Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

hukum

Si Bungsu yang Juga Tukang Kelahi

9 Juni 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Fransiskus Refra alias Tito Kei enggan melamar pekerjaan setelah tamat dari Fakultas Hukum Universitas Jayabaya, Jakarta, pada 2005. Pada bulan puasa di tahun itu, ia menghadap Tofik Y. Chandra, dosennya selama empat tahun kuliah di Jayabaya. Kepada Tofik, pria berkulit cokelat gelap dan berambut tipis itu curhat. Ia ingin menjadi pengacara. Hanya, kendalanya, dia belum mengantongi sertifikat advokat.

Tofik memberi jalan. Tito, ujar dia, bahkan bisa membuat kantor pengacara sendiri. Itu bisa dilakukan kendati ia belum mengantongi sertifikat advokat. Caranya: menggandeng pengacara lain yang sudah berizin acara. Pada akhir 2005, berdirilah kantor pengacara Tito, Candra, Cosmas, dan Suwandi Associates di Wisma Mega, Sunter, Jakarta Utara. Tofik bergabung dengan Cosmas Refra, kerabatnya, dan Suwandi. Hingga sekarang, mereka masih berkantor di sana. Dua tahun setelah kantor tersebut berdiri, Tito mendapat sertifikat advokat dari Kongres Advokat Indonesia.

Kantor pengacara ini lebih banyak menangani kasus perdata ketimbang pidana. Beberapa kasus yang mereka tangani diprioritaskan bisa selesai di fase mediasi. Sumber Tempo mengatakan Tito lebih banyak memanfaatkan kantor pengacara hukumnya untuk mendukung bisnis jasa keamanan dan penagihan utang miliknya bersama sang kakak, John Refra alias John Kei.

Tito anak bungsu dari lima bersaudara. Ia lahir di Pulau Kei, Tual, Maluku Tenggara, pada 2 April 1972. Dari kelimanya, dua tinggal di Tual, termasuk kakak perempuannya, si sulung. Kakak keduanya, Walterus Kei, tewas saat bentrokan antarpreman di depan Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada 2004. Bersama dua kakaknya itu, John dan Walterus, dia merantau ke Jakarta pada 1990-an. Ketiganya sama-sama memiliki karakter yang keras dan suka berkelahi. Tito pernah menjadi "panglima" saat terjadi tawuran antara "kelompok Kei" dan "kelompok Flores" di depan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, tiga tahun lalu. "Setelah John dipenjara, Tito yang memimpin orang-orang Kei," kata sumber Tempo.

Belakangan Tito mencoba karier baru dengan mendaftar sebagai calon legislator Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Amanat Nasional dengan daerah pemilihan Papua Barat. Ia berada di nomor urut dua. Menurut Tofik, Tito memilih Papua Barat karena di daerah itu banyak orang dari Pulau Kei. Namun pencalonannya bermasalah karena terganjal statusnya sebagai mantan terpidana yang baru bebas empat tahun lalu.

Selain menjadi pengacara, Tito berbisnis kuliner. Dia memiliki restoran seafood di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Kendati demikian, menurut sumber Tempo, penghasilan terbesar Tito berasal dari menyediakan jasa juru tagih dan keamanan. Omzetnya miliaran rupiah per bulan. Penghasilan dari bisnis itulah yang menghidupi ratusan anak buah John dan Tito plus keluarga mereka. "Mereka memiliki puluhan orang yang siap mati demi mempertahankan takhta bisnis jasa keamanan," ucap sumber Tempo itu. Tapi soal bisnis-bisnis Tito itu, Cosmas Refra, kerabat Tito, menegaskan tak ada yang melanggar hukum. "Keluarga kami memiliki bisnis legal dan halal," katanya.

Meski Tito disebut sebagai "preman", warga Perumahan Tytyan Indah, Bekasi, tempat Tito selama ini berdiam, mengenal bapak empat anak itu orang yang taat beribadah. Tito juga selalu memberi sumbangan bila ada warga yang meminta bantuannya. Rumahnya di Blok N juga kerap digunakan untuk beribadah jemaat satu gerejanya. "Kalau bicara soal agama, suaranya halus," ujar seorang perempuan yang sering bertemu dengan Tito saat ibadah di gereja.

Mustafa Silalahi, Febriyan, Muhammad Ghufron, Fardhani Ramadhana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus