Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Media asal Inggris, The Guardian, mengumumkan bahwa tidak akan lagi memposting konten di platform media sosial X. Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan dampak negatif dari konten yang sering kali mengandung teori konspirasi sayap kanan dan rasisme. "Kami merasa manfaat dari media X kini kalah dibandingkan kerugian yang ditimbulkan," tulis media itu pada 13 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meskipun demikian, The Guardian masih mengizinkan para pembaca untuk membagikan artikel mereka di platform tersebut, dan jurnalis mereka akan terus menggunakan media sosial X untuk pengumpulan berita. Keputusan ini juga sejalan dengan prinsip independensi yang dijaga oleh model bisnis yang didukung oleh pembaca langsung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keputusan ini mengingatkan pada sejarah panjang surat kabar ini dalam mempertahankan integritas editorialnya. Didirikan pada 1821 dengan nama Manchester Guardian, media ini telah melalui perjalanan panjang, dari perjuangan awal untuk mempertahankan independensinya hingga beradaptasi dengan perkembangan digital masa kini.
Sejarah The Guardian
The Guardian, salah satu surat kabar terkemuka di Inggris, memiliki sejarah panjang yang dimulai pada 1821 di Kota Manchester. Didirikan oleh John Edward Taylor, media ini awalnya bernama The Manchester Guardian dan bertujuan untuk menyuarakan kepentingan liberal pasca pembantaian Peterloo, di tengah kampanye anti Corn Laws yang berkembang di Manchester pada waktu itu. Edisi pertamanya terbit pada 5 Mei 1821 dan awalnya diterbitkan mingguan setiap Sabtu.
Pada 1836, edisi terbitan baru pada hari Rabu diperkenalkan, dan pada 1855, setelah penghapusan Pajak Cap pada surat kabar, The Manchester Guardian akhirnya terbit setiap hari dengan harga yang lebih terjangkau, hanya 2 (dua penny) per eksemplar.
Namun, pencapaian besar bagi surat kabar ini terjadi di bawah kepemimpinan editor CP Scott, yang menjabat selama 57 tahun mulai 1872. Scott membeli surat kabar ini pada 1907 setelah kematian putra Taylor, dan berkomitmen untuk mempertahankan prinsip-prinsip yang digariskan oleh pendirinya.
Dikutip dari situs resminya, salah satu prinsip yang terkenal dari The Guardian adalah yang diungkapkan oleh Scott, yakni “comment is free, but facts are sacred” yang berarti komentar boleh bebas, namun fakta tetaplah suci. Di bawah pengaruh Scott, surat kabar ini tidak hanya berkembang pesat di tingkat nasional, tetapi juga memperoleh pengakuan internasional.
Pada 1936, untuk melindungi independensi surat kabar dari ancaman pajak warisan yang tinggi dan potensi akuisisi oleh penerbit besar, JR Scott, anak dari CP Scott, menyerahkan kepemilikan The Guardian kepada Scott Trust. Keputusan ini memastikan bahwa keuntungan dari surat kabar akan digunakan untuk memperkuat keuangan dan memperluas sirkulasi, serta untuk menjaga agar surat kabar tetap independen.
The Guardian Saat Ini
Memasuki abad ke-21, The Guardian terus berkembang, terutama dalam dunia digital. Pada 1994, surat kabar ini mulai mengembangkan publikasi online dengan peluncuran Guardian Unlimited, yang pada 1999 menjadi situs web utama The Guardian. Situs ini cepat berkembang. Pada 2001, Guardian Unlimited menjadi situs surat kabar dengan jumlah pengguna unik terbanyak di Inggris, melebihi 2,4 juta.
The Guardian telah menjadi organisasi digital-first dan dengan cepat meluncurkan aplikasi untuk berbagai platform seperti iPhone, Android, hingga Kindle. Pada 2011, surat kabar ini mendapatkan pengakuan besar atas jurnalisme investigatifnya, termasuk kemitraannya dengan WikiLeaks yang mengungkap dokumen-dokumen sensitif dari kedutaan AS.
Saat ini, The Guardian tidak hanya dikenal karena liputannya yang mendalam mengenai politik, sosial, dan budaya, tetapi juga karena pendekatannya yang bebas biaya untuk konten daring, menjadikannya salah satu sumber berita terpopuler di dunia digital. Keberadaan Scott Trust terus menjamin bahwa The Guardian tetap beroperasi sebagai entitas yang independen secara editorial dan tidak bergantung pada laba semata.
Sejak 2019, The Guardian melaporkan bahwa mereka berhasil mencapai titik impas untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, sebuah pencapaian besar yang menunjukkan ketangguhan model bisnis mereka dalam menghadapi tantangan zaman.
Dengan begitu, meski berawal dari sebuah kota kecil di Inggris, The Guardian telah berkembang menjadi pemain besar di dunia jurnalisme global, berpegang pada prinsip-prinsip dasar yang telah ditetapkan sejak lebih dari 200 tahun yang lalu.