Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

teroka

Gerak Paradoks Tarian Duo Naue-Ho di Solo

Penampilan dua koreografer mancanegara dalam program rutin Studio Plesungan. Mengeksplorasi gerak paradoks.

31 Maret 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pentas koreografi di Studio Plesungan yang menampilkan program rutin bertajuk “Plesungan on Stage”.

  • Domenik Naue dan Ashley Ho mengeksplorasi koreografi yang dinilai paradoks dan dinamis dari gerak tubuh. Menyuguhkan wacana lembut dan keras.

KEDUANYA memainkan batu hampir sebesar bayi dan kepala manusia dalam gerakan-gerakan mereka. Tiba-tiba salah satu penari meletakkan sebuah batu di mukanya, lalu menaruhnya di muka penari lain. Dalam gerakan selanjutnya, mereka meletakkan batu itu di dada, sedangkan yang lain menaruh batu di pahanya. Salah satunya kemudian meletakkan batu itu di perut atau mengempitnya di antara paha. Adapun yang lain meletakkan batu itu di depan mukanya—seperti mencium batu tersebut dengan pipinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gerakan-gerakan ini membuat penonton khusyuk memperhatikan gerak mereka. Penonton melihat batu menekan dada, perut, paha, dan bahkan muka mereka yang mungkin cukup membuat sesak dan berat. Ketika batu terkempit, atau tangan mereka menyangga batu, kekuatan otot mereka menjadi tumpuan.

Penampilan dua penari mancanegara, Domenik Naue dan Ashley Ho, dengan batu dalam pertunjukan koreografi berjudul The Precise Experience cukup menyita perhatian penonton. Pertunjukan tersebut merupakan program rutin On Stage yang diadakan Studio Plesungan yang kali ini memasuki edisi ke-17 dan berlangsung di Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah di Solo, 26 Maret 2024. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mereka memulai penampilan dengan sebuah “teror suara” yang bersahut-sahutan memenuhi panggung. Dalam gelap di panggung, samar-samar terdengar suara desahan. Suara itu berganti menjadi desisan, lalu berganti lagi menjadi erangan. Tiba-tiba terdengar lengkingan agak panjang yang kemudian beralih menjadi pekikan, bersahutan memenuhi ruang panggung. Setelah teror suara tersebut berlalu, seberkas cahaya menembus kegelapan. Dua muda-mudi berada di ruang pentas. Di kepala mereka terpasang lampu sorot, yang kadang-kadang mereka lepas. Sebuah layar proyektor terpampang di bagian latar untuk memperjelas penampilan kedua orang itu.

Penampilan dua seniman lulusan Program Sarjana Seni Tari/Penciptaan ArtEZ University of the Arts Amsterdam, Belanda, dalam pertunjukan bertajuk The Precise Experience di Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah, Solo, 26 Maret 2024. Tempo/Septhia Ryanthie

Mereka bergerak sangat dinamis, berhadapan dengan menyorotkan lampu dan mengeksplorasi tangan masing-masing. Ada saatnya mereka mulai merunduk, bersimpuh, lalu bergerak di lantai. Keduanya tampak berguling, berkoprol, lalu saling memiting dan menekan. Mereka seperti orang yang sedang bergulat. Di sela gerakan itu, mereka saling menarik atau tampak sekadar seperti bermain. Salah satu penari bertelungkup dengan dada terangkat bertopang pada tangan yang menjulur dan menyorotkan lampu ke salah satu tangannya. Sementara itu, penari lain berdiri agak membungkuk tak jauh dan menyorotkan hal yang sama pada tangannya.

Gerakan-gerakan koreografi mereka melibatkan semua anggota tubuh dan mengeksplorasi bentuk tekanan selama 42 menit pertunjukan. Bukan hanya tekanan fisik, tapi juga emosional. Naue dan Ho merupakan dua seniman lulusan Program Sarjana Seni Tari/Penciptaan di ArtEZ University of the Arts, Amsterdam, Belanda.

Musik atau suara-suara kadang-kadang terdengar di tengah-tengah gerakan keduanya. Musik itu digarap oleh Roel van der Meulen. Melalui desain suara yang diciptakannya, Roel van der Meulen menawarkan perspektif lain mengenai tekanan dalam pertunjukan itu.

Layar proyektor itu ditempatkan di atas latar pertunjukan dan penonton dapat melihat penampilan Domenik Naue dan Ashley Ho di situ dari dua sisi, depan atau belakang. Uniknya, penampilan keduanya sering tak terlihat secara utuh di layar tersebut. Dalam layar juga tertulis sejumlah kalimat yang menjadi narasi bagi penonton atas beberapa gerakan yang mereka tampilkan dalam pertunjukan.

Saat sesi gladi bersih sebelum pertunjukan digelar, Naue dan Ho mengungkapkan The Precise Experience merupakan pertunjukan berbasis komposisi musik yang dibangun berdasarkan latihan gerak. Gerakan ini mengeksplorasi tekanan fisik yang berakar pada kepercayaan, pendengaran fisik, dan kepekaan.

The Precise Experience mencoba menggali kegembiraan, kenikmatan, dan keintiman yang dapat muncul dari rasa sakit, paksaan, dan beban yang disepakati bersama,” ucap mereka. Berfluktuasi antara tekanan mikro dan makro, Naue dan Ho harus saling mengenal lagi dan lagi, menantang persepsi dan batasan tubuh mereka sendiri baik secara fisik maupun emosional.

“Kami bekerja seperti arkeolog, menggali dokumen-dokumen yang sangat pribadi dan menerjemahkannya ke dalam pengalaman fisik yang memicu imajinasi kolektif,” kata mereka.

Ho mengakui persiapan pertunjukan karya mereka tersebut secara mekanisme fisik sebenarnya sudah dilakukan cukup lama dengan merujuk pada gagasan-gagasan yang dimulai pada November 2023. Naue dan Ho pun selama ini memang sudah bekerja sama dan berpartner sehingga penciptaan karya mereka itu tergolong panjang.

“Kami bekerja dalam studio biasanya dalam jangka waktu dua jam untuk improvisasi-improvisasi karya. Ada juga proses yang membantu terciptanya karya-karya kami yang lain,” tutur Ho.

Pertunjukan bertajuk The Precise Experience di Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah, Solo, 26 Maret 2024. Tempo/Septhia Ryanthie

Dia mengakui adanya tantangan dari beberapa kesulitan karena ide yang berlawanan. “Kesulitannya itu pada suatu ide yang berlawanan dan memiliki suatu kesesatan. Namun akhirnya suatu seni tari ketika dibuat memiliki keseimbangan yang sama dalam prosesnya,” katanya.

Selepas penampilan Domenik Naue dan Ashley Ho, dilangsungkan diskusi yang dipandu oleh Linda Mayasari, kurator in-house Indonesian Dance Festival atau IDF. Linda menilai pertunjukan Naue dan Ho sebagai pertunjukan menarik. Ia antara lain melihat sebuah paradoks tentang sesuatu (tekanan) yang keras menjadi lembut dalam eksplorasi dan sebaliknya. Apalagi mereka bekerja sama sudah lama dan ada safe space atau ruang yang aman tempat mereka mengetes limitasi atau batasan dalam proses ini. “Bagaimana yang keras dilembutkan. Itu yang menjadi titik penting untuk mereka,” ucap Linda.

Budayawan Halim H.D. dari Studio Plesungan melihat relasi personal kedua penari itu dalam pertunjukan tak memberi image seksual, melainkan kecemasan, kemesraan, dan harapan. “Menyadari ketegangan-ketegangan mereka tampak saling menyerahkan diri sambil menyadari ada sesuatu yang mungkin tidak terhindarkan dari keterbatasan,” katanya. Naue dan Ho bertandang ke Studio Plesungan sebagai seniman residensi selama 18-29 Maret 2024 dengan dukungan Asia-Europe Foundation, Dance Nucleus dari Singapura, dan Studio Plesungan. Keduanya lulus dari ArtEZ University of the Arts pada 2022. Mereka saat ini berbasis di Amsterdam dan bekerja di Belanda, Belgia, dan Singapura. Karya mereka telah hadir di berbagai festival, seperti Moving Futures, FAT Leiden, Dansand, Over het IJ, Offspring (SPRING Utrecht), dan Contemporary Dance Festival.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini berjudul "Keras-Lembut Koreografi Duo Naue-Ho".

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus