Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

sains

Orari Rayakan 100 Tahun Komunikasi Radio Indonesia-Belanda, Ini 3 Kegiatannya

Perayaan yang melibatkan organisasi serupa Orari di Belanda yakni Van Radio Zend Amateurs (VRZA) itu mengenang pula Radio Malabar di Gunung Puntang.

8 Mei 2023 | 22.52 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Orari, organisasi tunggal yang mewadahi pegiat amatir radio di Indonesia, sedang merayakan '100 Tahun Komunikasi Radio Indonesia-Belanda'. Usia komunikasi itu dihitung dari berdirinya sebuah pemancar radio di kawasan Gunung Puntang, Bandung Selatan, pada 5 Mei 1923--bangunan pemancar kemudian dihancurkan dalam strategi bumi hangus di era kemerdekaan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perayaan melibatkan organisasi yang sama di Belanda yakni Van Radio Zend Amateurs (VRZA). Mereka membalas kode atau sandi morse dari telegram seremonial yang dikirim Orari Daerah Jawa Barat pada Sabtu 6 Mei 2023. Keduanya juga menandai perayaan seabad komunikasi radio itu dengan berkomunikasi timbal balik menggunakan mode SSB pada pita gelombang frekuensi tinggi (HF) pada keesokan harinya. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketua Panitia Penyelenggara Peringatan 100 Tahun Komunikasi Indonesia-Belanda, Tomi Tamtomo, menyebut ada pula kegiatan ketiga berupa Special Event Station pada mode SSB, CW, Digital (FT8), satelit, dan FM (2m) skala nasional dan internasional. Kegiatan ini sedang berjalan, rencananya seminggu, hingga 13 Mei 2023.

"Pada kegiatan tersebut peserta yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan akan memperoleh penghargaan," katanya dalam keterangan tertulis yang dibuatnya hari ini, Senin 8 Mei 2023.

Tomi menyebutkan acara seremonial berlangsung di Stasiun YB1AR di Padalarang. Turut hadir dalam seremonial, antara lain, Kepala Dinas Komunikasi Kabupaten Bandung H. Yosep Nugraha, Ketua Telematika Indonesia Sarwono Atmosutarno, dan Ketua Umum Orari Pusat Donny Imam Priambodo.    

   
Komunikasi dari Gunung Puntang

Seratus tahun lalu, tepatnya 5 Mei 1923, sebuah pemancar radio didirikan di Bandung Selatan oleh Belanda. Berada di kawasan Gunung Puntang, stasiun itu menyerupai bangunan pabrik dengan pembangkit listrik tersendiri untuk menjalankannya. Stasiun penerimanya berjarak 60 kilometer darinya, tepatnya berlokasi di Rancaekek. 

Dengan antena yang terhubung di antara dua lokasi itu, membentang di celah yang ada di antara Gunung Puntang dan Gunung Haruman, jarak jangkauan komunikasi yang ditargetkan saat itu adalah hingga Belanda sejauh 12 ribu kilometer. Radio itu kemudian dikenal dengan nama Radio Malabar. 

Bangunan Radio Malabar sebenarnya sudah selesai sejak 1918 dan dioperasikan seorang sarjana teknik Belanda, Cornelius Johannes de Groot. Tapi saat itu de Groot masih dengan eskperimen  komunikasi nirkabel melalui telegrafi atau sandi morse. 

Pemerintah Belanda kemudian membelikan dua unit pemancar dengan merek Telefunken. Satu dipasang di Belanda yang kelak menjadi stasiun lawan bicara pertama Radio Malabar, yaitu Radio Kootwijk. Satu lagi dikirim ke Gunung Puntang untuk dipasang di Radio Malabar.

Namun, hingga akhir hayatnya, de Groot menolak memasangnya meski lebih efisien. Dia mempertahankan pemancar yang dibelinya sendiri di Amerika yang menggunakan teknologi spark dengan merek Arc Poulsen.

Lepas dari itu, eksperimen dan inovasi de Groot dipandang sebagai fenomena radio amatir. Belakangan dia juga dipandang sebagai yang melahirkan komunitas penggemar radio.


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus