Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tim riset Pusat Mikroelektronika- Institut Teknologi Bandung membuat penyalur sinyal komunikasi dan Internet nirkabel 4G LTE base station yang dinamai InfiniteBe. Inovasi ini merupakan perangkat buatan lokal pertama di tengah maraknya penggunaan pemancar jaringan Internet oleh operator telekomunikasi seluler di Indonesia.
InfiniteBe diluncurkan pada awal Februari lalu di Aula Timur ITB. Demonstrasi perangkat tersebut melibatkan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir, Rektor ITB Kadarsah Suryadi,- dan undangan lain lewat pemutaran video. “Sukses, sinyalnya enggak putus-putus,” kata anggota tim, Irfan Gani, Kamis dua pekan lalu.
Berjenis small cell, komponen InfiniteBe terbungkus kotak serat kaca putih yang ringan. Bagian belakang dan bawah perangkat dirancang terbuka agar panas dari perangkatnya mengalir keluar. Tim sengaja tidak memakai kipas untuk pendingin sehingga alat bekerja dengan senyap. “Suara indikator juga enggak ada, cuma pakai lampu yang tersembunyi,” ujar Irfan.
Tim yang dipimpin dosen elektronika- ITB, Trio Adiono, itu merancang sendiri pemancarnya. Sebab, tak ada perangkat yang dijual atau dipinjamkan produsen ataupun operator pengguna. Pengetahuan membuat pemancar dengan standar Eropa itu didapatkan lewat kerja sama riset dengan sejumlah kampus di Inggris, Jerman, dan Belanda.
InfiniteBe yang mereka kembangkan menggunakan antena dalam atau menyatu dengan komponen lain. Pada tipe buatan produsen lain, antena dibuat terpisah dan berukuran besar.
Pemancar Internet 4G Dalam Negeri
Rancangan seperti itu membuat InfiniteBe lebih ringkas dan mudah dipasang sesuai dengan kebutuhan ruangan. Meski demikian, antena yang berada di dalam wadah membuat daya pancar sinyal untuk Internet menjadi terbatas. Jangkauannya 100-200 meter.
Pemancar ini dapat dipasang di dalam ataupun di luar ruangan. Tim masih bisa menyesuaikan jarak pancar sesuai dengan tipe small cell, yang berkisar 200-2.000 meter. Febri Dewana, anggota tim yang mengurusi perangkat lunak, mengatakan jangkauan sinyal InfiniteBe bisa mencapai 600 meter jika menggunakan antena luar.
Menurut Irfan, InfiniteBe bisa menyambungkan jaringan Internet dari stasiun induk penerima dan pengirim sinyal atau base transceiver station yang posisinya berjauhan. Dengan demikian, alat itu bisa dipakai untuk melayani kawasan dengan populasi lebih padat. Perangkat tersebut juga bisa digunakan di daerah perdesaan yang penduduknya masih sedikit.
Riset perangkat jaringan Internet di ITB ini dirintis pada 2007, ketika era Worldwide- Interoperability for Microwave Access (WiMAX). Tim terus meneliti hingga menggunakan teknologi 4G, yang mereka pasang di InfiniteBe sejak 2015.
Meski teknologi pemancar sekarang telah memasuki generasi kelima atau 5G, tim optimistis InfiniteBe bakal banyak berguna. Alasannya, pada era 4G pun masih banyak operator seluler yang memancarkan jaringan 3G di perdesaan. “Karena masih banyak orang yang cuma menelepon dan kirim pesan pendek (SMS),” tutur Febri.
Pembuatan InfiniteBe juga menjadi bukti Indonesia menguasai teknologi small cell 4G LTE base station. Peluncuran perangkat itu merupakan pijakan yang teknologinya juga diakui secara ilmiah. “Tidak ujug-ujug,” kata Irfan. “Kita enggak bisa 5G kalau 4G enggak bisa bikin.”
InfiniteBe akan diproduksi PT Industri Telekomunikasi Indonesia di Bandung dan digunakan perdana oleh PT Telkomsel. Tim pembuat berharap operator seluler di Indonesia tergerak memakai produksi lokal ini. “Harganya akan kompetitif dengan berbagai pelayanan tambahan,” ucap anggota tim, Feiza Alfi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo