Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sersan Kepala (Serka) TNI Rahmat Tantan terbahak-bahak menceritakan pengalamannya selama merawat kesehatan warga Kampung Somografi, Distrik Web, Kabupaten Keerom, Papua. Bukan masalah penyakit yang jadi penyebab, melainkan hilangnya sinyal internet.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Serka Rahmat adalah bintara kesehatan dari Batalion Infanteri 310/Kidang Kancana, Komando Daerah Militer (Kodam) III Siliwangi, Jawa Barat. Dia bertugas di Pos Somografi, Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Republik Indonesia-Papua Nugini. Kampung di perbatasan Indonesia-Papua Nugini tersebut tidak memiliki puskesmas. Tenaga kesehatan TNI menjadi andalan warga sekitar untuk mendapatkan pengobatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Pada saat kami gelar cek kesehatan, ada 30 orang yang membawa telepon seluler. Sinyal pasti hilang,” ujarnya Rahmat, Kamis, 23 November 2023.
Rahmat memahami bandwith atau kapasitas internet yang terbatas berpengaruh besar terhadap kecepatan internet. Semakin sedikit yang menggunakan internet semakin lancar berselancar di dunia maya. Sebaliknya, jika pengguna internet banyak akses menjadi lamban atau lelet.
Walau demikian, dia bersyukur BAKTI Kementerian Komunikasi dan Informatika mendirikan base transceiver station (BTS) di Kampung Somografi. Sebagai tenaga kesehatan militer, Rahmat wajib melaporkan kondisi kesehatan masyarakat kepada pos komando. “Berkat BTS, pengiriman laporan lebih mudah,” ucapnya.
Kampung Somografi terdiri dari 500 kepala keluarga. Mayoritas penduduk adalah berburu dan bertani. Belum semua warga memiliki telepon seluler. Sedangkan pemilik telepon seluler di kampung punya yang sama. “Sulit beli kuota dan charge hape,” kata Rahmat.
Pemerintah Daerah Kabupaten Keerom telah memberikan bantuan solar cell di tiap rumah. Namun, warga belum bisa merawat sehingga mayoritas perangkat tersebut rusak. Saat ini, listrik hanya tersedia di Pos Satgas TNI Pengamanan Perbatasan karena memiliki pembangkit listrik tenaga surya. Tak ayal, sejak pagi selalu saja ada warga yang datang menitipkan ponsel pintar. Di dinding tempat prajurit berjaga terdapat belasan steker dan kabel-kabel menjuntai yang tertancap pada ponsel pintar. “Tiap hari seperti itu, warga datang untuk charge hape” Rahmat.
Sekitar 180 kilometer dari Kampung Somografi, tepatnya di dekat pusat Kota Arso, Kabupaten Keroom, terdapat Puskesmas Kampung Bagia/Pier 3. Saat disambangi Tim InfoTempo pada Jumat, 24 November 2023, puskesmas tutup. Sekitar 100 meter dari pusat layanan kesehatan itu terdapat menara BTS milik BAKTI Kominfo.
Kader posyandu, Maria Mercedes, mengatakan dokter tidak datang setiap hari. “Hanya 2-3 kali dalam seminggu,” kata dia.
Kendati demikian, Maria bertugas setiap hari untuk melaporkan kepada dokter, jika warga kampung membutuhkan pelayanan segera. Tugas lainnya, dia rutin mengirim laporan di grup WhatsApp tenaga kesehatan termasuk dokter. “Sekarang tak ada masalah kirim pesan di WA. Saya upload foto dan video juga aman,” ucapnya.
Dia bersyukur BAKTI Kominfo menghadirkan BTS di Kampung Bagia/Pier 3. Kehadiran akses internet tersebut memudahkan tugas sebagai kader puskesmas.
Pemerintah Kabupaten Keerom menggratiskan biaya pengobatan kepada warga kampung itu, sehingga tidak perlu menggunakan JKN Mobile dari BPJS Kesehatan. Sarana di kesehatan juga belum menggunakan sistem di computer. Tenaga kesehatan di puskesmas hanya menggunakan ponsel pintar untuk mengisi data dan berkomunikasi.
Selain Maria, terdapat belasan kader dengan keahlian khusus. Kader balita sebanyak 10 orang, kader lansia lima orang, dan kader malaria lima orang. Pada kegiatan tertentu, semua kader tersebut berkumpul untuk bekerja bersama.
Maria mengaku senang membantu pelayanan kesehatan. Di berharap keberadaan BTS BAKTI Tower tetap terawatt. Suami Maria, Raki Tarsus Yawan, ditunjuk menjadi penjaga tower internet BAKTI di kampung tersebut. Tugas utamanya sekali sepekan membabat ilalang yang cepat tumbuh di sekitar BTS.
Raki juga selalu siaga menjaga gangguan dari oknum nakal. “Sering anak-anak muda kumpul dan mabuk. Mereka marah kalau tiba-tiba sinyal terganggu, maka saya kasih tegur dan jangan bikin rusak ini BTS,” ujarnya.
Raki konsisten menjaga BTS tersebut karena masyarakat telah merasakan manfaatnya. “Internet jadi mudah,” kata dia. “Pemerintah sudah kasih fasilitas ini, kami masyarakat harus merawatnya. Kalau ini rusak, kami juga yang susah.”
VSAT Tebar Manfaat
Tak jauh dari Kantor Bupati Keerom di Distrik Arso terdapat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kwaingga. Layanan kesehatan di rumah sakit ini kini sudah mengandalkan akses internet dari BAKTI melalui very small aperture terminal (VSAT). Layanan melalui alat ini memiliki sejumlah keunggulan, antara lain jaringan lebih luas serta koneksi kuat.
Direktur RSUD Kwaingga, dokter Yani Cahyo Susilo memanfaatkan VSAT untuk membangun sistem yang mengintegrasikan setiap poliklinik. “Sebelumnya, kami harus menggunakan berkas kertas dalam mencatat rekam medik pasien. Tapi sekarang ada di computer menjadi lebih mudah membacanya. Tidak perlu banyak kertas,” kata dia.
Manfaat lainnya, dengan VSAT dari BAKTI berbagai urusan pelayanan kesehatan serba komputerisasi. Sebagai contoh untuk pelayanan untuk BPJS Kesehatan, masyarakat cukup mendaftar melalui JKN Mobile lalu antre di rumah sakit sesuai nomor.
Akses internet di rumah sakit juga memberi manfaat kepada masyarakat sekitar. Setiap hari, kata Yani, banyak warga berkumpul di sekitar rumah sakit untuk mengakses internet. “Belakangan, warga semakin banyak yang berkumpul tiap malam, koneksi jadi lamban,” ujarnya.
Manajemen RSUD Kwaingga kemudian membagi dua kapasitas koneksi. Ada yang menggunakan sandi dan akses dengan gratis.
Berebut Akses di Kantor Camat
Pegawai layanan pajak di Kantor Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, siang itu, Kamis, 23 November 2023, tampak sibuk memasukan data wajib pajak warga Krayan. Sesekali petugas bertanya kepada warga tentang angka dan memasukkan data ke komputer jinjing atau laptop yang terhubung dengan internet.
Yang menarik, selama pelayanan pajak berlangsung, akses internet di Kantor Kecamatan Krayan mati alias tidak bisa diakses. “Akses internet untuk sementara kami khususkan untuk pelayanan pajak,” kata Camat Krayan, Ronny Firdaus. “Kalau tidak kami matikan, pelayanan pajak bisa terganggu.”
Akses internet di kantor kecamatan menggunakan VSAT yang dibangun melalui program BAKTI Akses Internet (Aksi). Sejauh ini terdapat sekitar 2.505 lokasi BAKTI Aksi di seluruh Indonesia, terutama di titik-titik pelayanan publik.
Ronny menuturkan akses internet di kantornya tidak hanya untuk kegiatan pelayanan masyarakat, tapi juga dimanfaatkan oleh warga sekitar. Para pelajar sepulang sekolah datang ke kantor kecamatan untuk mengerjakan tugas mata pelajaran. “Biasanya anak sekolah datang sore, bahkan sampai malam mereka mengerjakan tugas sekolah,” ujarnya.
Menurut Ronny, akses internet dari BAKTI sangat membantu masyarakat, mengingat Kecamatan Krayan hanya berjarak sekitar tiga kilometer dari perbatasan Indonesia-Malayasia. Namun, kata dia, kapasitas kapasitas internet atau bandwith di kantor kecamatan sangat terbatas. “Jika digunakan bersamaan, akses internet menjadi lamban,” tuturnya. Apalagi, kata dia, internet sangat dibutuhkan para siswa yang ada di Krayan untuk mengikuti program Belajar Merdeka.
Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika, Fadhilah Mathar, bekerja keras membereskan pekerjaan. Waktu 24 jam sehari dan tujuh hari dalam sepekan seakan tak cukup. “Akhir pekan saya masih bekerja untuk mempercepat akses internet di wilayah Indonesia, khususnya daerah 3T,” ujarnya, Minggu, 26 November 2023.
Fadhilah yang akrab disapa Indah ini berusaha menuntaskan pembangunan base transceiver station (BTS) 4G di seluruh Indonesia. Percepatan pembangunan infrastruktur untuk percepatan konektivitas digital di semua desa. Pemerintah menargetkan seluruh desa blank spot menikmati akses internet pada 2025.
Indah mengakui kondisi wilayah Indonesia yang luas dan topografi yang beragam menjadi kendala pembangunan akses internet berbasis tower atau BTS. “Memeratakan akses internet di seluruh Indonesia merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi, khususnya di wilayah terdepan, terluar dan tertinggal (3T),” ucapnya.
Untuk mempercepat pemerataan akses internet di wilayah 3T, akan dilakukan dengan pemilihan teknologi yang tepat. Salah satunya adalah penggunaan serat optik di 57 kota/kabupaten yang dilalui oleh jaringan Palapa Ring. Upaya lain adalah melalui penggunaan satelit, Satria-1 untuk mempercepat konektivitas digital di seluruh Indonesia.
Jika semua desa di Indonesia terlayani teknologi seluler atau tersedia jaringan internet akan membawa negara menuju negara maju. Untuk mempercepat akses internet semua desa, BAKTI juga bekerja sama dengan operator seluler dan penyedia jasa intenet untuk mempercepat pembangunan jaringan internet di daerah 3T.
Bagaimana kendala mempercepat aksebillitas internet di wilayah terdepan, terluar dan tertinggal (3T). Bagaimana kendala yang dihadapi dan penyelesainnya, berikut petikan wawancara dengan Dirut BAKTI Fadhilah Mathar di Jakarta, Minggu, 26November 2023.
Bagaimana mempercepat aksebilitas internet di wilayah 3T?
Indonesia merupakan negara adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Memeratakan akses internet di seluruh Indonesia merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi, khususnya di wilayah terdepan, terluar dan tertinggal (3T). Keterlibatan pemerintah sangat penting agar seluruh masyarakat menikmati akses internet.
Pemerataan akses internet di daerah 3T dilakukan dengan identifikasi teknologi yang tepat untuk desa/daerah wilayah tersebut. Di antaranya, penggunaan serat optik di 57 kota/kabupaten yang dilalui oleh jaringan Palapa Ring. Untuk wilayah dengan kondisi geografis dan sumber daya, dengan penggunaan teknologi satelit, Satria-1. Satelit dinilai lebih cepat untuk mempercepat konektivitas digital di seluruh Indonesia.
Kemudian penyiapan infrastruktur dasar seperti jalan dan pembangkit listrik. Salah satu solusi yang dilakukan BAKTI adalah penggunaan panel surya atau genset sebagai sumber energi.
Upaya lainnya adalah bekerjasama dengan operator dan penyedia jasa internet. Peran BAKTI sebagai catalyst, mempercepat tersedianya akses internet di wilayah 3T dengan membangun infrastruktur telekomunikasi. Kemudian pelatihan dan pendidikan masyarakat untuk meningkatkan literasi dan kecakapan digital. Terakhir, monitoring dan evaluasi berkala untuk melihat keadaan dan penggunaan di daerah 3T.
Mengapa pembangunan aksebilitas berbasis tower tidak dapat menjangkau seluruh wilayah 3T?
Kendala pembangunan berbasis tower seperti dengan base transceiver station (BTS), di antaranya t
1.1.opografi yang sulit dan jumlah penduduk yang sedikit di wilayah 3T. Wilayah ini berada di pegunungan, hutan tebal, daerah rawa, atau daerah terpencil yang sulit dijangkau dengan moda transportasi. Jumlah keluarga di beberapa pulau-pulau terpencil juga tidak banyak dengan daya beli yang rendah.
Kajian kelayakan akan memberikan alternatif solusi teknologi bagi wilayah-wilayah tersebut. No one left behind, demikian amanah Presiden Jokowi, yang meneguhkan semangat BAKTI untuk menjangkau masyarakat yang belum terjangkau secara digital.
Kemudian keterbatasan energi. Perangkat seperti BTS membutuhkan pasokan listrik yang kontinu. Sehingga perlu digunakan alternatif sumber energi seperti panel surya dan genset.
Kendala lainnya adalah keterbatasan perangkat dan material yang dibutuhkan, keterbatasan Ketersediaan tenaga kerja lokal sehingga harus mendatangkan dari daerah lain dan sensitivitas pada aspek sosial dan budaya. Kami perlu memahami nilai-nilai dan kearifan lokal agar pembangunan tidak menimbulkan resistensi atau konflik.
Mengapa beberapa BTS yang sudah on-air, kini banyak yang off-air?
Ada dua program BTS BAKTI, yaitu BTS dengan skema sewa layanan atau universal service obligation (USO) dan BTS 4G. Pembangunan tower skema ini dilakukan secara bertahap dari 2015 hingga 2020 pada sejumlah 1.682 lokasi. Semua BTS ini masih on-air dan melayani masyarakat di desa-desa tersebut.
Kedua, BTS 4G, pembangunannya dilakukan sejak 2021 di 5.618 lokasi dengan berbagai pertimbangan, seperti ketersediaan anggaran.
Bagaimana kelanjutan pembangunan BTS yang belum dibangun dan ditargetkan selesai pada 2023?
Dari 5.618 lokasi BTS, terdapat ribuan lokasi yang sudah on air sejak 2022. Perkara hukum kasus BTS 4G membuat kami berhati-hati dalam penanganan penyelesaian proyek ini.
Presiden, melalui Menteri Kominfo, memerintahkan untuk melanjutkan proyek BTS. Kami bersyukur mendapat riviu dan pendampingan dari Tim Jaksa Agung Muda Tata Usaha Negara Kejaksaan Agung dan Satuan Tugas (Satgas) BAKTI. Satgas berasal dari unsur industri dan kementerian/lembaga terkait.
Dengan melakukan perbaikan di seluruh aspek, termasuk riviu harga kontrak dan legal compliance, serta dilandaskan itikad baik untuk kepentingan masyarakat, kami akan segera menghidupkan kembali BTS yang sempat terputus. BAKTI menghadirkan sinyal di desa-desa tertinggal lainnya yang dibangun pada 2023. Kami sangat berharap upaya ini mendapat dukungan semua pihak.
Banyak titik blank-spot di wilayah 3T yang tidak bisa dijangkau infrastruktur, bagaimana memenuhi kebutuhan aksebilitas internet di wilayah ini?
Tidak mudah untuk menjangkau titik–titik blank-spot di wilayah 3T karena keterbatasan infrastruktur. Penyediaan infrastruktur telekomunikasi BTS memang tidaklah mudah. Alternatif teknologi yang dapat disediakan pemerintah melalui BAKTI adalah dengan memberikan layanan akses internet dalam bentuk seperti wifi.
Perangkat yang digunakan remote terminal ground segment (RTGS) akses internet yang mudah dibawa dan kecil. Program layanan akses internet ini telah dinikmati masyarakat di 14.445 lokasi di seluruh Indonesia.