Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Penembak Muhammad Sejahtera Dwi Putra menjadi penyumbang medali emas pertama bagi kontingen Indonesia di Asian Games 2022.
Sejahtera juga membuat sejarah sebagai atlet menembak pertama yang berhasil meraih medali emas di Asian Games sejak cabang olahraga itu diperlombakan pada 1954.
Ia berharap nomor running target bisa kembali dipertandingkan di Olimpiade.
TELEVISI raksasa di arena menembak Asian Games 2022 di Fuyang Yinhu Sports Centre, Hangzhou, Cina, menunjukkan skor 377 untuk Kwon Kwang-il dari Korea Utara. Atlet menembak Muhammad Sejahtera Dwi Putra kontan memeluk pelatihnya, Masruri, begitu menyadari skornya lebih tinggi satu poin. Tera—sapaan akrab Sejahtera—mengumpulkan 378 poin-11x (11 peluru tepat sasaran) sehingga berhak mendapatkan medali emas nomor running target mixed run 10 meter perseorangan putra, Selasa, 26 September lalu.
Medali itu merupakan medali emas kedua Tera setelah sehari sebelumnya dia menjuarai nomor running target 10 meter perseorangan putra. Penembak nasional yang lahir di Jakarta, 13 April 1997, ini menjadi penyumbang medali emas pertama bagi kontingen Indonesia di Asian Games ke-19 itu. Tera juga mengukir sejarah sebagai atlet menembak Indonesia pertama yang meraih medali emas sejak cabang olahraga menembak diperlombakan di Asian Games 1954 di India.
"Saya persembahkan dua medali emas ini buat keluarga dan seluruh rakyat Indonesia yang telah mendukung saya," kata Tera kepada Tempo melalui sambungan telepon, Kamis, 28 September lalu. Atlet bertinggi badan 170 sentimeter ini juga mendapatkan dua medali perunggu, yakni dari nomor running target 10 meter beregu putra dan running target mixed run 10 meter beregu putra. Di dua nomor beregu itu, Tera turun bersama Julio Irfandi dan Muhammad Badri Akbar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Muhammad Sejahtera Dwi Putra menggigit medali emasnya usai menjuarai final 10 meter running target mixed run Asian Games 2022, di Fuyang Yinhu Sports Centre, Hangzhou, Cina, 26 September 2023/ANTARA/M Risyal Hidayat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Buat Tera, dua medali emas yang diperolehnya di Hangzhou 2022 ini merupakan hasil sempurna setelah di Asian Games 2018 ia hanya mampu mendapatkan perak. Meski demikian, ketika itu Tera menjadi atlet menembak yang mampu mengakhiri paceklik medali menembak Indonesia di Asian Games. Ia meraih medali perak running target mixed 10 meter perseorangan. Sebelumnya, Indonesia terakhir kali merebut medali menembak ketika Elias Joseph Lessy membawa pulang medali perunggu nomor senapan angin 10 meter di Asian Games Bangkok 1966.
Alumnus Program Studi Kepelatihan Kecabangan Olahraga Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini mengungkapkan, setiap atlet di cabang olahraga menembak punya peluang saling menjegal. Namun, dia menambahkan, tantangan terbesar untuk bisa meraih prestasi tertinggi adalah mengalahkan diri sendiri dengan fokus pada setiap perlombaan. "Mainnya pikiran. Kalau pikiran kacau, itu lawan yang paling berat," tutur Tera.
Untuk menjaga fokus menjelang pertandingan, Tera punya strategi khusus. Ia bakal membatasi komunikasi dengan orang lain. "Saya tidak mau ngobrol dengan banyak orang, kecuali dengan orang saya percaya seperti pelatih. Yang paling penting dengan orang tua, istri, itu buat hati tenang aja," ucap suami Fitri S. Irnandez ini. Tera adalah putra kedua pasangan Andrizal dan Betmiaty.
Meski Tera sudah berprestasi di level internasional, menembak bukanlah olahraga yang ia tekuni sejak kecil. Ia baru mulai berlatih menembak saat berusia 18 tahun. Ia berkenalan dengan olahraga menembak ketika mulai kuliah di UNJ. "Dulu saya menggeluti sepak bola dan futsal. Tapi saya realistis saja karena banyak sekali pesaingnya,” ujarnya. “Ketika ada peluang berlatih menembak, saya ambil karena kampus mewajibkan mahasiswa menekuni satu cabang olahraga."
Tidak perlu waktu lama, Tera mengukir prestasi sejak berlatih menembak dengan Masruri. Ia menunjukkan bakatnya ketika meraih dua medali emas dan dua medali perak dari nomor running target 10 meter dan running target mixed 10 meter di Southeast Asian Shooting Association Championships 2015 di Lapangan Tembak Senayan, Jakarta. Di Asian Airgun Championships 2021 di Kazakstan, Tera juga meraih dua medali emas. Sedangkan di SEA Games 2021 di Vietnam, ia beroleh satu medali emas dan satu medali perak.
Meski telah mencetak sejarah di Asian Games, Tera masih menaruh asa bisa berprestasi lebih tinggi. Ia berharap dapat tampil di pesta olahraga terbesar di dunia, yakni Olimpiade. "Harapan saya nomor running target bisa diperlombakan lagi di Olimpiade, karena terakhir itu pada 2004," kata Tera.
Ihwal penemuan bakat Tera, pelatih tim nasional menembak Indonesia, Masruri, mengatakan semua bermula ketika dia memasang poster seleksi atlet menembak di UNJ. Setelah beberapa pekan, ada sejumlah nama yang mendaftar, termasuk Tera dan Julio Irfandi. Ketika memberikan pelatihan dasar, Masruri melihat ketenangan Tera yang baru pertama kali menembak. “Yang kami seleksi diberi pengetahuan singkat. Tera itu menembak awalnya bagus. Akhirnya terpilih beberapa orang," ucap Masruri melalui sambungan telepon, Kamis, 28 September lalu.
Adapun perihal capaian Tera, Masruri menjelaskan, atlet itu dibentuk sejak tiga tahun lalu. Ia melatih anak asuhannya tersebut agar bisa menjaga pikiran dan menenangkan hati menjelang perlombaan. Untuk itu, Masruri menggunakan pendekatan psikologis agar anak didiknya bisa tampil prima di hari pertandingan. "Mindset atlet harus benar-benar dijaga. Bahkan saya sampai berkomunikasi dengan orang-orang terdekat atlet itu untuk membantu menjaga pikiran," ujar pelatih yang lahir di Grobogan, Jawa Tengah, 2 Juli 1976, ini.
Tak hanya mengasah kemampuan Tera, Masruri juga mematangkan bakat Muhammad Badri Akbar. Atlet muda ini ikut menyumbang medali perunggu dari nomor running target mixed 10 meter beregu putra. Badri adalah adik kandung Tera. Mirip dengan Tera, Masruri pula yang mengasah bakat menembak Badri dari nol hingga kini menjadi atlet di Asian Games 2022. "Badri baru saya latih selama satu setengah tahun. Dari postur tulang belakangnya, sama dengan Tera. Hanya cara jalan yang berbeda," katanya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Dua Emas Tembakan Sejahtera"