Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Amerika Serikat membikin aturan untuk mencegah bahaya kecerdasan buatan.
Malaysia berupaya memulangkan Jho Low, buron kasus korupsi 1MDB.
Polisi Filipina selamatkan 1.000 korban perdagangan manusia.
Amerika Serikat
Cegah Bahaya Kecerdasan Buatan
PEMERINTAH Amerika Serikat meminta perusahaan teknologi informasi raksasa melindungi masyarakat dari bahaya kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT dan Bard. Hal ini disampaikan Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris dalam pertemuan dengan Chief Executive Officer Google Sundar Pichai, CEO Microsoft Satya Nadella, CEO Anthropic Dario Amodei, dan CEO OpenAI Sam Altman di Gedung Putih pada Kamis, 4 Mei lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Harris mengatakan teknologi baru ini dapat menimbulkan risiko terhadap keselamatan, privasi, dan hak-hak sipil, meskipun juga berpotensi meningkatkan taraf hidup masyarakat. “Sektor swasta memiliki tanggung jawab etis, moral, dan hukum untuk memastikan keselamatan dan keamanan produk mereka,” kata Harris dalam pernyataannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemerintah menggelontorkan investasi sebesar US$ 140 juta atau Rp 2 triliun lebih dari National Science Foundation, badan pemerintah yang mendukung riset dan pendidikan di ranah sains, untuk mendirikan tujuh lembaga penelitian AI baru. Pemerintah juga menyusun Undang-Undang AI dan panduan manajemen risiko AI.
Kebijakan ini adalah reaksi atas potensi bahaya AI yang mampu menghasilkan gambar dan teks palsu yang dapat membahayakan keamanan nasional dan menyebarkan informasi sesat. Awal pekan ini, Geoffrey Hinton, psikolog Kanada yang berperan dalam menciptakan mesin belajar untuk AI, berhenti dari pekerjaannya di Google dan menyesali apa yang dia pernah buat.
Malaysia
Upaya Memulangkan Buron Jho Low
PEMERINTAH Malaysia sedang bernegosiasi dengan beberapa negara untuk mempercepat pemulangan pengusaha Low Taek Jho alias Jho Low, buron dalam skandal megakorupsi 1MDB, perusahaan investasi negara Malaysia. Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyatakan upaya perundingan ini rumit.
Jho Low saat berada di Washington, Februari 2015. Istimewa
“Ini melibatkan banyak negara, melibatkan dinas intelijen, Interpol, dan lain-lain,” ucap Anwar pada Jumat, 5 Mei lalu, seperti dikutip Reuters. Anwar tidak menyebut negara mana saja yang terlibat dan menolak untuk mengungkap tempat Low bersembunyi.
Jho Low didakwa di Malaysia dan Amerika Serikat karena diduga mendalangi pencurian US$ 4,5 miliar dari dana negara di 1MDB. Setidaknya enam negara telah membuka penyelidikan atas kasus 1MDB. Beberapa mantan pejabat Malaysia telah terseret dalam kasus ini, termasuk mantan perdana menteri Najib Razak, yang dijatuhi hukuman 12 tahun penjara pada tahun lalu. Pada 2019, pengadilan Amerika menyita aset Jho senilai US$ 1 miliar, termasuk jet pribadi, real estate kelas atas di Amerika dan London, serta aset lain.
Filipina
Selamatkan 1.000 Korban Perdagangan Manusia
POLISI Filipina menyelamatkan lebih dari 1.000 korban perdagangan orang yang diduga dipaksa bekerja untuk industri penipuan dunia maya dalam penggerebekan di Colorful and Leap Group Company di Kota Mabalacat, Provinsi Pampanga, pada Kamis malam, 4 Mei lalu. Korban termasuk warga Filipina, Hong Kong, Indonesia, Cina, Vietnam, Nepal, Malaysia, Thailand, Taiwan, dan Myanmar.
“Berdasarkan penyelidikan, para korban yang diselamatkan dipaksa bekerja untuk industri penipuan di dunia maya yang mengorbankan sesama warga mereka,” tutur pihak Kantor Informasi Umum Kepolisian Nasional Filipina, seperti dikutip PNA, kantor berita pemerintah Filipina.
Operasi ini dilakukan setelah polisi mendapat kisikan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di Manila. “Korban warga negara Indonesia yang berhasil diselamatkan berjumlah 143 orang. KBRI Manila saat ini sedang melakukan pendataan dan akan memfasilitasi repatriasi para korban ke Indonesia,” kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo