Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

teroka

Peringatan Seabad Penyanyi Opera Maria Callas di Jakarta

Konser opera Tribute to Maria Callas. Peringatan 100 tahun kelahiran sang penyanyi opera kondang di Ciputra Artpreneur.

15 Oktober 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Konser opera Tribute to Maria Callas.

  • Memperingati 100 tahun kelahiran La Divina.

  • Tampilan komposisi yang dipopulerkan Maria Callas.

BUAH lagu gubahan Vincenzo Bellini, “Norma”, memenuhi ruang dengar penonton. Penyanyi sopran Felicia Bongiovanni mengantarkan tembang populer penyanyi opera kondang Maria Callas itu. Suaranya melengking tinggi di panggung Ciputra Artpreneur, Jakarta, Sabtu, 7 Oktober lalu. Komposisi ini salah satu yang dinyanyikan Maria Callas ketika penyanyi sopran legendaris itu tampil di Paris, saat ia mengalami masalah vokal pada pertengahan 1960-an.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Felicia Bongiovanni adalah penyanyi sopran asal Italia. Suara sopran lulusan terbaik G.B. Martini Conservatory di Bologna, Italia, dengan penghargaan Zucchelli itu mengantarkan lagu sang legenda. Sebelum Bongiovanni, penyanyi sopran kebanggaan Indonesia, Regina Handoko, mengawali konser. Regina, lulusan seni musik Trinity College London di Singapura, memenangi beberapa kompetisi musik klasik di Wina, Austria; New York, Amerika Serikat; dan London, Inggris, pada 2019 dan 2022. Ia membawakan komposisi gubahan Gioachino Rossini, "Il Barbiere di Siviglia".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penampilan mereka adalah bagian dari acara Tribute to Maria Callas: 100th Anniversary yang diselenggarakan Kedutaan Besar Italia di Indonesia, Pusat Kebudayaan Italia, dan Ciputra Artpreneur. Terlahir sebagai Maria Anna Sofia Cecilia Kalogeropoulos di New York, 2 Desember 1923, dari orang tua Yunani, Callas adalah penyanyi sopran kondang dunia yang berjaya pada 1950-1970an. Kehadirannya yang dramatis dan emosional di dalam dan di luar panggung membuat orang-orang terkesima; baik kedalaman emosi dalam peran operanya maupun kehidupan pribadinya yang penuh gejolak. 

Ibu Callas, Evangelia, yang mengetahui bakatnya mendorong sang putri mempelajari olah vokal di bawah bimbingan Elvira de Hidalgo di sebuah konservatorium ternama di Yunani. Dalam 33 tahun kariernya, ia mendapat julukan "La Divina" dan dicintai serta dihormati oleh banyak penduduk dunia. Kiprahnya di dunia opera bermula dari Arena Verona, Italia, pada 1947 dalam pentas La Gioconda. Beberapa tahun kemudian, dimanajeri suaminya, Giovanni Battista Meneghini, ia terus berkembang. Hingga pada 1958, ia mencapai puncak ketika tampil di La Scala. Ia membintangi opera ciptaan Vincenzo Bellini, La Sonnambula da La Traviata, dari Giuseppe Verdi yang disutradarai Luchino Visconti.

Callas kembali bersinar ketika ia mulai masuk dapur rekaman pada 1960-an. Dia menjadi salah satu penyanyi paling populer pada masa itu. Tak hanya berkecimpung di dunia rekaman, ia pun merambah panggung opera bergengsi di Royal Opera House di London, tampil dalam opera Norma yang disutradarai Franco Zeffirelli. Dia pun pernah tampil dalam film non-opera, Medea, yang disutradarai Pier Paolo Pasolini. Dia pernah mengalami masalah pada suaranya beberapa kali. 

Pada 1971-1974, Callas menjadi pengajar di Sekolah Musik Julliard di New York dan menjalani rekaman duet bersama penyanyi tenor Italia, Giuseppe Di Stefano. Tak hanya berkiprah di Eropa dan Amerika Serikat, ia pun melanglang buana hingga ke Jepang. Ia memainkan lebih dari 40 peran yang berbeda dan 20 penampilan operanya direkam. Ia meninggal pada usia 53 tahun pada 16 September 1977 di rumahnya di Paris. Di luar kehidupan panggungnya yang sukses, Callas memiliki kehidupan pribadi yang memprihatinkan. Ia mengalami banyak tekanan hingga kekerasan dalam rumah tangganya dengan dua suaminya.

Konser di Ciputra Artpreneur ini menampilkan beberapa komposisi pilihan yang melambungkan nama Callas, antara lain "Il Barbiere di Siviglia" (G. Rossini); "Nabucco", "Aida", dan "Traviata" (Giuseppe Verdi); "Tosca" (Giacomo Puccini ); serta "Cavalleria Rusticana" (Pietro Mascagni). Komposisi ini bergantian dibawakan oleh Regina Handoko, Felicia Bongiovanni, dan penyanyi tenor Dario Ricchizzi serta kelompok paduan suara Batavia Madrigal Singers yang terdiri atas 60 orang dengan konduktor Avip Priatna. Mereka bernyanyi dengan iringan musik dari 27 musikus Jakarta Concert Orchestra yang dipimpin Massimiliano Sinceri. 

Para penyanyi dan pemusik ini membawakan komposisi-komposisi yang telah dipilih dalam dua bagian. Komposisi "Il Barbiere di Siviglia", "Norma", "Nabucco", dan "Aida", misalnya, ditampilkan di bagian pertama. Di bagian kedua, komposisi "Tosca" yang terdiri atas empat bagian dinyanyikan secara bergantian dan duet oleh Ricchizzi dan Bongiovanni. Komposisi ini menampilkan adegan romansa sepasang kekasih. Beberapa tawa kecil terdengar di antara penonton yang melihat duet dua penyanyi Italia ini. 

Komposisi panjang ciptaan Mascagni, "Cavalleria Rusticana", yang cukup panjang dengan tujuh bagian dibawakan bergantian oleh grup paduan suara dan tiga penyanyi serta kelompok orkestra. Dalam komposisi ini ditampilkan pula duet Ricchizzi-Bongiovanni. Suara prima Bongiovanni, yang juga direktur artistik proyek budaya dan bisnis di Università degli Studi di Urbino Carlo Bo, Italia, pantas diacungi jempol dengan nada-nada tinggi dan durasinya yang panjang. Adapun komposisi Puccini, "A Few Famous Arias", dinyanyikan Regina Handoko dan Ricchizzi, yang mencatatkan debut sebagai Mario Cavaradossi dalam sebuah opera dan telah tampil di berbagai panggung opera serta konser di Italia dan beberapa negara lain.

Konser ini ditutup dengan komposisi Verdi, "Traviata", yang dinyanyikan oleh semua penampil. Komposisi yang akrab di telinga penonton menjadi lebih mengasyikkan ketika ditampilkan, apalagi kemudian penonton pun diundang untuk ikut bertepuk tangan mengiringi musik. 

Direktur Pusat Kebudayaan Italia Maria Battaglia menyampaikan bahwa konser Tribute to Maria Callas ini digelar untuk memperingati 100 tahun kelahiran sang diva. Konser untuk Callas ini baru pertama kali dihelat di Indonesia. Franco Zeffirelli, yang mengarahkan konser pertama Callas, memberinya julukan La Divina ketika ia tampil di Italia. Mengutip Zeffirelli, ada masa opera sebelum dan sesudah Callas. Terutama dalam La Traviata, yang menjadi opera romantis yang pemainnya menderita karena cinta. 

Dalam konser ini, kata Battaglia, dipilih komposisi yang terkenal dalam opera Callas. “Kami membawa bel canto, tipikal tradisi Italia, dan mengenalkan kepada penonton Indonesia kemampuan penampil serta orkestra di panggung,” ujarnya. 

Belum banyak penonton Indonesia yang mengenal dan menikmati suguhan opera dengan suara penyanyi yang melengking tinggi. Tapi boleh dikatakan konser itu cukup banyak ditonton. Antusiasme penonton cukup tinggi, terlihat dari kehadiran mereka dalam dua kali pertunjukan.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Seabad Sopran La Divina Maria Callas"

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus