Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

teroka

Kisah Ashin dari Utara

Kisah Ashin dari Utara dalam serial Kingdom. Tim sineas sukses membuat satu film tersendiri yang menceritakan asal-muasal terciptanya zombi di dalam jagat itu.

31 Juli 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Film Kingdom: Ashin of the North arahan sutradara Kim Seong-hun.

  • Film ini bagian terpisah yang dianggap prekuel dari serial terkemuka Kingdom.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEGALANYA dimulai dari serangkaian bunga ungu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kecil, halus, gemulai, tapi begitu beracun hingga mampu meruntuhkan dunia.

Si kecil Ashin yang lincah diam-diam menyelinap dari pengawasan ayahnya pergi ke kawasan hutan terlarang. Dia menyeberangi sungai, memasuki sebuah gua untuk memetik bunga yang diharapkan menyembuhkan sang ibu yang sakit keras. Tak lupa dia selalu mengamati tulisan purba di dinding gua yang memberi peringatan “tanaman ungu violet ini begitu sakti, tapi penggunanya akan menerima akibatnya”. Ashin dan warga lain semula tak menyadari betapa kesaktian bunga violet itu mampu “menghidupkan” tubuh mati menjadi zombi. Kisah temuan Ashin inilah yang menjadi titik awal serial terkemuka Kingdom, yang meledak selama dua musim tayang.

Kingdom: Ashin of the North adalah bagian terpisah yang dianggap “prekuel” atau mungkin spin-off karena menikmati episode atau film ini tak mewajibkan seseorang untuk lebih dulu menyaksikan serial KingdomKisah Ashin dari Utara, seperti disampaikan penulis skenario Kim Eun-hee, perlu lahir untuk menceritakan sejarah bagaimana pandemi zombi itu dimulai.

Adegan dalam film Kingdom: Ashin of The North./Netflix

Syahdan, Ashin dan keluarganya adalah suku Seongjepyain, yang secara geografis masuk area Joseon karena masih di perbatasan. Karena ayah Ashin si Kepala Desa bersumpah setia mendukung Joseon, sukunya menganggap keluarga Ashin adalah pengkhianat. Bisa dibayangkan nasib keluarga Ashin yang dibantai di suatu malam jahanam. Dan bisa dibayangkan pula Ashin kecil (Kim Shi-a) adalah satu-satunya anggota keluarga yang kelak menjadi protagonis cerita ini.

Kita menyaksikan Ashin kecil bak seorang Ekalaya versi perempuan, belajar memanah sendirian dan belajar bertahan di tengah hutan. Ketika tumbuh dewasa, Ashin (yang diperankan dengan bagus oleh Jun Ji-hyun) menjadi seorang jagoan penguasa hutan yang tak terkalahkan. Dia hanya mempunyai satu tujuan hidup: membalas dendam.

Selanjutnya, kita menyaksikan murka yang terpendam di wajah dan tubuh Ashin yang sangat ekonomis dalam kata-kata, bahkan ketika berbagai lelaki desa melecehkannya. Ashin baru melancarkan segala kekuatan, kesaktian, dan kedahsyatan khasiat bunga violet itu setelah dia menyadari siapa sesungguhnya kumpulan penjahat keji yang membunuh keluarganya. Bagi Ashin, ternyata semua pihak di sekelilingnya adalah orang-orang jahat. Baik orang-orang desa yang gatal, para pemimpin Pajeowi yang bengis, maupun petinggi Joseon, yang bak ular karena hanya berani mematuk dari belakang. Dendam kesumat dirancang dengan penuh strategi dalam diam.

Kim Shi Ah berperan sebagai Ashin kecil dalam Kingdom: Ashin of The North./Netflix

Belasan tahun Ashin mempelajari khasiat bunga ungu dan, pada saat yang tepat, zombi pertama tercipta. Kemudian, hanya dalam hitungan dua jam, zombi berkembang menjadi 7, 20, 100, dan seterusnya. Seperti dalam serial Kingdom, gerombolan zombi di film ini bukan sekadar horor untuk daya kejut, meski penggambaran saat satu orang yang segar bugar dikeroyok ratusan zombi lapar sangat mengerikan. Gerombolan ini adalah lambang manusia yang memakan, mengunyah, dan membunuh sesama manusia demi menunaikan rasa rakus tak berkesudahan.

Ashin mungkin lebih cocok dianggap sebagai tokoh antihero, meski kita sangat memahami alasan tingkah laku dan keinginannya untuk membalas dendam. Aktris Jun Ji-hyun tampil meyakinkan sebagai perempuan mandiri yang belasan tahun memendam dendam membara akibat pembantaian semua anggota keluarganya.

Dari sisi sinematografi, film ini tentu saja tak kalah dibanding serial Kingdom. Bedanya, latarnya dominan terjadi di hutan, tepi sungai, dan desa; serba gelap, penuh lumpur, meski sesekali akan terlihat hijau flora cantik yang diselingi dengan fauna yang berubah menjadi zombi.

Byeong-eun Park (kiri) dan Seong-hun Kim (kanan) saat proses syuting Kingdom: Ashin of the North./Netflix

Meski sutradara Kim Seong-hun dan penulis skenario Kim Eun-hee masih “berutang” kepada Kingdom: Crown Prince, yang sungguh dinanti, ternyata prekuel Kisah Ashin dari Utara tak bisa dikatakan sekadar selingan. Ditayangkan di saluran digital Netflix, edisi spesial yang sudah sama dengan sebuah film layar lebar ini mengisi 90 menit dengan cerita yang padat, karakter Ashin yang kuat, dan adegan-adegan yang mendebarkan.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus