Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Seniman Tisa Granicia menghelat pameran tunggal berjudul The Light Gets In di Galeri Ruang Dini, Bandung sejak 13 September-13 Oktober 2024. Lulusan S1 Studio Keramik dan S2 Seni Murni dari Institut Teknologi Bandung itu menampilkan 38 karya keramik terbarunya yang terbagi dalam beberapa seri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Tekstur yang dibuat dari jari-jarinya adalah jejak yang tersisa dari interaksinya dengan material,” kata kurator Mia Maria lewat keterangan tertulis, Sabtu 14 September 2024.
Pameran Tunggal Keramik Tampilkan 38 Karya Tisa Granicia
Seri karya terbanyak berjudul 'Fragments of Hope' yang berjumlah 17 keramik. Tisa membentuk keramik seperti piring datar dengan tepian yang tegak dengan ukuran yang beragam, dari 10 x 10 x 2 hingga 41,5 x 51,5 x 3 sentimeter. Warna dan isinya yang bercorak abstrak itu pun beragam, serta muncul retakan juga efek pecahan pada karya keramiknya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keramik karya Tisa Granicia menggunakan bahan seperti tanah liat, pasir, dan limbah tulang sapi serta potongan kaca berwarna. Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Menurut Mia, seniman berfokus pada penggunaan material berbasis mineral seperti tulang sapi dari limbah restoran, pasir, dan potongan kaca berwarna hasil limbah dari studio kaca milik temannya. Tisa Granicia memerlukan beberapa kali percobaan untuk menjajal kaca berwarna hingga hasilnya memuaskan. Sementara pada seri karya Blended Terrain, keramiknya dibentuk seperti guci atau gentong dan tabung silinder.
Adapun seri berjudul 'Plasticity', Tisa membuat keramik dengan bentuk yang terkesan kenyal. Sebagian mirip potongan tali tebal yang wujudnya diatur dengan bentuk spiral seperti obat nyamuk bakar. Bentuk lainnya dibuat bergelombang serta meliuk-liuk seperti ular. Tisa, 43 tahun, yang tertarik dengan material keramik, menjadikan tanah liat lebih dari sekedar medium karya.
Jaga Praktik Keramik di Indonesia Tetap Hidup
Keramik karya Tisa Granicia menggunakan bahan seperti tanah liat, pasir, dan limbah tulang sapi serta potongan kaca berwarna. Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Mia mengatakan, Tisa merupakan salah satu dari sedikit seniman berdedikasi yang terus-menerus menghabiskan waktu untuk mempelajari material pilihannya. Di sisi lain, ia berusaha ikut menjaga agar praktik keramik Indonesia tetap hidup. Dalam perjalanan penelitian ke berbagai daerah Tisa berkolaborasi dengan perajin tradisional di berbagai pulau di Indonesia.
Dalam proses pembuatan karya keramiknya, Tisa juga berniat menyendiri, belajar menerima, berhenti meminta lebih, dan belajar mendengarkan. Tanah liat mengajarkannya untuk hidup dengan rendah hati.