Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

teroka

Empat Cerita Ray di Tangan Sineas Masa Kini

Empat cerita pendek karya sutradara Satyajit Ray di masa muda kini diadaptasi menjadi antologi film pendek oleh sutradara India angkatan baru.

10 Juli 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Empat film pendek yang diadaptasi dari cerpen-cerpen karya sutradara Satyajit Ray

  • Antologi film pendek arahan sutradara-sutradara India angkatan baru.

RAY diambil dari nama Satyajit Ray, maestro sinema India (1921-1992) yang terkenal bukan hanya karena The Apu Trilogy—Pather Panchali (1955), Aparajito (1956), dan The World of Apu (1959)—tapi juga lantaran dia menerima berbagai penghargaan internasional. Ray mengaku terinspirasi film Bicycle Thieves (1948) karya sineas neorealis Italia, Vittorio De Sica.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setelah The Apu Trilogy dan puluhan karya sesudahnya, Ray menjadi inspirasi begitu banyak sineas terkemuka, termasuk Martin Scorsese, yang mengatakan: “Karya (Ray) sejajar dengan para sineas kontemporer seperti Ingmar Bergman, Akira Kurosawa, dan Federico Fellini.”

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TV Series Ray. Netflix

Miniseri Ray berisi antologi empat film pendek yang baru tayang di Netflix, diadaptasi dari beberapa cerita pendek Satyajit Ray, seniman multitalenta—sutradara film, esais, editor majalah, ilustrator, komposer musik, dan penulis cerita. Keempat cerita ini ditulis di masa mudanya untuk segmen “young adult”.

Karena itu, ketiga sutradara India masa kini, Srijit Mukherji, Vasan Bala, dan Abhishek Chaubey, yang ditugasi mengadaptasi empat cerita ini, tampaknya tidak bertumpu pada karya klasik arthouse Ray. Mereka memiliki referensi pada film-film pendek Ray yang lucu, cergas, urban, dengan tetap berbicara tentang kesenjangan miskin-kaya seperti film pendek Two (1964).

Miniseri Ray adalah Forget Me Not dan Bahurupia yang disutradarai Srijit Mukherji, Spotlight oleh Vasan Bala, serta Hungama Hai Kyun Barpa oleh Abhishek Chaubey. Dua film Srijit Mukherji, meski semula memberikan kesan drama urban, ternyata adalah film thriller seiring dengan bergulirnya cerita. Paling tidak Mukherji membuat adaptasi cerita ini menjadi film yang lebih gelap.

Dalam Forget Me Not, tokoh Ipsit Nair (Ali Fazal) menjadi pemilik perusahaan teknologi informasi terkemuka yang dijuluki “manusia komputer” karena mempunyai ingatan kuat tentang apa pun. Photographic memory dan keberhasilan perusahaannya membuat dia arogan hingga suatu saat ia bertemu dengan perempuan yang mengaku pernah berhubungan intim dengannya. Perlahan Ipsit merasa kemampuan mengingatnya seolah-olah tergerus, pekerjaannya kacau, dan tuntutan bertanggung jawab atas tingkah laku di masa lalu mengejar-ngejarnya. 

Kay Kay Menon dalam X-Ray: Selected Satyajit Shorts. dan TV Series Ray. Vaspaan shroff/Netflix

Film pendek ini betul-betul diadaptasi ke masa kini, sebuah periode yang tak dialami penulisnya sendiri. Mukherji tidak hanya berhasil membuat cerita ini relevan dan kekinian. Kita tetap melihat benang merah Ray yang selalu berpihak kepada kaum marginal. 

Tokoh utama Bahurupia adalah lelaki berkacamata “berpenampilan biasa” bernama Indrashish Shah (Kay Kay Menon). Ia pegawai yang sering diabaikan di kantor, dibentak atasan, dibentak pemilik kos. Indrashish diam-diam punya keahlian mendandani aktor—kemampuan yang diwariskan ibunya—yang ia pakai untuk mengubah-ubah wajah.

Dengan dandanan, properti prostetik, dan wig, Indrashish bisa berubah menjadi siapa saja hingga orang-orang yang menginjak harga dirinya bisa ia hajar, bagai ular yang diam-diam mematuk. Tentu saja Ray tak membiarkan cerita berhenti di sana, karena karma selalu terjadi. Segmen ini mungkin yang terbaik dan terlengkap dari sisi cerita dan eksekusi, meski agak panjang.

TV Series Ray. Netflix

Spotlight bercerita tentang seorang aktor terkenal, Vikram Arora (Harshvardhan Kapoor), yang jengkel karena perhatian dan sinar panggung masyarakat beralih pada seorang perempuan cantik bernama “Didi”. Didi dipercaya sebagai seorang figur “sakti” yang dipuja khalayak. Ini satu-satunya segmen yang lucu dan manusiawi. Harshvardhan Kapoor menampilkan seni peran yang bagus sebagai aktor arogan yang harga dirinya habis-habisan terkikis.

Keempat film pendek ini memperlihatkan Satyajit Ray sebagai pendongeng hebat. Cerita-cerita pendeknya memperlihatkan dia pernah bereksperimen dengan beragam genre—thriller, mistik, drama—dengan berbagai tokoh yang ganjil. Para sutradara muda lalu mengadaptasinya ke dalam India masa kini dengan baik dan relevan.

Antologi film pendek seperti ini mungkin salah satu format yang menarik dan tepat untuk beradaptasi di masa sulit seperti dua tahun terakhir. Selain berkenalan dengan karya klasik seniman besar seperti Ray, kita bisa bersentuhan dengan arah sutradara-sutradara India generasi masa kini.

LEILA S. CHUDORI

Ray. Netflix

RAY

Kreasi: Sayantan Mukherjee
Sutradara: Srijit Mukherji, Vasan Bala, dan Abhishek Chaubey
Penulis skenario: Niren Bhatt dan Siraj Ahmed
Pemain: Manoj Bajpayee, Ali Fazal, Harshvardhan Kapoor, Kay Kay Menon

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus