Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tim mahasiswa Universitas -Pa---dja--djaran, Bandung, mengolah minyak atsiri sebagai pelenyap bau kaki. Minyak hasil distilasi atau penyulingan aneka tumbuhan dan buah itu mampu menekan pertumbuhan bakteri penyebab bau tak sedap.
Produk berlabel Perfect Deodorizer alias PeDe itu dibuat oleh Dede Putri Sriyani, Dini Wahyuni, Ghina Izdihar, Dini Oktaviani, dan Muhammad Ihsan. “Idenya berawal dari bau kaki saya,” kata Dede Putri, pertengahan Februari lalu.
Dede tidak sendiri. Hasil survei yang mereka lakukan via media sosial menunjukkan 82,6 persen dari 200 responden mengaku memiliki masalah bau kaki. Mereka juga tak tahu bagaimana mengatasinya.
Tim mencari formula alami yang bisa mengatasi bau pada kaki. Mereka juga mempelajari aroma yang digemari konsumen dengan melakukan riset pasar ke toko-toko parfum di Bandung. Empat varian aroma yang mereka pilih adalah jeruk, serai, melati, serta pepermin yang dikombinasikan dengan lavender.
Dini Oktaviani mengatakan bau kaki timbul akibat asam isovalerat dari keringat. Sejumlah bakteri yang berada di kulit kaki, seperti Staphylococcus epidermidis, Bacillus subtilis, dan Actinomycetes, ikut berperan dalam timbulnya aroma tak sedap di kaki.
Bantalan Kaki Pengusir Bau
Dari tiga jenis bakteri itu, tim menguji Staphylococcus epidermidis di Laboratorium Pusat Universitas Padjadjaran. “Baru uji satu bakteri, itu ada di laboratorium,” kata mahasiswi jurusan kimia semester VI tersebut.
Bakteri itu diuji dengan minyak atsiri, juga dengan alas sepatu (insole) yang mengandung minyak atsiri. Hasil tes menunjukkan minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis. “Rata-rata diameter penghambatan bakteri 30-46 milimeter,” ujarnya.
Adapun dari empat jenis varian aroma parfum, menurut Dini, serai dan jeruk menjadi yang paling kuat. Dua hal itu kemudian dikombinasikan dalam produk PeDe.
Ghina Izdihar menjelaskan, PeDe merupakan kombinasi dari minyak atsiri dan alas kaki (footpad) berbahan silikon berpori. Menurut mahasiswi jurusan kimia itu, silikon terbuat dari polimer anorganik yang aman, mudah didapat, serta dapat menyerap keringat dan menjaga kelembapan kaki.
Bahan dengan pewangi yang mereka buat itu menjadi insole atau pelapis bagian dalam sepatu. Pewangi tempel berwarna putih itu berukuran setengah telapak kaki dan dipasang di dalam sepatu atau alas kaki lain yang terbuka. “Pemakaiannya bisa lima-tujuh hari atau lebih, tergantung kondisi kakinya,” kata Ghina.
Karya mereka menjadi juara favorit dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional Program Kreativitas Kemahasiswaan 2018 yang digelar di Yogyakarta. Produk ini juga menjadi salah satu karya yang lolos seleksi pendanaan program Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi 2019 dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Para mahasiswa itu sudah membuat sejumlah rencana untuk mengembangkan karya mereka. Mereka akan menguji dua bakteri lain yang berperan dalam timbulnya bau kaki, mengambil sampel bakteri dari orang yang bermasalah dengan bau kaki, dan menambah aroma pewangi.
Mereka juga berencana mengombinasikan minyak atsiri dan minyak nilam yang biasa digunakan sebagai bahan campuran parfum. Minyak nilam berfungsi sebagai pengikat aroma sehingga lebih tahan lama, tapi harganya lebih mahal. “Minyak nilam juga berfungsi menghambat bakteri,” ucap Dini Oktaviani.
ANWAR SISWADI (BANDUNG)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo