Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

newsletter

Cekakta #286 Pengaruh Trump pada Tren Penyebaran Disinformasi

Akankah kembalinya Trump ke Gedung Putih juga bakal menyuburkan disinformasi dan mempengaruhi kita?

15 November 2024 | 20.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pekan lalu, Donald Trump terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Ketegangan pemilihan presiden di negara adidaya itu terasa hingga Indonesia, termasuk operasi citra maupun disinformasi. Di periode 2017-2021, Trump dikenal kontroversi karena kerap melontarkan hoaks dan sentimen rasis. Akankah kembalinya Trump ke Gedung Putih juga bakal menyuburkan disinformasi dan mempengaruhi kita?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo

Pengaruh Trump pada Tren Penyebaran Disinformasi

Di era “like and subscribe”, ujung jari kita turut menentukan arah masa depan bangsa. Apa yang terpampang di jagad maya, dapat mempengaruhi persepsi, dan pilihan masyarakat. Alhasil, kita tak bisa meremehkan peran para tokoh terkenal maupun pemengaruh (influencer). Ini terbukti dengan terpilihnya kembali Donald Trump berkat sokongan sejumlah orang berpengaruh di belakangnya yang setali tiga uang dalam menyebarkan narasi palsu.

Saat debat pertama pada 10 September 2024, contohnya. Di depan para pendukungnya, Trump mengulang-ulang kabar bohong yang berasal dari grup Facebook soal imigran ilegal Haiti yang memakan kucing dan anjing di Springfield, Ohio. Alih-alih mencari tahu kebenaran atau meralat sentimen rasis itu, pasangan wakil presiden Trump, JD Vence, terus membelanya. “Jika saya harus mengarang cerita agar media Amerika benar-benar memperhatikan penderitaan rakyat Amerika, maka itulah yang akan saya lakukan,” ujarnya.

Mengamati sepak terjang Trump dalam menyebarkan hoaks, para akademisi khawatir tren disinformasi akan kembali subur setelah ia terpilih lagi. Menormalisasi hoaks demi memenangkan pemilu akan merusak proses demokrasi dan mengikis kepercayaan publik terhadap pemilu. 

Profesor London School of Hygiene and Tropical Medicine, Martin McKee dan koleganya menyoroti bahaya ketika Partai Republik cenderung mendukung klaim palsu hingga Trump memenangkan pemilihan umum 2020 dan 2024. “Seluruh partai kemudian menjadi sarana disinformasi. Kunci kemenangannya adalah membangun kesuksesan dari kebohongan,” ujarnya. 

Ditambah dukungan platform media sosial yang digerakkan oleh algoritma yang mengutamakan engagement, disinformasi menjadi semakin mudah berkembang biak. Apalagi jika empunya platform adalah suporter garis keras seperti Elon Musk. Informasi daring di zaman modern rentan dimanfaatkan untuk memenuhi hasrat kita yang cenderung mencari konten yang memancing kemarahan. 

Kampanye presidensial AS 2024 menjadi ajang panggung teori konspirasi dan hoaks yang sengaja dieksploitasi oleh kampanye Trump dan para pendukungnya di X (dulu Twitter). Lewat platform yang memiliki 203 juta pengikut itu, hoaks menjadi makin tak terbendung. Mulai kecurangan pemilu, kabar palsu tentang Kamala Harris, sampai teori konspirasi tentang vaksin, teori genosida, hingga kebencian terhadap perempuan.

Lalu, apa dampaknya ke kita yang ada di Indonesia? Perlu kita ingat, kemajuan teknologi dan dunia yang saling terhubung memungkinkan produksi dan penyebaran hoaks kian cepat. Pada Pilpres 2024, kita menyaksikan betapa disinformasi dalam bentuk tulisan, foto atau video yang diedit, semakin beranak pinak berkat kecerdasan buatan (AI) generatif yang lebih mudah diakses, lebih murah, dan lebih mudah digunakan.

Bukan tidak mungkin, hal serupa akan terulang saat Pilkada serentak pada 27 November mendatang. Sudah siapkah Anda mengidentifikasi kebohongan?

Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab

Cek Fakta Pilihan

Benarkah Ada Edisi Majalah Tempo yang Menyebut Jokowi dan Gibran Berijazah Palsu?

Sebuah konten beredar dengan narasi Majalah Tempo memuat berita mengenai ijazah palsu Jokowi dan Gibran sembari memuat gambar sampul salah satu edisi Majalah Tempo. Tempo menerima permintaan pembaca untuk memverifikasi pesan berantai di WhatsApp itu, 13 November 2024. Poster tersebut memuat teks: Jokowi & Gibran, 100% Bapak Anak Berijazah Palsu dengan narasi yang beredar: TEMPO IS THE BEST, makanya kacau balau NKRI kita.

| Hasil Pemeriksaan Fakta

Hasil verifikasi Tempo menunjukkan bahwa memang benar sampul majalah tersebut diterbitkan oleh Tempo. Akan tetapi tidak ada laporan mengenai ijazah palsu Jokowi dan Gibran dalam edisi tersebut. 

Waktunya Trivia!

Benarkah Ada Tautan Untuk Mengakses Bantuan BUMN Klaster Pangan?

Sebuah akun di Facebook [arsip] mengunggah poster pemberitahuan program bantuan khusus kesejahteraan petani, peternak, dan nelayan 2024 yang disebut sebagai BUMN Klaster Pangan. Dalam konten tersebut, memuat informasi tentang syarat dan ketentuan penerima bantuan program bantuan khusus dana hibah untuk kesejahteraan petani, peternak dan nelayan dari BUMN Klaster Pangan pada September 2024. Konten tersebut juga mencantumkan tautan untuk mengakses bantuan BUMN Klaster Pangan

Ada Apa Pekan Ini?

Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki beragam isu. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo untuk membaca hasil periksa fakta berikut:

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.

Ikuti kami di media sosial:

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus