Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BELAKANGAN ini Bima Arya Sugiarto acap berkomunikasi dengan bekas Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, lewat WhatsApp. Keduanya kerap bertukar kabar soal pemilihan kepala daerah atau pilkada Jakarta dan Jawa Barat. Kepada mantan Wali Kota Bogor itu, Ridwan pernah mengungkapkan kegalauannya: melawan Anies Baswedan di Jakarta atau tetap di Jawa Barat.
“Kang Emil (panggilan Ridwan) bilang ke saya, Jakarta itu menarik, tapi keluarganya ingin beliau di Jawa Barat,” ujar Bima kepada Tempo di Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa, 2 Juli 2024.
Seperti Ridwan, Bima bisa jadi akan berlaga dalam pilkada Jawa Barat. Sebagai orang Sunda, kata Bima, memimpin Jawa Barat tentu lebih nyaman ketimbang pindah ke provinsi lain. “Keluarga beliau merasakan itu juga,” ucap Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional tersebut.
Sejak pertengahan tahun lalu, Partai Golkar telah membidik Ridwan menjadi calon Gubernur Jakarta. Petinggi partai beringin memprediksi Anies Baswedan, yang maju sebagai calon presiden dalam pemilihan presiden atau pilpres 2024, tak berlaga lagi di Jakarta. “Kami berasumsi Jakarta kembali ke nol,” tutur Wakil Ketua Umum Golkar Ahmad Doli Kurnia, Kamis, 4 Juli 2024.
Akhir November 2023, Ridwan mendapat dua surat tugas dari Partai Golkar untuk bertarung di Jakarta atau Jawa Barat. Ridwan mengatakan prioritas utama tetap di Jawa Barat. “Tapi tetap diminta mencoba di Jakarta,” katanya saat itu. Ridwan pun tancap gas. Seusai pilpres pada 14 Februari 2024, baliho Ridwan dengan kutipan “OTW (on the way) Jakarta” bermunculan.
Selepas pemilihan presiden, nama Ridwan juga menguat di Koalisi Indonesia Maju. Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto telah memberikan surat rekomendasi pencalonan Ridwan pada Maret 2024. Saat bertemu dengan para ketua umum partai di koalisi itu pada akhir Mei 2024, Presiden Joko Widodo ikut menyorongkan nama Ridwan, yang dianggap mampu menandingi Anies.
Skenario pencalonan Ridwan di Jakarta kemudian bergulir. Istana, misalnya, mengirimkan utusan untuk melobi Partai Keadilan Sejahtera agar tak mendukung Anies. Menurut sejumlah narasumber yang mengetahui manuver tersebut, PKS akan mendapat separuh duit kampanye yang dikeluarkan dalam Pemilu 2024. PKS pun diiming-imingi masuk pemerintahan Prabowo.
Jika Ridwan Kamil jadi maju dalam pilkada Jakarta, Gerindra mengusulkan bekas Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, sebagai calon Gubernur Jawa Barat. Nama Dedi ikut dibicarakan dalam pertemuan di Istana pada akhir Mei 2024. Dedi kalah oleh Ridwan dalam pilkada Jawa Barat 2018. Bekas politikus Golkar itu kini bergabung dengan Gerindra.
Dedi enggan berkomentar soal kemungkinan menjadi calon Gubernur Jawa Barat. “Keputusan ada di tangan Ketua Umum Prabowo Subianto,” ucap Dedi pada Kamis, 4 Juli 2024. Meski begitu, Dedi acap berkomunikasi dengan kandidat calon Wakil Gubernur Jawa Barat dari partai lain, di antaranya Bima Arya dari PAN.
Belakangan, skenario itu berubah gara-gara elektabilitas Ridwan di Jakarta jauh tertinggal dari Anies Baswedan. Hasil sigi sebuah lembaga survei berbasis di Jakarta yang disebarkan terbatas ke partai politik pada Juni 2024 menunjukkan elektabilitas Ridwan 18 persen. Anies ada di urutan pertama (48 persen), diikuti mantan Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (21 persen).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jebloknya elektabilitas Ridwan mengubah peta pemilihan Gubernur Jakarta dan Jawa Barat. Golkar memilih memajukan kembali Ridwan di Jawa Barat ketimbang di Jakarta. Wakil Ketua Umum Golkar Ahmad Doli Kurnia mengatakan elektabilitas Ridwan lebih moncer di Jawa Barat. Ridwan mengantongi tingkat kepuasan masyarakat hingga 80 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hasil sigi Indikator Politik Indonesia yang dirilis pada Kamis, 4 Juli 2024, menunjukkan elektabilitas Ridwan tertinggi di Jawa Barat. Dalam simulasi tiga kandidat, elektabilitas Ridwan sebesar 56,3 persen. Adapun Dedi Mulyadi 35,1 persen dan putra mantan presiden B.J. Habibie, Ilham Habibie, 3,3 persen. “Masyarakat masih ingin Ridwan memimpin Jawa Barat,” kata Doli.
