Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

teroka

Review Film Alien: Romulus, Kembalinya Teror Mematikan di Kegelapan Kosmik

Film Alien: Romulus menyajikan horor fiksi ilmiah yang menegangkan, dengan visual CGI yang realistis dan nuansa teror yang mencekam.

17 Agustus 2024 | 18.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Alien: Romulus menjadi film yang sangat dinantikan oleh para penggemar, terutama karena ini adalah karya terbaru sutradara Fede Álvarez yang melejit lewat film horor seperti Don't Breathe (2016) dan remake film Evil Dead (2013). Sebagai versi kedelapan dari film klasik Alien, kali ini Alien: Romulus menyuguhkan nuansa horor fiksi ilmiah yang kental, yang mengambil latar dua era pendahulunya, yaitu Alien (1979) karya Ridley Scott dan Aliens (1986) besutan James Cameron.

Alien: Romulus, Film Horor yang Dibalut Fiksi Ilmiah

Kisah dimulai dengan perjalanan lima penjelajah muda yang menemukan stasiun luar angkasa bernama Romulus. Namun, di sana mereka justru bertemu dengan Xenomorph, makhluk asing yang menjadi musuh utama di film itu. Xenomorph adalah pemburu yang sangat agresif dengan insting membunuh yang sangat kuat. Ia tidak hanya menyerang untuk bertahan, tetapi untuk menghabisi, tanpa ampun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teror juga hadir dari penampilan fisik Xenomorph yang menakutkan, dengan tubuh berlapis eksoskeleton hitam, gigi tajam, dan darah mengeluarkan zat asam. Keberanian mereka diuji ketika mereka harus bertahan hidup dari ancaman makhluk mengerikan tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nuansa ketegangan mulai terasa sejak awal. Sutradara Fede Álvarez tahu betul bagaimana memanfaatkan ruang hampa luar angkasa nan gelap dan sepi untuk menciptakan atmosfer yang menakutkan. Dari awal hingga akhir, film ini penuh dengan adegan jumpscare yang berhasil mengejutkan penonton.

Kualitas Visual dan Elemen Pendukung dalam Film

Fede Álvarez tak hanya mengandalkan efek visual untuk menciptakan kengerian. Ia juga mengembalikan beberapa elemen khas retro yang membawa nostalgia dari film horor klasik itu. Salah satunya ketika karakter-karakter tersebut menjelajahi lorong yang dibanjiri air. Di sana mereka dihadapkan dengan gerombolan parasit menyeramkan yaitu Facehugger.

Musik dan efek suara juga memainkan peran penting dalam membangun suasana tegang di Alien: Romulus. Film ini tak hanya menggunakan musik dengan tempo cepat untuk memperkuat adegan aksi, tetapi juga menggabungkannya dengan momen-momen hening yang menggambarkan kekosongan luar angkasa. Adapun CGI yang digunakan untuk menghadirkan makhluk seperti Facehugger dan Xenomorph juga tampak sangat realistis yang berhasil memunculkan rasa jijik sekaligus mengerikan.

Secara keseluruhan, Alien: Romulus berhasil menggabungkan elemen horor klasik dengan sentuhan modern, dan menciptakan film yang memberikan penghormatan kepada karya-karya sebelumnya namun tetap menghadirkan eksplorasi baru. Diproduksi oleh 20th Century Studios, film ini menampilkan deretan bintang berbakat seperti Cailee Spaeny, David Jonsson, Archi Renaux, Isabela Merced, Spike Fearn, dan Aileen Wu.

Tak hanya sukses berkat tangan dingin sutradara Fede Álvarez, Alien: Romulus turut diproduseri oleh Ridley Scott, sutradara film pertama Alien sekaligus kreator di balik Prometheus (2012) dan Alien: Covenant (2017). Film ini sudah bisa disaksikan di bioskop Tanah Air mulai 14 Agustus 2024.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus