Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Solo - Lima seniman Butoh dari Jepang akan menampilkan karya mereka dalam acara bertajuk Solo Butoh #2 yang diselenggarakan oleh Studio Plesungan di Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Kota Solo, pada Kamis dan Jumat malam, 19 - 20 Desember 2019. "Acaranya gratis," kata Humas Studio Plesungan, Luna, pada Selasa, 17 Desember.
Butoh adalah seni gerak yang awalnya dirintis di Jepang pada tahun 1950-an. Berbeda dengan tari konvensional yang menggunakan tubuh sebagai media ungkap ekspresi artistik, Butoh lebih mengeksplorasi tubuh dan gerak secara otonom. Di Indonesia, Butoh hadir pada tahun 1970-an. Banyak seniman Indonesia yang mengadopsi metode ketubuhan Butoh, salah satunya kelompok Teater Payung Hitam dari Bandung.
Luna mengatakan, Solo Butoh #2 kali ini menghadirkan Katsura Kan, Yuko Kaseki, Kiyoko Yamamoto, Aki Bando, dan Noriko Omura. "Selain lima seniman dari Jepang tersebut, Solo Butoh #2
juga menampilkan Tony Broer, Suprapto Suryodarmo, Wendy HS, dan Jamaluddin Latif," kata Luna.
Sebelum malam pertunjukan, Katsura Kan, Yuko Kaseki, dan Tony Broer juga menjadi pemateri dalam lokakarya di Studio Plesungan, Desa Plesungan, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, pada Selasa dan Rabu, 17 - 18 Desember.
Katsura Kan, yang menekuni Butoh sejak 1979 dan sering mengisi pertunjukan dan lokakarya di berbagai negara, membawakan materi Listening With the Body. Dengan metode Kan Butoh Notation, seniman yang tinggal di Kyoto itu mengajak pesertanya mengeksplorasi gerak dalam beberapa tahap, dari mengamati kehidupan sehari-hari hingga membangkitkan "suara" dari dalam tubuh. Katsura juga memperkenalkan YuYa, sebuah teks yang menemani teknik tari tradisional Jepang Noh, salah satu sumber Butoh.
Sedangkan Yuko Kaseki membawakan materi Akar dan Tunas - Momentum Abadi. Seniman sekaligus koreografer Butoh yang tinggal di Jerman sejak 1995 itu mengajak peserta lokakarya untuk mengamati dan menentang diri mereka sendiri secara lebih dalam untuk mengeksplorasi gerakan dan ekspresi tubuh. Adapun Tony Broer, pentolan Teater Payung Hitam, membawakan materi Ngaji Tubuh di Studio Plesungan.
Layaknya Butoh, teater tubuh ala Tony Broer juga tidak seperti teater pada umumnya. Teater tubuh bisa dibilang sebagai seni pertunjukan yang mendekonstruksi teks dan
menggantikan sisi verbalnya komposisi tubuh, erangan, lengkingan, dan desah napas. "Dalam teater tubuh, kata-kata bisa hilang sepenuhnya digantikan dengan bahasa dan gerak tubuh yang menyusun dramaturginya," kata Tony.
DINDA LEO LISTY
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini