Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

sains

Jasa Penyerbuk ala California

Orang Minang membangun bisnis penyewaan lebah untuk penyerbukan tanaman di California, Amerika Serikat. Jasa lebah yang belum berkembang di Indonesia.

10 Juli 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pria asal Indonesia memiliki jasa penyewaan lebah untuk penyerbukan tanaman di California, Amerika Serikat

  • Kebutuhan terhadap jasa penyerbukan sangat tinggi karena menurunnya populasi lebah liar.

  • Jasa penyewaan lebah untuk penyerbukan tanaman belum berkembang di Indonesia.

PERJALANAN hidup Mulyadi Ibrahim di bidang perlebahan dimulai pada 1990, saat ia kuliah di Alberta, Kanada. Di tengah studi agrobisnis di Grande Prairie Regional College di Fairview, dia tertarik pada usaha beekeeping alias pembiakan lebah. Selama musim panas, ia bekerja di perusahaan produsen madu terbesar Kanada, Wolfe Honey Company Inc. Perusahaan itu memiliki 8.000 koloni lebah dengan total produksi madu rata-rata 800 ribu kilogram per tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Iklim Kanada membuatnya tidak betah. Musim dinginnya ekstrem. Musim menjadi salah satu alasan ia menerima tawaran bekerja dari perusahaan yang bergerak di bidang yang sama, Hill & Ward Apiaries Inc, di California, Amerika Serikat, pada 1995. Perusahaan yang berdiri sejak 1903 itu menyediakan jasa penyerbukan tanaman oleh lebah (pollination) dan pembibitan ratu lebah serta produksi koloni lebah dan madu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Titik balik Mulyadi datang pada 2015. Saat itu dia memutuskan membangun usaha sendiri. "Memang sudah waktunya. Pengalaman sudah ada, dukungan sudah banyak, relasi sudah ada," kata pria 55 tahun itu mengisahkan kelahiran perusahaan lebahnya, Moesbee Apiaries, yang berbasis di Willows, California, Ahad, 4 Juli lalu.

Ia memulai usahanya dengan 600 koloni hasil membeli paket lebah. Kini ia sudah memiliki 1.500 koloni.

California, ucap Mulyadi, merupakan negara bagian produsen badam (almond) terbesar. "Almond membutuhkan lebah untuk membantu penyerbukan. Tanpa lebah, almond enggak berbuah," tutur pria Minang yang lahir di Cipanas, Bogor, Jawa Barat, ini. Di negara bagian Amerika ini, kira-kira ada 1,3 juta ekar pertanian almond. Tiap satu ekar (0,4 hektare) membutuhkan dua koloni lebah untuk penyerbukan. Menurut data statistik, total koloni lebah di Amerika Serikat sekitar 2,7 juta.

Mahani, dosen Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran, Bandung, mengatakan peternak lebah di Amerika Serikat memiliki pola yang berbeda dengan kolega di Indonesia. "Pendapatan terbesar mereka dari jasa polinasi. Madu sumber pendapatan sampingan," ucapnya, Selasa, 6 Juli lalu. Di Indonesia, madu menjadi sumber pendapatan utama peternak lebah. Jasa lebah sebagai penyerbuk sampai sekarang belum berkembang.

Direktur Center for Transdisciplinary and Sustainability Sciences (CTSS) Institut Pertanian Bogor (IPB University) Damayanti Buchori mengatakan jasa polinasi alias penyerbukan oleh lebah di Amerika Serikat banyak dibutuhkan karena berkurangnya populasi hewan penyerbuk alami. “Di Amerika Serikat dan Eropa memang ada penurunan populasi penyerbuk," tuturnya, Kamis, 8 Juli lalu. “Karena kekurangan penyerbuk untuk menyerbuki tanamannya. Jadi perlu jasa ekosistemnya.”

Situs Dinas Kehutanan Amerika Serikat (USFS) menyebutkan lebih dari separuh sumber lemak dan minyak makanan dunia berasal dari tumbuhan seperti kelapa sawit, kanola, dan bunga matahari yang diserbuki hewan penyerbuk. Lebih dari 150 tanaman pangan di Negeri Abang Sam itu bergantung pada penyerbuk, termasuk hampir semua tanaman buah dan biji-bijian. Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) memperkirakan tanaman yang bergantung pada penyerbukan bernilai lebih dari US$10 miliar per tahun.

Menurut Mulyadi, pasar polinasi di Amerika tumbuh besar terutama karena banyak lebah lokal yang punah. Yang banyak dikembangkan sekarang adalah Apis mellifera, lebah madu Eropa yang juga lazim dibudidayakan peternak Indonesia. "Mungkin karena efek insektisida. Makanya mereka membutuhkan peternak lebah untuk membantu penyerbukan."

Kebutuhan akan penyerbukan di California juga tinggi. Menurut Mulyadi, setidaknya ada lebih dari 250 jenis tanaman yang membutuhkan jasa penyerbukan oleh lebah. Jadwal penyerbukan setiap tanaman pun berbeda-beda. Misalnya almond pada Februari; bunga Matahari pada April-Mei; mentimun, labu, dan kacang-kacangan pada Juni; semangka pada Juli-Agustus; serta jenis tanaman lain pada September.

Jasa penyerbukan, Mulyadi menjelaskan, dimulai dengan memindahkan koloni lebah ke area pertanian. Perusahaan peternakan lebah lalu menempatkan kotak-kotak lebah di dekat lahan pertanian yang akan menjadi sasaran.

Lebah dari dari Moesbee Apiaries melakukan penyerbukan bunga matahari di Willows California, Amerika Serikat, 8 Juli 2021./Dok. Moesbee Apiaries

Pada pagi, kotak koloni yang berisi sekitar 20 ribu lebah itu dibuka. Kawanan lebah kemudian melakukan orientasi arah sebelum memulai penyerbukan. Saat hari mulai gelap, lebah-lebah kembali ke kotak. Jasa penyerbukan yang biasanya berlangsung enam minggu berbiaya US$ 230 per koloni.

Selain menyediakan jasa penyerbukan, Moesbee memproduksi bibit ratu lebah dan paket koloni madu. Setiap tahun, mayoritas peternak mengganti ratu lebah karena kematian si ratu atau untuk memecah koloni. Karena itu, kebutuhan akan ratu tinggi. Tahun ini, Moesbee mencetak 15 ribu ratu lebah. Harga satu ratu US$ 25. Adapun produksi madu Moesbee tahun lalu sekitar 220 drum atau 6.000 kilogram. Harga madu dari produsen sebesar US$ 2 per setengah kilogram.

Mulyadi mengaku tak mudah menjalankan bisnis peternakan lebah. Menurut dia, biaya operasional cukup besar untuk membayar pekerja, asuransi, dan transportasi. Selain itu, ada biaya perawatan lebah, antara lain untuk memberikan obat-obatan hingga suplemen makanan selama musim tak ada bunga. “Jadi, kalau dikalkulasi, biaya perawatannya bisa mencapai US$ 160 per koloni per tahun,” ujarnya.

Damayanti menilai situasi yang dialami peternak lebah di Amerika Serikat berkebalikan dengan di Indonesia. Menurut dia, petani Indonesia berpikir bahwa peternak lebah yang lebih memerlukan tanamannya, yakni untuk mengambil nektar dan serbuk sari. Karena itu, petani ingin peternak membayar sewa lahan. "Padahal lebah memberikan servis ke petani sehingga pohonnya berproduksi, berbuah. Jadi terbalik," katanya.

Menurut Mahani, ada sejumlah perbedaan yang membuat jasa penyerbukan di Amerika Serikat tumbuh subur. Petani di Eropa dan Amerika Serikat, Mahani menjelaskan, umumnya memiliki luas lahan 50 hektare, bahkan ribuan hektare. "Untuk meningkatkan produktivitas, mereka butuh penyerbukan.” Sedangkan di Indonesia, dia melanjutkan, lahan yang dimiliki petani umumnya sempit. Selain itu, banyak petani yang beranggapan bahwa lebah bisa merugikan hasil panen.

Mahani menambahkan, sudah ada petani yang merasakan manfaat penyerbukan tanaman itu. "Petani di Luwu Utara merasakan, kalau mereka terintegrasi dengan lebah, produktivitas panennya naik 8-12 persen," ucapnya.

Rika Raffiudin dari Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB University punya data serupa. Pada 2020, dia membuat survei terhadap tiga petani kopi arabika dan robusta di Rejang Lebong, Bengkulu, yang memelihara Apis cerana. Dua petani memanfaatkan lebah sejak 1992, dua lainnya sejak 1980.

Luas lahan kopi ketiga petani itu 0,5-1 hektare. Jumlah tanaman kopi mereka 800-1.000 batang. Rika mengungkapkan, ketiga petani mengakui terdapat perbedaan signifikan dengan adanya penyerbukan oleh lebah. Hal ini dilihat dari hasil kopi antara sebelum dan setelah memakai bantuan lebah. "Semula panen empat karung, setelah pakai lebah menjadi tujuh karung," ujar Rika.

Menurut Mahani, sistem pertanian saat ini sudah mengarah ke penggunaan penyerbuk lebah, terutama saat banyak generasi milenial terjun ke bisnis pertanian. "Mereka melek teknologi. Jadi ke depan jasa pollination akan tumbuh," katanya.

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Sih Kahono, pun optimistis karena pertanian modern akan banyak mengarah ke sektor organik, yang membutuhkan penyerbukan oleh lebah. "Ke depan industri koloni penyerbukan berkembang karena sistem pertanian menuntut itu," tuturnya.

ABDUL MANAN, DODY HIDAYAT
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus