Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

teroka

Menteri Nadiem Luncurkan Pendanaan Film

Nadiem Makarim akan memberikan Dana Indonesiana yang bisa digunakan para pembuat film untuk kegiatan riset dan pengembangan cerita.

18 Mei 2023 | 18.37 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Cannes - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makariem meluncurkan skema pendanaan “match-fund” untuk film Indonesia yang dikerjakan bersama secara internasional. Program yang diberi nama Dana Indonesiana itu mencapai US$ 10 juta atau hampir Rp 150 miliar pertahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kami akan memberikan jumlah yang sama untuk setiap film yang telah mendapatkan pendanaan internasional. Kalau lembaga donor memberikan lima juta dolar, kami akan berikan lima juta dolar,” kata Nadiem ketika meluncurkan program itu di depan ratusan pelaku industri film internasional di Cannes, Prancis, Rabu malam waktu setempat, 17 Mei 2023.

Dana Indonesiana untuk Stimulus 

Dana Indonesiana bisa digunakan para pembuat film untuk kegiatan riset dan pengembangan cerita, produksi, pascaproduksi, hingga distribusi film secara internasional. Menurut Nadiem, skema yang bersumber dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan atau LPDP ini dibuat untuk mendukung sineas dan pelaku industri film Indonesia agar bisa berkembang di kancah internasional.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nadiem mengatakan, pemerintah tidak masalah mengeluarkan dana Rp 150 miliar itu. “Yang kami khawatirkan justru tidak banyak proposal untuk menggunakan dana ini,” kata dia. Sebab, syarat menggunakan pendanaan ini adalah melibatkan sutradara dan produser dari Indonesia.

Ia menyebutkan, saat ini jumlah produksi bersama internasional film sangat terbatas: hanya 2-3 film per tahun. Hanya ada 2-3 film serta 4-5 film pendek yang diikutkan pada festival-festival internasional. Akibatnya, kesempatan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman bagi sineas Indonesia pun menjadi terbatas. Ia pun mengakui, kebijakan pemerintah buat mendukung produksi film bersama selama ini belum ada. Antara lain ditunjukkan dengan belum adanya insentif pajak buat kegiatan ini.

Skema pendanaan ini merupakan bagian terakhir dari empat tahap pengembangan film Indonesia. Nadiem menyatakan, tiga tahap sebelumnya telah dilakukan, yakni menciptakan ekosistem film, menggenjot kemampuan kreatif pelaku film, serta mempromosikan film Indonesia ke ajang internasional. Pada setiap tahap ada skema pendanaan yang berbeda.

2 Film Indonesia di Ajang Festival Film Cannes

Acara di Villa de Minister, bangunan di bagian atas Kota Cannes, itu berlangsung di tengah festival film internasional sepanjang dua pekan ini. Hadir antara lain sutradara, pemain, dan para produser Film Tiger Stripes yang pada siang harinya diputar secara perdana. Film berbahasa Melayu itu merupakan produksi bersama delapan produser dari delapan negara, termasuk Yulia Elvina Bhara dari Indonesia.

Tiger Strips diputar pada ajang Semaine de la Critique salah satu bagian dari Festival Film Cannes yang menghadirkan para juri kritikus film. Pada ajang utama Palme d’Or ada film pendek Indonesia berjudul Basri and Salma in a Never-Ending Comedy karya sutradara Khozy Rizal dan produser John Badudu. Keduanya bersama para pemain film asal Makassar, Sulawesi Selatan, itu juga hadir pada malam itu.

Nadiem menunjuk kedua film sebagai contoh karya yang membanggakan. “Saya dengar Basri and Salma bahkan menjadi satu-satunya film pendek Asia di festival film ini,” katanya, yang disambut tepuk tangan hadirin. Ia berharap akan semakin banyak film Indonesia yang masuk festival serupa.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus