Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi Pemilihan Umum atau KPY Hasyim Asy’ari menjelaskan mengenai format debat pada Pilpres 2024 untuk calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang akan diadakan lima kali, dengan tiga sesi debat capres dan dua sesi debat untuk cawapres.
Ketua KPU mengatakan, debat pertama, ketiga dan kelima untuk calon presiden, debat kedua dan keempat untuk calon wakil presiden.
“Sesuai Undang-undang, ya, debatnya debat pasangan calon, tapi sebagaimana kita bicarakan tadi, intinya yang debat, porsinya yang pertama calon presiden , yang kedua calon wakil presiden,” kata Hasyim setelah mengikuti rapat koordinasi dengan tim sukses masing-masing paslon di Jakarta, Rabu malam, 6 Desember 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada kesempatan sebelumnya, tema debat yang telah diumumkan KPU tidak mencantumkan mengenai topik kebudayaan secara spesifik. Tapi pada rilis semalam, KPU menyebutkan kebudayaan menjadi tema tersendiri pada debat kelima yang akan dilaksanakan pada 4 Februari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Debat kelima yang merupakan debat capres, temanya meliputi kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia, dan inklusi,” ujar Hasyim.
Setelah KPU mengakomodir, penyair Willy Ana mengungkapan suka citanya. “Alhamdulillah, akhirnya tema kebudayaan diputuskan menjadi salah satu tema dalam debat capres-cawapres pada sesi debat kelima,” ujarnya.
Penerima penghargaan National Writer's Award SATUPENA 2021 dan Anugerah Sastra Andalas 2022 untuk kategori budayawan dan sastrawan nasional, Akmal Nasery Basral mengatakan, KPU yang kini memasukkan tema kebudayaan sebagai bagian dari tema debat kelima capres-cawapres, menunjukkan sikap responsif dan positif KPU yang mendengar dan mengakomodasikan masukan dari kalangan seniman dan budayawan.
“Saya mengapresiasi setinggi-tingginya itikad baik KPU ini. Semoga seluruh proses debat capres-cawapres berjalan lancar, dan Indonesia mendapatkan presiden terpilih pada 2024 yang peduli pada kebudayaan dan kesenian, sebagai bagian dari pilar peradaban luhur, mulia, dan berkemanusiaan, " kata dia saat dihubungi Tempo.co, Kamis, 7 Desember 2023.
Desakan Ada Tema Kebudayaan dalam Debat Capfres-Cawapres
Sebelumnya beberapa budayawan dan pekerja seni sangat mengharapkan tema kebudayaan secara khusus masuk dalam acar debat capres-cawapres itu.
“Memang mengecewakan sekali kalau faktanya tidak ada tema kebudayaan. Siapa tahu masih ada waktu, untuk mempertimbangkan penambahan subtema mengenai kebudayaan, entah di jadwal debat yang mana,” kata Rangga Bhuana, sutradara Teater Koma, kepada Tempo.co 4 Desember 2023.
“Karena setiap kali, sebagai pembuka hubungan diplomasi dengan luar negeri, biasanya kebudayaan yang di kedepankan. Jadi janganlah kebudayaan dilupakan. Kalau di debat calon presiden saja sudah dilupakan, bagaimana nanti nasib kebudayaan saat jadi presiden?,” kata putra Nano Riantiarno dan Ratna Riantiarno itu.
Budayawan Embie C. Noer pun berharap tema mengenai kebudayaan dan kesenian muncul dalam tema debat capres-cawapres itu. “Presiden dan wakilnya harus memiliki dimensi kebudayaan dalam semua konsep yang akan dituangkan dalam strategi kabinetnya. Dimensi kebudayaan dalam bentuk tanggungjawab memainkan orkestrasi dengan interpretasi kebangsaan. Ini yang harus diidentifikasi pada setiap calon,” ujarnya.
KH D Zawawi Imron, sastrawan dan budayawan mengatakan, “Tak adanya debat kebudayaan itu adalah ‘ketidaklengkapan’. Karena sebenarnya, masalah hukum, keadilan, ekonomi, politik dan lainnya itu sangat terkait dengan budaya. Budaya itu yang memberi kelancaran dan kemuliaan, karena itu tak boleh diabaikan,” ujarnya kepada Tempo.co, Selasa, 5 Desember 2023.
Penyair perempuan Willy Ana menyebutkan seni dan budaya adalah identitas bangsa. “Seorang calon pemimpin seperti capres-cawapres harus punya komitmen untuik memperkuat identitas itu. Mereka harus paham betul tentang kebudayaan. Mengelola negara dan pemerintahan perlu pjjakan kebudayaan yang kuat,” ujarnya.
Akmal Nasery Basral, penulis 25 buku itu mengungkapkan, seharusnya KPU, capres-cawapres dan timses masing-pasing pasangan calon itu punya sensitivitas untuk mengangkat tema kebudayaan dan kesenian dalam debat.
“Seharusnya tema kebudayaan bisa masuk dalam tema debat, apalagi belum lama ini pada 20 November lalu, bahasa Indonesia sudah diterima secara resmi sebagai bahasa sidang umum untuk UNESCO,” katanya.
“Ini harusnya jadi momentum untuk kebangkitan kebudayaan Indonesia di level internasional,” ujarnya saat dihubungi Tempo.co, Selasa, 5 Desember 2023.
Bukan hanya dari budayawan dan pekerja seni yang mengharapkan tema kebudayaan masuk dalam debat capres-cawapres mendatang.
Anggota Komisi X DPR RI Fraksi PKS, Ledia Hanifa Amaliah pun menyayangkan jika publik tidak mendengarkan gagasan para kandidat tentang kebudayaan dan pemajuan kebudayaan. “Sesungguhnya kebudayaan kita sangat kuat. Dan seharusnya jadi landasan berpikir dan pembentukan karakter bangsa,” katanya, kepada awak media Selasa, 5 Desember 2023.