Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kelangkaan Kontainer Tol Laut
SALAH satu masalah yang sering dialami pedagang antarpulau yang menggunakan angkutan tol laut di Surabaya adalah kelangkaan kontainer. Akibatnya, tak jarang mereka terpaksa membatalkan pembelian barang yang seharusnya dikirim ke kawasan Indonesia timur (Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seharusnya hal itu tak perlu terjadi jika PT Pelayaran Nasional Indonesia atau Pelni dapat memaksimalkan ketersediaan kontainernya. Kenyataannya, di depo-depo Pelni di Surabaya ketersediaan kontainer selalu jauh di bawah jumlah yang dibutuhkan pedagang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Memang setiap kapal tol laut yang kembali ke Pelabuhan Tanjung Perak membawa kembali kontainer-kontainer kosong. Tapi jumlahnya tidak sesuai dengan kapasitas kapal dan kebutuhan pedagang. Sebelum kapal bersandar, muatannya sudah menjadi rebutan para pedagang yang biasanya diwakili perusahaan ekspedisi tol laut. Selalu saja ada pedagang yang tidak kebagian kontainer.
Padahal di pelabuhan-pelabuhan di kawasan Indonesia timur selalu terlihat masih banyak tumpukan kontainer kosong milik Pelni. Kenapa kontainer-kontainer ini tidak dibawa kembali secara maksimal ke Tanjung Perak?
Selain itu, yang menjadi pertanyaan pedagang adalah kenapa Pelni menetapkan sistem kuota pada kapal-kapal tol laut yang secara total jauh di bawah kapasitas muat kapal tersebut? Sebagai contohnya kasus trayek Tanjung Perak-Fakfak-Kaimana-Elat-Dobo-Tanjung Perak. Kapasitas kapal tol laut adalah 300 TEUs. Pelni menetapkan kuota untuk Fakfak, Papua Barat, sebanyak 25 TEUs (kebutuhan 80-100 TEUs); Kaimana, Papua Barat, 25 TEUs (kebutuhan 60-70 TEUs), Elat, Maluku, 15 TEUs; dan Dobo, Maluku, 40 TEUs (kebutuhan 70-80 TEUs). Jumlah totalnya hanya 105 TEUs, jauh di bawah kapasitas kapal 300 TEUs.
Sistem kuota yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan jauh di bawah kapasitas kapal itu mengakibatkan pedagang selalu mengalami kekurangan kontainer.
Thie Daniel
Surabaya
Sosok Sri Mulyani
MUNGKIN aku hanyalah salah seorang di Indonesia yang mengidolakan sosok Sri Mulyani Indrawati. Meskipun dia bukan artis, bagiku Sri Mulyani Indrawati adalah pribadi yang menarik dan cerdas. Sebagai Menteri Keuangan, gaya bicaranya enak meskipun sedang membicarakan sesuatu yang sangat penting dan genting. Yang keluar dari dirinya hanya ucapan-ucapan teduh, enak didengar, dan perlu.
Mungkin karena alasan di atas anak lelakiku yang pertama, Sultan Saladin, aku kuliahkan di Program Studi Manajemen Aset Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Insya Allah pada Oktober ini anakku diwisuda. Harapanku, Sultan bisa mengabdi di kantor yang dibawahkan Ibu Sri Mulyani Indrawati. Siapa tahu ia bisa belajar dan meniru kecerdasan beliau.
Semoga pula anakku yang bungsu, Louisa Putri Faradya, yang sekarang duduk di kelas XII Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Temanggung, Jawa Tengah, bisa menyusul diterima di STAN. Kita semua berdoa semoga Ibu Sri Mulyani Indrawati selalu diberi kemudahan oleh Allah dalam segala hal dan Indonesia makin maju.
Muhisom Setiaki
Temanggung, Jawa Tengah
Kemacetan di Puncak
BUKAN hanya saat akhir pekan atau hari libur, sekarang ini tiap hari selalu terjadi kemacetan parah di Pasar Cisarua, Puncak, Bogor, Jawa Barat. Laju kendaraan macet sampai beberapa kilometer dari arah jalur Puncak. Bayangkan saja kendaraan merayap selama setengah jam lebih untuk jarak satu kilometer. Tentu kemacetan ini menyebabkan waktu terbuang sia-sia dan memboroskan bahan bakar kendaraan.
Penyebab utama kemacetan tersebut adalah angkutan kota yang ngetem dan sepeda motor yang seenaknya memotong jalan. Praktis tidak ada petugas yang mengatur. Kesemrawutan yang kronis ini sudah berjalan lama dan didiamkan saja. Ini adalah contoh ketidakhadiran pemerintah, dalam hal ini Bupati Bogor. Padahal solusinya sangat mudah. Kalau saja ada aparat Pemerintah Kabupaten Bogor turun dan melihat langsung, dengan menggunakan sedikit akal sehat, masalah tersebut niscaya segera selesai.
Hadi Satyagraha
Petamburan, Jakarta Pusat
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo