Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
KLa Project menggelar konser spesial 36 tahun perjalanan musik.
Lagu-lagu KLa Project masih diterima di telinga generasi Z.
Kekuatan lirik menjadi daya tarik lagu-lagu KLa Project.
LAGU Bagimu Negeri karya Kusbini menggema di Istora Senayan, Jakarta, Jumat 25 Oktober 2024. Saat itu Istora Senayan tidak sedang menggelar acara kenegaraan ataupun upacara partai politik. Gedung yang berada di dalam kompleks Gelanggang Olahraga Bung Karno itu sedang menjadi lokasi konser grup band legendaris KLa Project.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ya, grup musik yang diisi oleh Katon Bagaskara, Romulo Radjadin alias Lilo, dan Adi Adrian itu sedang menghelat konser merayakan hari jadi bermusik mereka yang ke-36 tahun bertajuk Aertenitas. Beres lagu nasional, KLa Project menggebrak lewat lagu berjudul Gerimis yang dirilis dalam album KLakustik pada 1996.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KLa Project, yang dibentuk oleh ketiga orang itu ditambah Ari Burhani pada 23 Oktober 1988, menjelma menjadi salah satu grup band legendaris Tanah Air. KLa Project sudah menelurkan 19 album, termasuk album kompilasi. Tak banyak grup musik di Tanah Air yang mampu mencatatkan album hingga belasan kali.
Selepas lagu Gerimis, pesta KLa Project berlanjut dengan lagu Revolusi Disco yang tersemat dalam album Exellentia (2020). Pada lagu ketiga, ribuan penonton kembali bersorak ketika Katon menyanyikan salah satu lagu andalan, Menjemput Impian, dari album Klasik (1999).
Uniknya, para KLanese—begitu julukan bagi fan KLa Project—tampak lebih asyik menikmati lagu dengan cara ikut bernyanyi ataupun berjoget ketimbang sibuk mengabadikan momen dengan telepon seluler pintar.
Vokalis grup musik Kla Project Katon Bagaskara tampil dalam konser 36 tahun Kla Project bertajuk Aertenitas di Istora Senayan, Jakarta, 25 Oktober 2025. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Konser berlanjut pada lagu berikutnya, Terkenang, yang diambil dari album V pada 1995. Lewat lagu itu, Lilo tampil energetik memainkan gitar solo. Menariknya, saat KLa Project memainkan lagu Dekadensi dari album bertajuk Sintesa (1998), terdapat banyak grafis kritik terhadap pemerintah, misalnya isu antikorupsi.
Kalimat jargon "Antikorupsi Harus Dimulai dari Pemimpin”, “Masyarakat Kian Permisif pada Korupsi”, atau “Korupsi Perlu Lebih dari Pemenjaraan” terpasang di layar panggung. Bahkan Katon cs sempat menyindir pepesan kosong pemerintah periode sebelumnya tentang rencana pembangunan banyak gedung konser.
Total sekitar tiga jam KLa Project menghibur para KLanese malam itu. Sejumlah penonton mengaku puas atas penampilan Katon, Lilo, dan Adi. Syamsul Ahmad, 54 tahun, menyebutkan, meski sudah tidak muda lagu, personel KLa masih sanggup tampil prima.
"Enggak berbeda dengan konser yang saya datangi sepuluh atau belasan tahun lalu," katanya.
Ada juga Mahendra, 35 tahun, yang mengaku menyukai KLa sejak usia sekolah dasar. Menurut Mahendra, lagu-lagu KLa mudah didengar dan nyaman di hati. "Lagunya mengena di hati. Entah mengapa enggak bosan didengar," kata pria yang bekerja di salah satu perusahaan ekspedisi itu.
Penonton tak hanya kalangan tua. Ada pula yang berasal dari generasi Z alias Gen Z. Dia adalah Nindia, perempuan 17 tahun yang diajak kedua orang tuanya menonton konser Katon cs. Nindia mengaku bukan fan garis keras KLa Project. Ia hanya tahu beberapa lagu hit seperti Tak Bisa ke Lain Hati dan Yogyakarta. "Itu pun karena papa dan mama sering mendengar. Tapi seru sih konsernya," ucapnya.
KLa Project tampil dalam konser 36 tahun KLa Project bertajuk Aertenitas di Istora Senayan, Jakarta, 25 Oktober 2025. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Pengamat musik Wendi Putranto mengatakan KLa Project merupakan salah satu band Indonesia yang punya deretan lagu abadi, baik dari sisi musik maupun lirik. Tak heran lagu-lagu KLa masih sampai di telinga Gen Z.
"Mungkin versi lebih dewasa dari Sheila On 7, seperti pada lagu Yogyakarta, Tak Bisa ke Lain Hati, dan Menjemput Impian," kata Wendi melalui pesan singkat, Sabtu, 26 Oktober 2024. Wendi juga mencatat KLa Project sebagai salah satu band di era 1980-an yang sudah menggunakan synthesizer dalam beberapa lagu. Maklum, saat itu aliran new wave sedang meledak.
Sementara itu, pengamat musik Aris Setiawan menyebutkan kekuatan lirik menjadi salah satu rahasia KLa Project mudah diterima telinga orang. Aris mengatakan personel KLa Project piawai dalam merangkai lirik yang puitis, tapi tidak berlebihan. Walhasil, pendengar lagu tak semata menikmati arti dari susunan lirik, tapi juga permainan bahasa dan bunyi yang tertata.
"Sehingga ada yang menyentuh dalam hati melampaui arti verbalnya," ujar dosen musik Institut Seni Indonesia Surakarta itu.
Aris juga mencatat lagu-lagu KLa Project menggunakan harmoni sederhana, tapi dengan kontur melodi menyenangkan. Ibaratnya, lirih tapi romantis. Hal ini seperti memberi ruang bagi anak-anak hari ini untuk menikmati lagu tanpa harus mengerutkan dahi. Singkat kata, lagu-lagu KLa tercipta dengan pertimbangan matang untuk bisa didengarkan siapa pun dan melintasi batas generasi.
Selain itu, kuatnya rekonstruksi kenangan pada lagu-lagu KLa menjadi nilai lebih yang disukai para KLanese. Artinya, menurut Aris, tidak sekadar mendengarkan lagu, para fan KLa, terutama yang usia tua, juga sekaligus menikmati kenangan masa lalu. "Misalnya lika-liku percintaan mereka. Ingatan-ingatan seperti itu yang muncul."
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Adinda Jasmine Prasetyo (Jakarta) berkontribusi dalam penulisan artikel ini.