Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Suhu panas muncul belakangan ini di Indonesia, setelah sejumlah besar wilayah daratan benua Asia dilanda gelombang panas (heat wave) ekstrem. Di Indonesia, Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) menerangkan faktor penyebabnya adalah gerak semu matahari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun,” kata Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung, Teguh Rahayu, Kamis 2 Mei 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurutnya, posisi matahari saat ini yang belum jauh di utara ekuator masih menyebabkan wilayah khatulistiwa mendapatkan penyinaran matahari yang maksimum. Hal ini menyebabkan suhu udara yang terdapat di wilayah Indonesia termasuk Jawa Barat terasa lebih panas daripada biasanya.
”Potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya,” ujar Rahayu.
Saat ini juga di bulan Mei, Rahayu menerangkan, merupakan periode peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau di sebagian besar wilayah di Indonesia. Kondisi itu berpotensi menimbulkan cuaca ekstrem, seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es.
Di antara ciri masa peralihan musim adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam yang dimulai dari udara hangat dan terik pada pagi hingga siang harinya. Hal ini terjadi karena radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang hari cukup besar dan memicu proses konveksi atau pengangkatan massa udara dari permukaan bumi ke atmosfer sehingga memicu terbentuknya awan.
Karakteristik hujan pada periode peralihan cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat. “Apabila kondisi atmosfer menjadi labil atau tidak stabil, maka potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) akan meningkat,” ujarnya. Awan CB erat kaitannya dengan potensi petir, angin kencang, puting beliung, juga hujan es.
Tren Suhu Bandung Naik
Sepekan terakhir dari catatan pantauan Stasiun Geofisika BMKG Bandung, suhu maksimum atau terpanas merangkak naik. Pada 26 April 2024 yaitu 29,6 derajat Celsius, kemudian 27 April (29,4 derajat), lalu 28 April (30,4 derajat). Adapun pada 29 April (30,2 derajat), kemudian 30 April (30,6), dan 1 Mei (30 derajat).
Berdasarkan hasil analisis BMKG, suhu maksimum di Bandung terentang antara siang pukul 12.00 WIB hingga 15.00 WIB. “Hal ini disebabkan oleh penyinaran matahari maksimum dan pertumbuhan awan awan konvektif,” kata Rahayu.
Meski begitu, menurutnya, suhu udara sejauh ini masih dalam katagori normal untuk Kota Bandung.
Suhu maksimum tertinggi di Bandung yang pernah terjadi hingga 35,8 derajat Celcius pada 8 Oktober 2023. Sekarang ini suhu maksimum Kota Kembang diprediksi berkisar 30-33 derajat Celcius. Adapun prediksi suhu tertinggi di wilayah Jawa Barat sekitar 35 – 37 derajat Celcius.