Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KOMISI Pemilihan Umum Pusat Rusia (CEC) mengumumkan bahwa calon inkumben Vladimir Putin menang telak dalam pemilihan Presiden Rusia pada 15-17 Maret 2024. Putin menghimpun 76,2 juta atau 87,28 persen suara. “Hasil akhir pemungutan suara adalah 76.277.708 orang memilih Vladimir Putin. Artinya, hasilnya tetap sama—87,28 persen dari jumlah pemilih yang ikut serta dalam pemilu," kata Ketua CEC Ella Pamfilova, Kamis, 21 Maret 2024, seperti dikutip kantor berita Rusia, TASS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Pamfilova, Nikolay Kharitonov, kandidat dari Partai Komunis, hanya mengumpulkan sekitar 3,7 juta atau 4,31 persen suara. Vladislav Davankov, calon dari Partai Rakyat Baru, mengumpulkan sekitar 3,3 juta atau 3,85 persen suara. Adapun Leonid Slutsky, calon dari Partai Demokrat Liberal Rusia, mendapat sekitar 2,7 juta atau 3,2 persen suara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kemenangan ini akan membuat Putin berkuasa kembali selama enam tahun ke depan. Bekas agen badan intelijen KGB itu sudah empat kali memenangi pemilihan presiden. Namun amendemen konstitusi pada 2020 memungkinkan Putin maju kembali sebagai calon presiden pada tahun ini dan 2030. Dia bisa berkuasa hingga 2036 saat berusia 83 tahun.
“Sekali lagi saya berterima kasih kepada semua orang yang mengambil bagian dalam pemungutan suara, terlepas dari siapa yang Anda pilih,” tutur Putin dalam pidato yang disiarkan stasiun televisi pada 21 Maret 2024. “Hal yang utama adalah Anda telah membuktikan bahwa Anda menghormati kewajiban sipil Anda, menghargai kebebasan memilih dan suara Anda, dan saya ulangi, setiap suara Anda sangat penting.”
Putin juga berencana bertemu dengan para calon presiden yang menjadi pesaingnya dalam pemilihan umum kali ini. “Pertemuan dengan semua calon presiden dijadwalkan besok,” ujar Putin kepada wartawan di kantor kampanyenya.
Putin diperkirakan akan lebih tegas dalam menghadapi para penentangnya. Dia telah memerintahkan Dinas Keamanan Federal (FSB) tidak melupakan pengkhianat yang melakukan kejahatan terhadap Rusia, mengidentifikasi nama mereka, dan menghukum mereka tanpa batas waktu. “Kita akan menghukum mereka tanpa batas waktu, di mana pun mereka berada,” ucap Putin dalam rapat dewan FSB.
Sejumlah kepala negara memberi ucapan selamat atas terpilihnya kembali Putin sebagai Presiden Rusia. Mereka antara lain Perdana Menteri India Narendra Modi, Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman Al Saud, dan Presiden Iran Ebrahim Raisi.
Perdana Menteri Hungaria Viktor Orbán juga memberi ucapan selamat. Orbán menjadi pemimpin negara anggota Uni Eropa pertama yang melakukan itu. “Viktor Orbán mengucapkan selamat kepada Vladimir Putin atas terpilihnya kembali dia dan menekankan bahwa kerja sama antara Hungaria dan Rusia, berdasarkan rasa saling menghormati, memungkinkan diskusi penting, bahkan dalam konteks geopolitik yang menantang,” ujar Zoltan Kovacs, juru bicara pemerintah Hungaria, melalui sebuah pesan singkat di media sosial.
Palestina
Resolusi Gencatan Senjata Kembali Diveto
Pengamat tetap Palestina untuk PBB dihadang oleh perwakilan keluarga Israel yang disandera di Gaza dalam penutupan sidang Dewan Keamanan PBB di New York, Amerika Serikat, 11 Maret 2024. Reuters/David 'Dee' Delgado
UPAYA Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menghasilkan resolusi tentang gencatan senjata dalam perang Hamas-Israel di Gaza, Palestina, kembali mentok. Rancangan resolusi yang diajukan Amerika Serikat menyatakan “pentingnya” gencatan senjata segera dan berkelanjutan untuk melindungi warga sipil di semua pihak, memfasilitasi pengiriman bantuan “penting”, dan mendukung perundingan yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam pemungutan suara pada Jumat, 22 Maret 2024, rancangan itu didukung oleh sebelas negara anggota PBB, tapi diveto oleh Cina dan Rusia. Sebelum pemungutan suara digelar, Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, mengatakan Amerika Serikat berulang kali menjanjikan kesepakatan mengakhiri pertempuran dan kini akhirnya menyadari perlunya gencatan senjata, ketika lebih dari 30 ribu warga Gaza tewas. “Ini tidak cukup,” tuturnya, sebagaimana dikutip UN News, karena Dewan Keamanan harus “menuntut gencatan senjata tersebut”.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo