Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Polandia
Rudal Siapa Salah Sasaran
LEDAKAN rudal di wilayah Polandia timur, yang berbatasan dengan Ukraina, memicu ketegangan di kalangan negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Rudal yang menewaskan dua orang itu terjadi pada Selasa, 15 November lalu, itu merupakan yang pertama jatuh ke wilayah negara anggota NATO selama perang Rusia-Ukraina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Analisis awal kami menunjukkan bahwa insiden itu mungkin disebabkan oleh rudal pertahanan udara Ukraina yang ditembakkan untuk mempertahankan wilayah mereka dari serangan rudal jelajah Rusia,” kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pada Rabu, 16 November lalu, seperti dikutip CNN. “Ini bukan kesalahan Ukraina. Rusia memikul tanggung jawab utama karena melanjutkan perang ilegal melawan Ukraina."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy tak yakin rudal itu diluncurkan oleh pasukannya dan meminta para ahli memeriksanya. “Saya tak ragu bahwa itu bukan rudal kami,” ujarnya.
Presiden Polandia Andrzej Duda mengatakan kemungkinan besar itu adalah rudal pertahanan udara Ukraina yang jatuh di Polandia karena "kecelakaan" saat mencegat rudal Rusia yang masuk. "Tidak ada indikasi bahwa ini adalah serangan yang disengaja ke Polandia. Kemungkinan besar itu adalah roket S-300 buatan Rusia," kata Duda.
Pasukan Rusia dan Ukraina menggunakan amunisi buatan Rusia selama perang berlangsung. Ini termasuk sistem rudal permukaan ke udara S-300 yang dikerahkan Kyiv sebagai bagian dari upaya pertahanan udaranya.
Myanmar
Pengampunan Massal Tahanan Politik
Junta militer Myanmar memberi pengampunan massal terhadap para tahanan politik pada Kamis, 17 November lalu. Mya Aye, aktivis demokrasi veteran, termasuk di antara hampir 5.800 tahanan yang dibebaskan. Pemimpin gerakan mahasiswa itu divonis dua tahun penjara pada Maret lalu dengan dakwaan ujaran kebencian terhadap suatu etnis atau komunitas. "Saya akan selalu berada di tengah rakyat Myanmar," katanya kepada wartawan setelah keluar dari penjara Insein di Yangon, seperti dikutip Myanmar Now.
Sejumlah orang yang ditahan saat kudeta pada Februari 2021 juga dibebaskan, termasuk dua tokoh senior Liga Nasional untuk Demokrasi, partai pimpinan Aung San Suu Kyi. Penulis satire, Maung Thar Cho dan Pyinya Thiha, pendeta Buddha senior pengritik junta, bebas setelah 21 bulan lebih dipenjara.
Empat warga negara asing juga diampuni. Mereka adalah Sean Turnell, ekonom Australia; Vicky Bowman, bekas diplomat Inggris; Toru Kubota, sineas dokumenter Jepang; dan Kyaw Htay Oo, ahli botani Amerika Serikat. Militer mengatakan mereka akan segera dideportasi setelah dibebaskan.
Afganistan
Taliban Terapkan Hukum Syariah
PEMIMPIN Taliban, Haibatullah Akhundzada, memerintahkan para hakim menjatuhkan hukuman untuk kejahatan tertentu sesuai dengan hukum syariah Islam. Hukuman itu termasuk potong tangan, cambuk, dan rajam. Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, menyatakan perintah itu keluar setelah Akhundzada bertemu para hakim.
Taliban konvoi merayakan ulang tahun pertama penarikan pasukan AS dari Afghanistan, di Kabul, Afghanistan, 31 Agustus 2022. REUTERS/Ali Khara/File Foto
"(Mereka akan) memeriksa secara hati-hati kasus pencurian, penculikan, dan hasutan," kata Mujahid, menirukan pernyataan Akhundzada, melalui akun Twitter pada Ahad, 13 November lalu. “Ini hukum syariah dan perintah yang wajib dilaksanakan.”
Ketika berkuasa di Afganistan pada 1990-an, Taliban dikecam karena penerapan hukuman berdasarkan syariah Islam, termasuk eksekusi di muka umum. Mereka berjanji akan menegakkan aturan yang lebih moderat ketika berkuasa kembali pada tahun lalu. Nyatanya, pelan-pelan Taliban mengembalikan sistem hukum Islam yang keras menurut tafsiran mereka.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo