Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

sains

Gelombang Otak Penggerak Tangan Palsu

Teknologi pembaca sinyal otak dimanfaatkan untuk mengendalikan tangan prostetik. Tidak membutuhkan tindakan operasi untuk pemasangan alat.

2 Agustus 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIM mahasiswa Universitas Indonesia mengembangkan tangan prostetik robotik yang dapat dikendalikan oleh gelombang otak. Instrumen berlabel Afta -B-ionik itu dikombinasikan dengan teknologi electroencephalography (EEG) yang bisa membaca impuls otak sehingga menghasilkan perintah untuk menggerakkan tangan palsu sesuai dengan keinginan pengguna.

Afta B-ionik dibuat oleh mahasiswa Fakultas Teknik, Muhammad Arifin Julian dan Muhammad Yusuf Abdurrahman, serta Aulia Ulfah dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Pembuatan tangan palsu ini dilatarbelakangi kebutuhan para penyandang disabilitas akan alat bantu untuk mendukung aktivitas mereka.

Ide membuat prostesis berawal dari sebuah diskusi dalam forum daring (online). Ada komunitas penyandang disabilitas yang mencari solusi untuk penderita paraplegia atau kelumpuhan organ gerak tubuh karena gangguan di tulang belakang. “Akibatnya, tidak bisa mengirim sinyal ke otot,” kata Arifin pada Rabu, 31 Juli lalu.

Arifin memutuskan membuat alat bantu dengan teknologi EEG yang bisa membaca gelombang otak. Selama ini, sebagian besar penggunaan EEG ditujukan untuk penelitian tentang bagaimana otak manusia berfokus dalam pembelajaran atau meditasi. “Teknologi itu bisa diimplementasikan ke kontrol gerak,” ujarnya.

Produk prostesis sangat dibutuhkan di Indonesia, tapi produsennya sangat sedikit. Harganya pun tergolong mahal karena dibuat unik untuk setiap kondisi tubuh dan kebutuhan pengguna. “Potensi mengembangkan tangan atau kaki prostetik sangat besar,” ucap Arifin.

Gelombang Otak Penggerak Tangan Palsu/Tempo/Djunaedi

Harga tangan prostetik dengan sistem gerak fungsional bisa mencapai Rp 500 juta. Menurut Arifin, baru satu orang di Indonesia yang mengenakannya. Pemasangan lengan prostetik itu juga membutuhkan tindakan operasi untuk menyambungkannya ke otot. “Biaya operasinya saja Rp 150 juta. Jadi ini kendala bagi sebagian besar penyandang disabilitas yang tak mampu,” tuturnya.

Arifin dan timnya mulai meneliti dan mengembangkan tangan palsu itu pada pertengahan 2018. Mereka membuat prostesis yang mudah dipasang, tidak memerlukan tindakan operasi untuk menanam sensor ke otot, dan dikendalikan langsung oleh gelombang otak. Teknologi ini juga terintegrasi dengan Internet of things sehingga kinerja alat lebih optimal.

Dalam riset ini, mereka mendapat pendanaan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi sebesar Rp 210 juta. Sistem Afta B-ionik terdiri atas perangkat EEG dan tangan prostetik. Purwarupa Afta B-ionik dibuat dengan cetakan tiga dimensi.

Berkat inovasinya, ketiga mahasiswa UI tersebut berhasil memperoleh beberapa penghargaan, antara lain 110 Inovasi Indonesia 2018 dari Business and Innovation Center, Most Impactful Innovation 2019 dari Obara Award, serta medali perak dalam International Science and Innovation Fair 2019.

Arifin mengatakan timnya terus berupaya menyempurnakan perangkat seharga Rp 50 juta itu hingga lebih mulus beroperasi. Mereka menargetkan bisa melakukan pengujian klinis pada akhir 2020. “Kami berupaya membuat harganya lebih murah lagi sehingga lebih terjangkau oleh lebih banyak penyandang disabilitas,” ucapnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus