Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

sains

Rumus Aljabar Masjid Al Jabbar: Lengkungan Kurva Bertumpuk

Masjid Al Jabbar adalah masjid yang dirancang tanpa tiang kolom untuk mendapatkan efek bentuk ruangan bagian dalam yang luas.

7 Januari 2023 | 06.18 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil belum lama meresmikan Masjid Al Jabbar di Gedebage, Kota Bandung. Masjid tersebut dibangun tahun 2017 di zaman gubernur kala itu Ahmad Heryawan. Ridwan Kamil yang saat itu menjabat wali kota Bandung adalah perancangnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Groundbreaking dilakuan Pak Aher (Ahmad Heryawan) juga Pak Deddy Mizwar di tahun 2017. Kami lanjutkan. Oleh takdir-Nya, pak wali kota dan arsiteknya menjadi gubernur Jawa Barat, sehingga ini menjadi sebuah takdir yang tidak biasa,” kata Ridwan Kamil, di sela peresmian masjid itu, 30 Desember 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam sejumlah kesempatan Ridwan menjelaskan rancangan masjid tersebut. Masjid Al Jabbar adalah masjid yang dirancang tanpa tiang kolom untuk mendapatkan efek bentuk ruangan bagian dalam yang luas. “Ini adalah masjid tanpa tiang kolom, makanya bentuknya sangat megah. Kita menjadi kecil di sini,” ujarnya.

Rumus Aljabar

Ridwan mengakui butuh waktu lama mendapatkan ide merancang masjid tanpa kolom tersebut. Ide dasarnya berasal dari rumus matematika aljabar. Rumus tersebut diterjemahkan dalam bentuk deretan lengkungan kurva yang saling bertumpuk.

“Imajinasi masjid ini datang inspirasinya dari rumus matematika. Maka dilihat di bawah ada 10 bentuk kurva, di atas ada per dua menjadi 5 (kurva), di atasnya dari 5 menjadi 4, dari 4 menjadi 2, dan menjadi 1. Itu adalah rumus matematika yang jadi inspirasi Al Jabbar,” kata Ridwan.

Rumus matematika tersebut diwakili oleh tokoh Islam yang menjadi tokoh matematika dunia, yakni Aljabar. Imajinasi rumus matematika aljabar tersebut yang menjadi inspirasi nama masjid itu.

“Inspirasi ini dibangkitkan oleh semangat matematika. Dalam ilmu matematika, bukan hanya rumus. Dia punya bentuk geometri. Beda rumus beda bentuk. Ganti rumus, ganti bentuk. Inilah rumus matematika yang terinspirasi dari aljabar,” kata Ridwan.

Nama Al Jabbar kemudian bisa dikaitkan dengan Asmaul Husna, nama-nama suci Allah dalam keyakinan Islam. Nama Al Jabbar juga bisa diplesetkan menjadi Jawa Barat. “Saya berimajinasi kemudian berkontemplasi. Butuh riset juga. Jadi, sebulan itu tidak ada ide. Akhirnya, karena Jabar adalah Jawa Barat, aljabar juga matematika, sehingga gagasan besarnya adalah mengambil inspirasi dari rumus matematika," kata Ridwan.

Butuh Riset Panjang

Ridwan mengakui untuk mewujudkan ide tersebut tidak segampang mencoretnya di atas kertas. Bentuk lengkung masjid tanpa kolom tersebut misalnya membutuhkan teknik membangun yang tidak biasa. “Di imajinasi saya agak rumit. Bentuk-bentuk yang melengkung-lengkung dengan berbagai variasi itu tidak mudah diwujudkan kalau menggunakan teknik membangun biasa," kata dia.

Menurutnya, demi membangun masjid tersebut terpaksa dilakukan riset tersendiri untuk mencari teknik dan material tertentu. Teknik dan temuan baru tersebut menjadi pengaya dunia arsitektur masjid. “Jadi masjid ini memberikan ilmu baru, cara membuat bentuk-bentuk lengkung yang biasanya susah menjadi lebih mudah. Makanya saya yakin kontraktor di sini punya pengalaman luar biasa, menemukan cara-cara baru," kata Ridwan.

Manajer Produksi Proyek Pembangunan Masjid Al Jabbar Affy Primadhian membenarkan. Kesulitan paling besar adalah pada konstruksi bangunan utama yang tidak memiliki kolom penunjang. “Tantangannya banyak sekali karena desain yang diberikan Pak Ridwan Kamil ini sangat unik. Jadi bagi kami pelaksana konstruksi harus benar-benar berpikir bagaimana caranya mewujudkan bentuk yang diharapkan,” kata dia.

Affy mengaku puas saat bangunan utama rampung. “Begitu ini menjadi kenyataan, sebuah kebanggaan bagi kami sendiri untuk bisa merealisasikan apa yang didesain oleh Pak Gubernur menjadi bangunan yang epik,” kata dia.

Pimpinan PT Urbane Indonesia, Reza Achmed Nurtjahja, dilibatkan dalam desain awal masjid bersama almarhum Bayu Wahyudin, Senior Arsitek Urbane Indonesia. “Jadi dari coretan tangan. Kemudian kita modelling dengan komputer, dengan parametrik, sehingga setiap titik itu bisa ketemu, dan ada rumusnya, dan itu yang terus dielaborasikan oleh Tim Urbane Indonesia," kata Reza.

Reza mengaku, butuh riset panjang untuk mewujudkan konstruksi ide bangunan tersebut. “Risetnya macam-macam, dari konseptual, kemudian riset di engineering, itu memerlukan kolaborasi. Riset pada material kita perlu kerja sama dengan beberapa produk material, vendor-vendor dihadirkan, sehingga mereka mempunyai detail yang cukup bagus, dan tidak terjadi permasalahan-permasalahan,” kata dia.

Ruangan dalam pada bangunan utama masjid terlihat luas dengan atap melengkung tinggi. Tulisan lafaz Allah dipasang di bagian paling tinggi di langit-langit masjid. Celah-celah kecil dengan bentuk setengah lingkaran berjajar mengisi seluruh lengkungan plafon masjid. Dari sana cahaya masuk matahari masuk menembus kaca patri warna-warni yang menjadi bagian atap masjid.

Ridwan Kamil mengklaim, teknik pencahayaan tersebut menghemat listrik. “Masjid ini ramah lingkungan. Kalau lihat di atas, itu sebenarnya matahari sedang menyinari kita, tapi di-filter oleh kaca plafon ini sehingga siang hari tidak perlu banyak cahaya listrik yang dipergunakan,” kata dia.

Bentuk geometri yang melengkung menjadi bentuk dominan di dalam masjid. Bagian mihrab misalnya, tempat imam memimpin salat memanfaatkan bentuk kanopi bangunan masjid. Bentuk lengkung yang menaungi mihrab dipertegas dengan warna cokelat gelap pada sisi-sisinya.

Konstruksi masjid memang tanpa kolom, tapi di bagian dalam terdapat pilar-pilar besar setinggi hampir 8 meter. Di masing-masing sisinya terdapat ceruk, dan bagian atas mirip kubah dengan ujung lancip dengan hiasan tusuk sate.

Ridwan Kamil mengatakan, di dalam pilar tersebut disimpan AC, atau alat pendingin ruangan. Bagian bawah tiang dipasang rak tempat menyimpan Al Quran untuk dibaca pengunjung masjid. “Tiang ini adalah AC yang mengembuskan angin kenyamanan,” kata dia.

Penempatan AC biasanya di taruh di bagian atas agar udara dingin tersalur merata. Namun di Masjid Al Jabbar berbeda. Mesin pendingin disembunyikan dalam bentuk pilar agar udara dingin cukup menurunkan temperatur di area bawah ruang besar masjid tersebut. “Karena di atas kepala kita tidak perlu AC, karena boros. Cukup yang di-AC setinggi manusia beridiri oleh konsep yang disebut standing AC ini,” kata Ridwan.

Bagian dalam yang menjadi area utama masjid di bawah atap lengkung tersebut terdapat mezanin di sisi timur bagian dalam masjid. Area mezanine tersebut diperuntukkan bagi perempuan untuk salat. Menuju area mezanine bisa melalui tangga atau eskalator dari area wudu yang berada di bagian basement masjid.

Pintu masjid yang berjumlah 27 buah yang terbuat dari lembaran besi dengan cat emas juga mencuri perhatian. Di bagian luar pintu tersebut terdapat corak batik yang diklaim masing-masing berbeda.

Principal Architect LABO Deddy Wahjudi yang terlibat mendesain interior masjid tersebut mengatakan, pembuatan detail artwork pada interior masjid melibatkan perajin dari berbagai tempat di Indonesia.

“Sentuhan artwork menjadi hal yang unik di pekerjaan ini karena berbeda pendekatan dengan desain-desain untuk bangunan arsitektur, ruang publik atau masjid-masjid yang lain. Ada harapan dari Pak Gubernur, terdapat sentuhan tangan di dalam penyelesaian masjid ini,” kata dia.

Kapasistas Masjid

Kapasitas ruang utama masjid tersebut bisa dipergunakan untuk 9.822 orang. Sementara di bagian mezanine punya kapasitas 3.188 orang. Total masjid tersebut bisa menampung 33 ribu orang jika menambahkan areal selasar dan plaza yang berada di bagian depan masjid.

Area basement masjid dipersiapkan memiliki banyak fungsi. Selain area wudu serta toilet, sebagian besar dipersiapkan menjadi area museum. Ridwan mengklaim museum tersebut akan menjadi museum paling canggih dan terbesar di Indonesia. Museum yang memadukan teknologi digital tersebut menggambarkan sejarah Nabi Muhammad, sejarah Islam di nusantara, serta sejarah masuknya Islam di Jawa Barat. “Masih finishing. Mungkin nanti di bulan Februari tempatnya sudah bisa diresmikan,” kata Ridwan Kamil.

Kompleks Masjid Al Jabbar berada di atas lahan seluas hampir 26 hektare. Di dalamnya terdapat bangunan masjid dengan luas tapak menembus 2,9 hektare. Masjid tersebut dikelilingi kolam retensi seluas hampir 7 hektare. Dan yang paling besar adalah area plaza, parkir, dan taman yang mengelilingi danau tersebut seluas 11 hektare.

Ridwan mengatakan, taman di bagian luar diklaimnya akan menjadi taman terpanjang di Indonesia. Taman tersebut dirancang tematik yang menampikan ikon kisah 25 nabi dalam sejarah Islam. “Taman kota terpanjang yang akan menceritakan cerita 25 rasul dan nabi dalam sejarah Islam. Ada tulangnya ikan paus Nabi Yunus, ada perahu-perahuan Nabi Nuh di di sudut sebelah selatan,” kata dia.

Pantauan Tempo, taman tersebut masih belum sepenuhnya rampung. Rumput taman terlihat seperti baru ditanam karena tampak masih jarang. Bibit pohon yang baru ditanam tersebar di sepanjang taman. Sejumlah ikon yang dipaparkan Ridwan memang terlihat di sana, di antaranya bentuk perahu besar berwarna cokelat muda.

Situs PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk., kontraktor yang membangun masjid tersebut, menyebutkan, masjid dibangun dengan struktur utama beton. Rangka atap dengan struktur baja membentang dengan panjang 99 meter dengan penutup kaca dan alumunium panel. Tinggi bangunan utama masjid terebut menembus 58 meter.  

Bagian lengkung masjid berupa lembaran kaca patri yang disusun saling tindih seperti sisik ikan. Jumlah seluruhnya 6.138  lembar. Masing-masing memiliki warna berbeda dengan pola mirip bulu burung merak. Bagian luar kaca patri tersebut di naungi deretan kanopi melengkung, berukuran beragam. Dari bagian bawah hingga mendekati puncak masjid. Kanopi tersebut berjumlah 88 buah dengan bahan metal.

Dikelilingi Danau

Ridwan mengatakan danau yang mengeliling masjid utama punya fungsi sebagai danau retensi. Keberadaan danau tersebut membuat bangunan masjid yang terlihat terapung. “Dalam imajinasi saya, masjidnya seolah-olah terapung. Kalau di provinsi lain masjid terapung itu di pinggir laut, kalau di Jawa Barat berada di danau,” kata dia.

Ridwan Kamil mengatakan, bangunan di atas air akan membuat kesan indah. “Dalam teori arsitektur, kalau bangunan bertemu air keindahannya double,” kata dia.

Ridwan menyarankan agar pengunjung yang ingin melihat keindahan maksimal masjid rancangannya tersebut untuk datang menjelang malam. “Silakan datang menjelang magrib, karena keindahan masjid ini justru tampil saat malaikat berganti tugas, malaikat siang ke malam keindahan cahayanya sungguh mempesona,” kata dia.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus