Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PADA masa pandemi Covid-19 ini, banyak inovasi dalam pengembangan masker. Salah satunya masker yang memanfaatkan medan listrik rancangan Ctech Labs EdWar Technology yang diberi nama Barracuda. Pendiri dan Direktur Utama Ctech Labs, Warsito Purwo Taruno, mengatakan ini inovasi pertama yang menggunakan keunggulan tembaga dan listrik aktif. "Yang ada di luar negeri itu masker yang mengandung tembaga, tapi elektronnya pasif. Kami membuat elektronnya aktif," kata Warsito, Jumat, 3 Juni lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Warsito, ide membuat masker jenis ini muncul tak lama setelah Covid-19 melanda. Salah satu pemantiknya adalah hasil penelitian di University of Cambridge, Inggris, yang menyatakan virus dapat lebih dinetralkan di permukaan tembaga dibanding di material lain. Setelah dikaji, penyebabnya adalah tembaga dan logam memiliki konduktivitas paling tinggi. "Sebab, elektron mengalir cepat di permukaan tembaga. Itu salah satu kunci elektron bisa menetralkan virus," tutur pria kelahiran Surakarta, Jawa Tengah, 15 Mei 1967, ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penelitian lain yang mendukung inisiatif Ctech ini berasal dari Cina dan Amerika Serikat. Penelitian itu menemukan titik aktif virus yang disebut protein spike yang menginfeksi sel manusia bermuatan positif. "Nah, ini klop. Bagian titik positif itu bisa dinetralkan oleh elektron dengan cepat di permukaan logam dan permukaan logam konduktor, seperti tembaga dan aluminium," ucapnya. Penemuan inilah yang membuat sejumlah perusahaan di berbagai negara membuat masker yang mengandung tembaga.
Dengan menimbang dua penelitian itu, Warsito menerangkan, timnya memberikan sentuhan listrik. Sebab, elektron akan lebih cepat bekerja kalau diberi medan listrik dengan tegangan listrik. Makin tinggi voltase listrik, elektron lebih cepat bekerja. "Itulah yang kemudian melahirkan ide membuat masker Barracuda," tutur doktor dari Shizuoka University, Jepang, ini. Di bagian dalam masker diberi anyaman tembaga dua lapis yang bersilang.
ilustrasi: djunaedi
Melalui tembaga dua lapis itu, Warsito menambahkan, tercipta muatan positif dan negatif. Itulah yang menghasilkan medan listrik positif dan negatif serta berfungsi menahan virus masuk. "Virus itu tidak bisa masuk melewati medan listrik yang tinggi," ujarnya. Jika virus sudah telanjur berada di dalam masker, medan listrik dapat membuatnya tidak bisa menginfeksi sel.
Adanya medan listrik ini pula yang membuat masker bisa berfungsi meremajakan kulit. "Voltase yang naik-turun itu membuat aliran darah lebih lancar, tidak seperti masker biasa. Aliran darah yang lancar itu mengangkut sel-sel mati dan itu yang menyebabkannya bisa meremajakan kulit," kata Warsito. Cukup dengan pemakaian masker ini selama satu jam, kulit yang kusam bisa menjadi lebih cerah.
Warsito menambahkan, Barracuda merupakan hasil pengembangan masker yang dibuat sebelumnya oleh Ctech yang hanya mengandung tembaga pada April 2020. Setelah pembuatan masker tersebut, timnya membuat kajian dan kemudian menambahkan medan listrik. Kajian berlangsung pada April itu hingga akhir 2020. Ihwal temuan bahwa listrik bisa melancarkan peredaran darah, dia menyebutkan perusahaan sudah mematenkannya pada 2017. Adapun paten masker dengan medan magnet ini masih dalam proses.
Ada tiga jenis masker Barracuda yang menggunakan teknologi magnet ini, yaitu Elegant, Smart, dan Intelligent. Dua jenis yang disebut belakangan memiliki fasilitas tambahan berupa pemurni udara (air purifier). Warsito menambahkan, ia tak terlalu khawatir inovasi ini akan ditiru orang. "Enggak ada masalah kalau untuk bantu menanggulangi Covid-19 juga," ucapnya. Selain itu, inovasi ini toh memanfaatkan hasil penelitian di Inggris, Cina, dan Amerika Serikat.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo