini beroperasi kembali dengan bersalin nama menjadi PT Toba Pulp Lestari Tbk, yang terus dipakai hingga saat ini. Pada awal pengoperasian, perusahaan mengalami periode yang berat. PT Toba Pulp sempat limbung karena minimnya jumlah produksi pulp.
Pada 2005, Toba Pulp membukukan pendapatan bersih US$ 89,9 juta. Namun keuntungan itu belum cukup untuk menutup utang pada tahun sebelumnya. Setelah dikurangi berbagai beban bunga dan pajak, pembukuan perusahaan tetap mencatat kerugian US$ 24,8 juta.
Sukanto Tanoto kemudian menjual seluruh sahamnya di PT Toba Pulp Lestari kepada Pinnacle Company Limited pada 17 Desember 2007. Perusahaan yang berbasis di Seychelles, surga pajak di tengah Samudra Hindia, ini membeli saham PT Toba Pulp seharga Rp 870 per lembar atau total senilai Rp 1,1 triliun.
Pada 30 April 2018, Pinnacle Company Limited berubah menjadi Pinnacle Company Pte Ltd, lalu pindah ke Singapura. Pinnacle berkantor di UOB Plaza Building. Informasi kepindahan ini tertulis dalam sertifikat konfirmasi pendaftaran transfer perusahaan yang dikeluarkan oleh Otoritas Regulator Akuntansi dan Korporasi (ACRA) Singapura.
Ternyata Pinnacle juga ditengarai berafiliasi dengan Sukanto Tanoto. Lembaga pegiat lingkungan, Transformasi untuk Keadilan (TuK) Indonesia, dalam penelitian yang dirilis pada 2018 menyebutkan saham Pinnacle dikuasai Blu Diamond Inc. Perusahaan ini terdaftar di Kepulauan Cayman di Laut Karibia. TuK menyebutkan Pinnacle menguasai 97,4 persen saham PT Toba Pulp Lestari.
Sukanto Tanoto dan keluarganya disebut menguasai saham Blu Diamond. Bersama Royal Golden Eagle, Blu Diamond adalah pemegang saham APRIL, perkebunan sawit yang juga milik Sukanto Tanoto.
Setelah menguasai PT Toba Pulp Lestari, Pinnacle tak mengubah bisnis perusahaan. Sejak awal, PT Toba Pulp memproduksi dissolving wood pulp (DWP) dan bleached hardwood kraft pulp (BHKP). DWP umumnya dijadikan bahan baku tekstil, sedangkan BHKP merupakan bahan baku tisu dan kertas.
PT Toba Pulp mengekspor kedua produk tersebut melalui DP Marketing International Limited, yang berkedudukan di Makao. Perusahaan yang biasa disebut DP Macao ini kemudian menjual seluruh bubur kayu PT Toba Pulp kepada Sateri, pemilik sejumlah pabrik rayon di Cina.
Sukanto Tanoto/sukantotanoto.com.sg
Dokumen yang diperoleh IndonesiaLeaks menyebutkan DP Macao dan Sateri adalah saudara tiri. Sukanto Tanoto memiliki banyak anak perusahaan yang menggunakan nama “Sateri” lewat Gold Silk Holdings Limited. Perusahaan ini juga berbasis di Kepulauan Cayman.
Namun Gold Silk juga memiliki kantor di 21/F, Aon China Building, 29 Queen’s Road Central, Central, Hong Kong. Ketika mengumumkan penawaran penjualan saham perdana di bursa efek Hong Kong pada 2010, Gold Silk menyebut Sukanto Tanoto sebagai pengendali utama perusahaan.
Lewat Gold Silk, Sukanto menguasai 85 persen saham Sateri Holding Limited. Ini perusahaan induk Sateri, pabrik rayon di Cina yang membeli bubur kayu dari PT Toba Pulp Lestari. Prospektus perusahaan menyebutkan Sateri Holdings Limited berdiri pada 8 Juni 2010. Sateri Holdings Limited membawahkan belasan perusahaan lain yang juga menggunakan nama “Sateri”.
Lewat Sateri pula keluarga Sukanto Tanoto menguasai saham DP Macao. DP Macao tercatat sebagai salah satu anak perusahaan Sateri Holdings, yaitu Sateri Specialty Cellulose Limited. Perusahaan investasi ini juga terdaftar di Kepulauan Cayman.
Dokumen yang diperoleh IndonesiaLeaks menyebutkan DP Macao dan Sateri adalah saudara tiri. Sukanto Tanoto memiliki banyak anak perusahaan yang menggunakan nama “Sateri” lewat Gold Silk Holdings Limited. Perusahaan ini juga berbasis di Kepulauan Cayman.
Melalui anak perusahaannya, Sateri memiliki pabrik di Xingjian, Cina. Mereka juga membangun pabrik di Fujian, pesisir selatan Cina. Selain memperoleh bahan baku dari PT Toba Pulp Lestari, Sateri mendapatkan bahan baku dari Bahia Specialty Cellulose. Perusahaan ini berkedudukan di Brasil. Bahia juga di bawah naungan perusahaan Royal Golden Eagle, milik Sukanto.
Meski berhulu di Sukanto Tanoto, semua perusahaan itu menjalankan bisnisnya dengan mengikat perjanjian. Sateri meneken akta non-persaingan dengan Pinnacle pada 19 November 2010. Lewat perjanjian itu, Pinnacle berkomitmen menjual sebagian produk bubur kayunya hanya kepada DP Macao.
Setiap bertransaksi, DP Macao menerima komisi dari Sateri dan PT Toba Pulp Lestari. Pada 2014, misalnya, Sateri membeli DWP senilai US$ 2,5 juta dari DP Macao. DP Macao menerima komisi US$ 141 ribu dari transaksi itu. Sementara itu, PT Toba Pulp memberikan komisi sebesar 2 persen kepada DP Macao untuk setiap transaksi.
Tim IndonesiaLeaks mendatangi kantor perwakilan Sateri Indonesia di kantor RGE Holdings, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis, 30 Januari lalu. Tim bertemu dengan Media Relations PT April Management Indonesia, Irene Agustin, yang juga berkantor di gedung yang sama. Ia meminta IndonesiaLeaks mengirimkan pertanyaan secara tertulis. IndonesiaLeaks tak kunjung menerima jawaban tersebut hingga Sabtu, 1 Februari lalu.
IndonesiaLeaks juga mencoba menghubungi nomor telepon yang disebut milik Sukanto Tanoto dan mengirimkan sejumlah pertanyaan. Tak ada respons dari nomor telepon luar negeri tersebut. Tim juga sudah menghubungi seorang konsultan yang berafiliasi dengan anak perusahaan milik Sukanto, tapi ia menolak memberi jawaban.
Kepala Hubungan Masyarakat PT Toba Pulp Lestari Norma Patty Handini Hutajulu membantah adanya kepemilikan Sukanto Tanoto di perusahaannya. Norma juga mengatakan hubungan bisnis antara PT Toba Pulp dan DP Macao sebatas penjual dan pembeli. Ia menyangkal ada kontrak pemasaran di antara kedua perusahaan ini. “Tidak ada. Yang ada hanya kontrak penjualan,” ujarnya.
Norma mengatakan Toba Pulp Lestari menjual produknya kepada DP Macao sesuai dengan kesepakatan harga kedua belah pihak. Mereka menyatakan tak mengetahui ke mana DP Macao menjual bubur-bubur kertas itu. “Kami juga tidak mengetahui berapa keuntungan yang diperoleh DP Macao,” kata Norma.
INDONESIALEAKS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo