Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati, misalnya keberadaan harimau sebagai salah satu hewan simbolik, ternasuk harimau Sumatera.
Namun, sayangnya, fauna ini di Indonesia mengalami krisis kepunahan. Spesies-spesies harimau di Indonesia terancam punah akibat berbagai faktor yang mengancam habitat dan populasi mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Harimau Sumatera merupakan salah satu subspesies harimau yang dianggap paling terancam di dunia. Populasi harimau Sumatera terus menurun akibat hilangnya habitat alaminya karena pembabatan hutan untuk perkebunan, pertambangan, dan konflik dengan manusia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilaporlan oleh pemerhati fauna Universitas Gadjah Mada, Dr. Satyawan Pudyatmoko dalam laman UGM.ac.id, populasinya semakin menurun seiring maraknya perdagangan ilegal satwa liar dan deforestasi hutan.
Diperkirakan, jumlah populasi harimau sumatera kini tinggal tersisa 7 persen di masing-masing habitatnya. Ia menyebutkan, sekitar 400-500 ekor harimau sumatera yang kini masih hidup.
Jumlah tersebut menurun drastis dalam 40 tahun terakhir. Padahal jumlahnya pernah mencapai 1200-an ekor di tahun 1970-an. Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya kepunahan seperti harimau Jawa dan harimau Bali, harus ada langkah-langkah penyelamatan segera.
Seperti dikutip dari Animalium, harimau Sumatera merupakan sub spesies terakhir yang ada di Indonesia. Dua kerabatnya yaitu Harimau Bali (Panthera tigris balica) tahun 1937 individu terakhirnya mati ditembak di daerah Sumber Kima, Bali. Kemudian individu Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) punah awal tahun 1980an.
Yayasan Jejak Harimau Sumatera berkolaborasi dengan pengelolaan Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, menjadikan Peringatan Hari Harimau Sedunia 2023 sebagai momentum penyadartahuan betapa pentingnya menjaga habitat Harimau Sumatera. (Yayasan Jejak Harimau Sumatera)
Pembukaan lahan hutan di Jawa pada awal tahun 1800-an untuk menjadi perkebunan, mengusik habitat Harimau Jawa (Panthera tigris Sondaica (Temminck, 1844) yang kemudian menimbulkan konflik antara harimau dengan manusia. Karena banyaknya konflik antara harimau Jawa dengan manusia tersebut, perburuannya menjadi semakin massif.
Laman Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Yogyakarta menyebutkan hingga awal tahun 1940-an, populasi harimau Jawa diperkirakan tinggal 200-300 ekor dan menurun terus setelah itu.
Pada tahun 1950-an harimau Jawa diperkirakan tinggal tersisa 25-an ekor. International Union for Conservation Nature secara resmi mengumumkan bahwa harimau Jawa yang terakhir berada di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur pada tahun 1976. Sesudah itu harimau semakin menghilang dan akhirnya dinyatakan punah pada awal 1980-an. Saat ini sesekali dilaporkan terlihat di hutan-hutan di pegunungan di pulau Jawa, namun keberadaannya masih belum dapat diverifikasi.
Harimau Bali adalah subspesies harimau yang dahulunya ditemukan di Pulau Bali. Namun, harimau Bali diyakini telah punah sejak akhir 1930-an akibat pemburuan berlebihan dan hilangnya habitat. Harimau Bali terakhir ditembak di daerah Sumber Kima, Bali Barat pada tanggal 27 September 1937. Sub-spesies ini kemudian dinyatakan punah pada tahun 1938.
Pilihan editor: Hari Harimau Sedunia Diperingati 29 Juli: Upaya Mengerem Ancaman Punah