Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

teroka

Tujuh Tertangkap, Delapan Disekap

Inilah film berlatar belakang sepotong sejarah Amerika Serikat tentang penangkapan para aktivis. Pengadilan sewenang-wenang itu masih relevan hingga kini.

31 Oktober 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“KEADILAN dan hukum, Tuan Du Toit, laksana saudara sepupu jauh. Dan, di Afrika Selatan, keduanya tak bersapa.”

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Itulah yang dikatakan Ian McKenzie (diperankan Marlon Brando), pengacara terkemuka Afrika Selatan, kepada seorang guru sederhana Ben Du Toit (Donald Sutherland) yang menuntut keadilan dalam film A Dry White Season (Euzhan Palcy, 1989). Dan inilah yang pertama-tama terngiang di dalam benak kita ketika menyaksikan film terbaru Aaron Sorkin: The Trial of the Chicago 7.

Film sepanjang 129 menit yang baru saja ditayangkan di saluran digital Netflix itu mengisahkan sepotong sejarah Amerika Serikat yang dikenal sebagai “Chicago 7”, tujuh aktivis yang ditangkap dan dituduh sebagai orang-orang yang menyulut kekerasan saat demonstrasi massal menentang Perang Vietnam. Demonstrasi itu terjadi saat terselenggaranya Konvensi Partai Demokrat pada 1968 di International Amphitheatre, Chicago, yang semula hanya berisi aktivis dan masyarakat yang berkumpul, berorasi, dan meneriakkan yel-yel anti-Perang Vietnam. Aksi massa damai itu lantas berubah menjadi lapangan perang yang bertumpahan darah karena polisi memukuli demonstran.

Eddie Redmayne sebagai Tom Hayden (sweater hijau) dalam The Trial of Chicago 7. Netflix

Penangkapan dan pengadilan delapan aktivis yang dianggap bertanggung jawab—Abbie Hoffman, Jerry Rubin, David Dellinger, Tom Hayden, Rennie Davis, John Froines, Lee Weiner, dan Bobby Seale—inilah yang disorot oleh Aaron Sorkin dan juga puluhan sineas sebelumnya. Artinya: kisah “Chicago 7” ini bukanlah kisah baru bagi warga Amerika. Tapi ini versi Aaron Sorkin.

Aaron Sorkin bukan hanya penulis skenario Social Network (David Fincher, 2010), tapi juga penggagas dan penulis skenario film A Few Good Men (Rob Reiner, 1992), yang menjadi film klasik yang dialognya melekat di benak pencinta film. Film terbarunya yang sekaligus disutradarainya ini juga berupaya memfokuskan drama di dalam ruang pengadilan, meski kita tetap disuguhi berbagai adegan kilas balik yang menjelaskan setiap peristiwa yang dipertanyakan jaksa Richard Schultz (Joseph Gordon-Levitt).

Sorkin dikenal sebagai penulis skenario yang gemar retorika, adegan teatrikal, serta monolog panjang yang berbicara moral dan Amerika sebagai “pionir dari demokrasi modern”. Hampir semua tokohnya jago berdebat dan berbicara dalam kecepatan tinggi. Di jagat Sorkin, sosok pendiam atau gagap tampaknya absen. Mereka yang menyaksikan The American President serta serial The West Wing dan The Newsroom sudah pasti mengenal sidik jari Sorkin sebagai penulis skenario.

Yahya Abdul-Mateen II sebagai Bobby Seale dalam The Trial of the Chicago 7. Netflix/Niko Tavernise

Untuk mengangkat sepotong sejarah ini, Sorkin seolah-olah melakukan sebuah rekonstruksi tanpa perlu memberi dramatisasi berlebihan, karena memang peristiwa nyata pengadilan delapan orang—yang kemudian akhirnya berjumlah tujuh tersangka—itu sudah sangat dramatis dan teatrikal. Ini disebabkan oleh sosok Abbie Hoffman (Sacha Baron Cohen) dan Jerry Rubin. Kedua aktivis ini malah dengan sukacita memperlakukan ruang pengadilan sebagai panggung drama.

Tuduhan kepada mereka jelas mengada-ada: memancing kerusuhan dan keonaran serta berbagai tuduhan lain yang dicari-cari—misalnya alasan penangkapan aktivis terkemuka Tom Hayden (Eddie Redmayne) adalah karena ia mengempiskan ban mobil polisi. Keterlibatan intel—yang menyusup dan berdandan sebagai aktivis—sejak perencanaan demonstrasi juga menambah dramatisasi cerita, meski para sejarawan Amerika langsung memberi komentar bahwa tak pernah ada bukti soal penyamaran intel yang kemudian menjadi saksi pengadilan.

Tapi, di luar tambahan kisah fiktif intel dan beberapa amplifikasi di sana-sini, Sorkin sebetulnya cukup setia pada fakta. Misalnya saat Abbie Hoffman yang kebetulan bernama sama dengan hakim Julius Hoffman berseru “Aduh, Ayah…” atau ketika Abbie Hoffman dan Jerry Rubin (Jeremy Strong) mengenakan jubah hakim di tengah pengadilan. Kekonyolan itu bukan fiktif, tapi memang demikian tingkah laku duo aktivis tersebut. Abbie Hoffman adalah pionir gerakan Flower Power dan Jerry Rubin aktivis Counterculture. Dua atraksi itu sebetulnya hanya bagian kecil dari serangkaian tingkah mereka selama pengadilan yang berbulan-bulan lamanya.

Hakim Julius Hoffman—diperankan dengan baik oleh Frank Langella—sejak awal pengadilan sudah tercatat sebagai hakim yang bias, keras, dan rasis. Di dalam film ini, tak sedikit pun dia memperlihatkan upaya untuk berimbang mendengarkan kedua pihak secara adil. Dia bahkan tak mengizinkan juri mendengarkan testimoni bekas Jaksa Agung, Ramsey Clark (Michael Keaton), yang menyatakan bahwa penyebab kekerasan dalam demonstrasi adalah penyerangan polisi terhadap demonstran. Meski testimoni itu jelas bisa membebaskan semua aktivis, hakim Hoffman sengaja tidak memasukkannya sebagai materi pengadilan.

Eddie Redmayne (kedua dari kanan) dalam The Trial of Chicago. Netflix

Klimaks dari sikap bias sang hakim adalah ketika tersangka kedelapan, aktivis Black Panther Party, Bobby Seale (Yahya Abdul-Mateen II), angkat bicara karena dia tak kunjung mempunyai pengacara. Debat antara hakim Hoffman dan Seale berakhir dengan Seale yang ditangkap, diikat, dan dibekap mulutnya dipandang sebagai puncak kesewenang-wenangan sang hakim yang menjadi sorotan dunia. Sementara faktanya Seale mengalami pembekapan berhari-hari setiap hadir di persidangan, dalam film Sorkin hanya tega menyajikan adegan itu beberapa saat saja, karena jaksa Schultz meminta hakim melepas Seale dari tuduhan.

Pada akhirnya delapan aktivis itu berjumlah tujuh, meski Bobby Seale tetap harus menghadapi serangkaian tuduhan lain di pengadilan berbeda.

Klimaks berikutnya dari film ini adalah ketika Tom Hayden diminta hakim Hoffman memberi kata penutup “yang menyejukkan” justru membacakan satu per satu korban warga Amerika yang gugur di Vietnam (jumlahnya ada 4.000 lebih). Dan tentu saja, dengan gaya Peter Weir dalam Dead Poets Society, Sorkin juga mengarahkan semua aktivis, pengunjung, bahkan jaksa ikut berdiri, sementara Hayden terus membacakan nama-nama yang gugur dan ketuk palu kemarahan hakim yang tidak dipedulikan siapa pun.

Tentu saja Aaron Sorkin sengaja menyelesaikan film itu pada adegan paling teatrikal karena dia adalah master dari adegan penuh gelora. Tentu saja fakta bahwa lima dari tujuh aktivis divonis bersalah dan dipenjara cukup dijadikan epilog pada akhir film. Dan tentu saja di sinilah kita menyadari betapa “keadilan”—yang mengandung kata “adil”—dan “hukum” adalah saudara sepupu yang tak bertegur sapa.

Bahkan hingga kini. Di mana saja. Termasuk di Indonesia.

LEILA S. CHUDORI


The Trial of the Chicago 7

Sutradara: Aaron Sorkin
Skenario: Aaron Sorkin
Pemain: Eddie Redmayne, Alex Sharp, Sacha Baron Cohen, Jeremy Strong, John Carroll Lynch, Frank Langella, Michael Keaton

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus