Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pelukis dan desainer fesyen Tiarma Sirait mempopulerkan kembali lukisan bertema batik. Menurut dia, lukisan ini merupakan sebuah peralihan dari proses kreatifnya sebagai desainer yang kerap memicu suasana kontroversial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Karya sekarang lebih meditatif. Tenang sekali," kata Tiarma kepada Tempo di Cemara 6 Galeri Toeti Heraty Museum di Jalan H.O.S. Cokroaminoto, Menteng, Jakarta Pusat, pada Sabtu, 12 Oktober 2024. Penyampaian ini disampaikan Tiarma seusai diskusi berjudul "Batik dalam Dimensi Baru".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perempuan yang pernah menempuh pendidikan di bidang Desain Fesyen di Royal Melbourne Institute of Technology ini, menjelaskan bahwa batik yang menjadi konsep dasar atau tema dalam proses ia melukis saat ini, muncul dari kehidupan sehari-hari. Ini tecermin dalam lukisan Tiarma, yang mengangkat obyek bunga maupun hewan.
Lukisan Batik dari Jambi
Pelukis yang tinggal di Bandung itu mencontohkan, saat berada di Jambi, ia membuat lukisan batik dengan inspirasi dari Sungai Batanghari, tanaman, atau tumbuhan di Jambi. Ia membuat obyek itu dalam bentuk batik dan dibuat menjadi baju. "Ya, inspirasinya dari apa yang saya lihat sehari-hari," tutur dia.
Tiarma membenarkan bahwa flora dan fauna kerap menjadi subyek dalam lukisan. Hal ini tentu memiliki alasan bahwa itu lebih dekat dengan kehidupan manusia, terutama perempuan. "Flora kan ada di depan mata kita, yang mudah diadopsi untuk dibuat menjadi desain atau lukisan," ucapnya.
Saat ditanya perihal kesamaan antara membatik dan membuat lukisan bertema batik, Tiarma mengatakan keduanya punya kesamaan. "Kesamaannya sabar, teliti, rapi. Lukisan saya kan sangat teliti. Begitu juga membatik, harus tenang, sabar," tutur dia, memuji sejumlah karya yang dipajang di dinding Cemara 6 Galeri lantai satu.
Sepuluh Jam Melukis Singa Barong
Sebelum memasuki ruang diskusi yang membahas dimensi baru karya Tiarma, pengunjung akan disuguhkan sebuah lukisan dengan latar merah dan putih berukuran 155 × 105 sentimeter. Lukisan itu bergambar Singa Barong yang juga menjadi judul gambar tersebut. "Saya melukisnya sepuluh jam," ucap dia.
Menurut dia, lukisan bertema batik bergambar 'Singa Barong' itu dibuat saat ia mengikuti kegiatan refleksi 111 tahun Kebangkitan Nasional yang mengangkat tema "Menjadi Indonesia (di) Nusantara" di Ruang Pengadilan Bung Karno di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Jawa Barat, Senin, 20 Mei 2019.
Dia menjelaskan motif Singa Barong yang diangkat dalam motif lukisanya, sebagai binatang mitologi yang mempunyai kekuatan superfisial dari singa, gajah, naga, dan elang. Itu merepresentasikan simbol spiritual dari Agama Budha, Hindu, Kristen dan Islam. "Kembali ke masalah alamnya, Singa Barong itu figur yang mengandung unsur energi dari bumi, angin, api, dan air," ucap dia.