Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tim Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi gemilang. Pada ajang 10th International Brawijaya Choir Festival (BCF) 2022 yang dihelat secara daring pada Senin, 18 Juli lalu, PSM ITS dianugerahi empat gelar kejuaraan, yaitu Grand Champion atau Juara Umum, Gold Medal A kategori Folklore, Gold Medal A kategori Mixed Youth Choir, serta The Best Interpretation of Compulsory Piece.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Music Developer ITS sekaligus konduktor tim paduan suara mahasiswa ITS, Wasis Setiawan, rombongan tim yang berjumlah 72 orang ini telah memberikan upaya terbaik ketika membawakan lima lagu yang terdiri dari lagu folklore dan lagu-lagu klasik. Selain menyuguhkan aksi panggung yang memukau dengan mengenakan kostum bernuansa adat Kalimantan Barat dengan desain yang lebih trendi dan modern.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kostum tersebut, lanjut Wasis, dibuat menjadi luaran sederhana agar para anggota tim nyaman saat bernyanyi. Selain itu, konsep pakaian bercorak lokal ini juga disesuaikan dengan lagu yang mereka bawakan. Untuk kategori folklore, lagu yang mereka bawakan adalah Ampar-Ampar Pisang yang diaransemen oleh alumnus PSM ITS Gabriel Denis Devian.
“Lagu kedua yang kami bawakan di kategori ini adalah Cebi Jaz Bila Fcelica yang dikomposisi oleh Tadeca Vulc,” terangnya seperti dilansir dari laman resmi ITS pada Kamis, 21 Juli 2022.
Di kategori Mixed Youth Choir, PSM ITS membawakan lagu Hope yang dikomposisi oleh Ken Steven, dan Epilog yang juga dikomposisi oleh Tadeca Vulc. “Kemudian untuk bertanding di babak final, kami menyanyikan lagu Asadoya Yunta dengan komposer Ko Matsushita,” katanya,
Sebelumnya, kompetisi hari pertama dan kedua telah digelar pada 15-16 Juli lalu. Tahun ini, International BCF 2022 dilakukan dengan sistem live recording. Maksudnya, peserta melakukan rekaman secara live (luring) yang kemudian hasilnya dilombakan secara daring di Universitas Brawijaya, Malang.
Selain PSM ITS, beberapa pesaing dari universitas di seluruh Indonesia juga turut mengikuti kompetisi ini. “Kendati persaingan cukup ketat, kami tetap optimistis dan berupaya memberikan hasil terbaik,” tandasnya.
Menjadi kompetisi daring kedua yang diikuti oleh PSM ITS, Wasis berujar bahwa tim telah mempersiapkan diri sejak dua bulan sebelum pelaksanaan. Persiapan dimulai dari penentuan lagu yang dibawakan, rangkaian proses audisi, hingga latihan rutin sebelum kompetisi. “Menjelang perlombaan, kami melakukan latihan hampir setiap hari,” jelasnya.
Beberapa saat setelah PSM ITS tampil, dewan juri terpukau dan memberikan respon positif karena kualitas suara yang dimiliki anggota tim sangat bagus. Disinggung mengenai kendala, Wasis mengungkapkan bahwa hambatan paling besar datang dari waktu persiapan yang singkat dan jadwal latihan yang padat.
Adapun Wasis berharap PSM ITS dapat mempertahankan prestasi yang telah diraih ke depannya. “Semoga kami dapat melebarkan sayap di kompetisi mancanegara atau ajang bergengsi dunia lainnya,” pungkasnya penuh harap.