Meski elektabilitas Ridwan paling tinggi, Golkar tak mau buru-buru menetapkan dia sebagai calon gubernur. Doli mengatakan partainya mempertimbangkan usul para ketua umum partai lain. Menurut Doli, petinggi Koalisi Indonesia Maju akan mengambil keputusan setelah membaca survei dalam satu setengah bulan ke depan untuk pilkada Jakarta.
Ridwan belum merespons pertanyaan yang dilayangkan Tempo. Aria Girinaya, ajudan Ridwan, mengatakan bosnya sedang di luar negeri. Adapun Bima Arya meyakini Ridwan akan bertarung di Jakarta karena spesialisasi dia mengurus masalah urban. “Pertarungannya berat dan ketidakpastiannya tinggi. Tapi Kang Emil pasti akan ikut keputusan partai,” ujar Bima.
Di tengah kans Ridwan yang meredup, peluang Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok maju dalam pilkada Jakarta justru menguat. Kepada Tempo, petinggi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan bercerita bahwa partainya menimbang Ahok untuk kembali bertarung melawan Anies Baswedan. Ahok dinilai mampu bersaing dengan Anies karena elektabilitasnya sekitar 20 persen.
Partai banteng pun belakangan kerap melibatkan Ahok dalam pelbagai kegiatan. Pada Jumat, 5 Juli 2024, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri melantik Ahok sebagai Ketua PDIP Bidang Perekonomian.
Basuki Tjahaja Purnama di Sekolah Partai PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, 5 Juli 2024. Antara/Indrianto Eko Suwarso
Ahok tak banyak berkomentar soal kans dia maju kembali sebagai calon Gubernur Jakarta. “Aku belum tahu,” katanya seusai pelantikan pengurus baru PDIP. Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Bidang Komunikasi Adian Napitupulu tak menjawab secara gamblang kans Ahok dalam pilkada Jakarta. Ia mengatakan partainya akan memperhatikan semua faktor, termasuk elektabilitas.
Sebelumnya, PDIP menimbang mengusung Anies Baswedan untuk berpasangan dengan kader mereka. Salah satunya Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta Prasetyo Edi Marsudi. Tujuannya adalah melawan siapa pun calon yang didukung Istana. Namun, karena Partai Keadilan Sejahtera memutuskan Anies berpasangan dengan Sohibul Iman, ide tersebut terancam buyar.
Seorang petinggi PDIP menyatakan kalangan internal partainya sedang menimbang rencana berkoalisi dengan Partai Kebangkitan Bangsa. Partai yang dipimpin oleh Muhaimin Iskandar itu sebelumnya mendeklarasikan Anies sebagai calon Gubernur Jakarta. Keputusan PKS pun membuat PKB masygul.
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PKB Jakarta Hasbiallah Ilyas mengaku jengkel terhadap manuver PKS yang mengunci Anies dengan Sohibul. Ia mengatakan PKB tak akan berkoalisi dengan PKS apabila Anies berduet dengan Sohibul. “Masak, partai kami didikte?” ucap Hasbiallah pada Jumat, 5 Juli 2024.
Menyatakan masih akan mendukung Anies Baswedan dalam pemilihan Gubernur Jakarta, Hasbiallah tak menutup peluang berkoalisi dengan partai lain, termasuk PDIP. Ia menyatakan PKB memiliki sejumlah kader untuk maju sebagai calon wakil gubernur. “Koalisi dibangun harus berdasarkan kebersamaan dan musyawarah,” ujarnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Francisca Christy Rosana, Egi Adyatama, Hussein Abri Dongoran, dan Sultan Abdurrahman berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "On the Way Balik Kandang"