Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berita-berita selalu menyajikan kabar buruk soal planet ini. Isu perubahan iklim tentang memanasnya bumi akibat energi fosil, sampah sisa produksi manusia, hingga konversi lahan untuk memenuhi kebutuhan kita membuat bumi sekarat. Es mencair 11 miliar ton sehari, menurut sebuah jurnal. Pencairan es itu akibat suhu bumi naik 0,8 derajat Celsius.
Jika suhu naik dan es mencair, populasi manusia pun terancam. Kita akan ikut sekarat karena penyakit. Sumber daya pangan akan ikut menyusut. Perubahan iklim dan pemanasan global secara nyata telah mengancam kita lewat perubahan musim, bencana yang datang lebih sering, hingga pelbagai jenis penyakit baru yang ditemukan pada hewan ataupun manusia.
Kita harus bertindak untuk menyelamatkan bumi. Salah satunya bisa dimulai dengan dakwah lingkungan dalam pengajian-pengajian.
Rayyana Mika
Bogor, Jawa Barat
Soal ‘Quality Control’ Grab
HAMPIR setiap hari saya menggunakan ojek online, terutama Grab, untuk pergi dan pulang bekerja. Jadi saya paham betul bagaimana penurunan kualitas Grab dari hari ke hari.
Pertama adalah soal aplikasinya yang makin njelimet. Ini bukan soal mudah dipahami atau tidak, melainkan masalah proses pemesanan yang menjadi makin lama. Misalnya, ketika saya ingin memakai kode voucher, kotak “pilih profil” sangat lama muncul.
Kedua, ketika saya sudah mendapat pengemudi, aplikasi sangat sering tiba-tiba freeze sendiri. Saya tidak bisa chat driver atau meneleponnya, tidak bisa pula keluar dari laman chat untuk memantau pergerakan pengemudi. Ini kerap menimbulkan kesalahpahaman sehingga order saya kerap di-cancel karena dianggap fiktif.
Ketiga, ketika saya tengah memesan layanan, tiba-tiba aplikasi memaksa untuk menutup otomatis. Jadi butuh waktu lagi untuk mengulang urutan pemesanan dari awal.
Ini semua belum ditambah dengan persoalan layanan pengemudi yang jauh dari standar. Yang menonjol adalah pengemudi memberikan helm yang jauh dari kata aman kepada penumpang, memaksa penumpang mengisi saldo OVO, dan memaksa penumpang patuh jika ingin melawan arus atau masuk ke jalur Transjakarta.
Yang perlu saya tekankan adalah persoalan ini tidak berkaitan dengan koneksi Internet, bukan karena kelalaian memperbarui aplikasi, dan bukan soal kapasitas telepon seluler. Saya pernah bertanya kepada teman-teman sesama pengguna dari soal aplikasi hingga pengemudi. Persoalannya sama. Karena itu, saya pikir masalah ini ada di quality control Grab sendiri. Semoga bisa berbenah.
Maria Dini
Lenteng Agung, Jakarta
Koneksi Internet Indosat Buruk
SAYA pengguna kartu Indosat yang tergiur iming-iming tarif Internet murah, lebih murah daripada operator pelat merah. Tarifnya memang murah, tapi banyak sekali kekurangan yang menjadi kerugian bagi saya sebagai konsumen dibanding operator kompetitornya. Terutama soal koneksi Internet yang kacau.
Saya tinggal di area Jagakarsa, Jakarta Selatan. Setiap kali saya sampai di rumah, penanda sinyal di pojok kanan atas telepon seluler selalu menunjukkan tanda “H” atau “3G” dan tak sekali-dua kali “E”. Tak peduli cuaca sedang terang-benderang, panas menyengat, atau mendung dan hujan deras. Keluar dari bangunan rumah pun tak banyak menyelamatkan. Anehnya, ketika sudah menyeberang perbatasan Pasar Minggu, penanda sinyal bergerak ke “4G”.
Ketika saya menghubungi customer service Indosat, suara di seberang telepon mengatakan sedang ada perbaikan jaringan. Tapi apakah perbaikan jaringan memakan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan? Saya sangat kecewa atas hal ini karena setiap bulan biaya yang saya keluarkan untuk membeli paket Internet tidak murah dan tidak ada perbaikan setelah saya menghubungi customer service Indosat.
Semoga hal ini dapat segera ditangani dengan baik.
Pramita
Jagakarsa, Jakarta Selatan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo