Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

prelude

Kekerasan Seksual di IAIN Ambon

Surat pembaca: dari kekerasan seksual di IAIN Ambon hingga konsep ekonomi berbagi.

26 Maret 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Soal Birokrasi Indihome

TERIMA kasih telah memuat surat saya di edisi 21-27 Maret 2022 tentang birokrasi Indihome. Tempo telah menjadi alat yang berperan dalam perbaikan praktik bisnis di negara kita. Ternyata IndiHome cukup responsif. Tadi saya ditelepon dan kemudian dikirimkan pesan di bawah ini:

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Selamat siang, Bapak Hadi. Kami dari Telkom Bekasi ingin menindaklanjuti keluhan bapak melalui Tempo edisi 21-27 Maret 2022 .Untuk penambahan addon channel UseeTv Movie 2 (HBO dan Cinemax) sudah kami bantu input-kan dan status saat ini sudah completed. Jika ada kesalahan penyampaian dari pihak Indihome kami meminta permohonan maaf. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dr Hadi Satyagraha
Jakarta


Kekerasan Seksual IAIN Ambon

KASUS kekerasan seksual di Institut Agama Islam Negeri Ambon makin mencemaskan. Pers mahasiswa di IAIN Ambon, Lintas, menurunkan laporan tentang kekerasan seksual yang terjadi pada 2015-2021. Temuan Lintas yang ditelusuri sejak 2017 menemukan 32 mahasiswa, laki-laki dan perempuan, mengaku sebagai korban. Terduga pelaku sebanyak 14 orang yang terdiri atas dosen, pegawai, mahasiswa, dan alumnus.

Pada 2016, Lintas menurunkan laporan serupa. Perundungan seksual diduga dilakukan dosen terhadap mahasiswi. Dalam liputan khusus majalah Lintas edisi Januari 2022, ditemukan satu dosen yang sama mengulang perbuatannya pada 2021 terhadap dua mahasiswi. Anehnya, dosen ini dipercaya memegang jabatan wakil dekan II. Masalahnya, pemimpin kampus masih menganggap kekerasan seksual bukan masalah serius. Akibatnya, laporan yang diturunkan pers mahasiswa ini dianggap mencoreng nama kampus. Respons itu terlihat ketika sejumlah wartawan dipukul di sekretariat mereka.

Ketidakseriusan kampus menangani kekerasan seksual menyebabkan problem serupa terjadi berkali-kali. Kasus ini tidak terlepas dari relasi kuasa yang timpang. Posisi dosen dan jabatan wakil dekan tentu membuat pelaku leluasa memanfaatkan posisinya untuk bertindak mesum kepada korban, yang posisinya lebih rendah.

Kementerian Agama melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam harus mengevaluasi kinerja kampus ini dalam pencegahan kekerasan seksual. Kementerian harus mengawal pengusutan kasus tersebut hingga tuntas. Mereka perlu menjamin tidak ada korban lain di masa mendatang.

Dalam kasus di IAIN Ambon, Senat justru meminta data korban dan terduga pelaku tanpa membentuk satuan tugas yang independen untuk pengusutan dan penanganan kasus tersebut. Penolakan Lintas untuk memberikan data itu sebelum satgas dibentuk bertujuan menghindari konflik kepentingan dalam penanggulangan kekerasan seksual. Hal ini berangkat dari pengalaman Lintas menurunkan laporan serupa, tapi pengusutan kasusnya tidak selesai.

Kekerasan seksual akan membunuh pertukaran ide secara bebas ataupun pengembangan ilmu pengetahuan di kampus. Ruang belajar yang bersih dari kekerasan akan mewariskan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi pembangunan nasional dan melahirkan manusia bermartabat bagi umat dan agama. 

Ihsan Reliubun
Alumnus jurnalistik IAIN Ambon


Ekonomi Berbagi

CHARLES Eisenstein mengemukakan tentang “ekonomi berbagi”. Bakteri pengikat nitrogen tidak secara langsung mendapat keuntungan dari pekerjaannya mengikat nitrogen. Tapi nitrogen yang diberikan untuk tanah akan menumbuhkan tanaman, menyuburkan akar-akar pohon, dan kemudian menyediakan nutrisi bagi bakteri.

Di Bandung ada pesantren Al-Ittifaq yang memanfaatkan pupuk organik dan gas untuk kebutuhan memasak dari buangan sapi yang diternakkan para santri. Buangan santri juga dimanfaatkan sebagai pakan lele jumbo di sebuah empang raksasa. Kemudian, kebutuhan pangan santri dipasok dari padi dan sayur-mayur yang ditanam serta protein-protein ikan yang diambil dari empang-empang.

Ada banyak alasan untuk mendukung ekonomi berbagi ini, sekalipun dari sudut pandang egosentris dan antroposentris. Bentuk ekonomi ini akan berkembang di tengah masyarakat yang saling berbagi fungsi dan keterampilan, pengetahuan, manajemen waktu, informasi, dan materi tanpa penggantian apa pun yang sifatnya formal belaka. Tidak ada uang yang berpindah tangan, bahkan juga tidak ada barter. Tidak ada kredit ataupun catatan utang yang rinci dalam buku-buku tagihan.

Dalam konsep ekonomi berbagi, segala sesuatu saling memberi dan menerima, tanpa syarat apa pun. Karena itu, hal ini bertolak belakang dengan konsep ekonomi “pasar bebas” yang justru telah menyulap segala aspek kehidupan di planet indah ini menjadi sumpek dan sempit. Tidak ada kebebasan dan kelapangan untuk menikmati hasil-hasil yang dianugerahkan alam bagi kebutuhan manusia. Segalanya telah menjadi seperangkat taksiran finansial yang pada hakikatnya main-mainan angka yang semu dan nisbi belaka.

Konsep ekonomi berbagi meniscayakan manusia memandang diri mereka sebagai bagian dari semesta serta merasa bertanggung jawab untuk memelihara dan melestarikan semesta. Masyarakat akan memiliki akses lebih besar pada semua sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalani hidup sehat dan memuaskan, yang sekaligus sehat juga bagi semesta yang menyokongnya. 

Eeng Nurhaeni
Rangkasbitung, Banten Selatan

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus