Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Serangkaian pertunjukan di kampus ISBI.
Lima kelompok teater menyajikan lima cerita yang beragam.
Mementaskan lakon dalam genre teater yang berbeda.
SEKELOMPOK lelaki muncul. Setiap orang menggenggam sebatang awi tali alias bambu apus seukuran tiang bendera sepanjang tiga-empat meter. Seakan-akan terprovokasi oleh teriakan “Tanah untuk rakyat!”, mereka berjalan lurus sambil mengadu batang-batang bambu yang diangkat tinggi. Ketika terlihat ada pihak lain yang datang, mereka membanting ujung-ujung bambu ke lantai sambil memegangnya kuat agar tidak terlepas. Kemudian, sambil mereka serempak memukulkan bambu berulang ke bawah, komentar terlontar: “Kereta cepat dapat ngutang, yang bayar rakyat lagi.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Suara kritik juga ditujukan terhadap kebijakan penguasaan lahan, konflik kekerasan, dan kriminalisasi petani. Mereka pun menyentil realitas zaman yang menjadikan manusia hanya sebatas angka, juga tren perawatan wajah dan urusan penampilan fisik lain, terutama di kalangan anak muda. Beragam isu itu dihimpun dalam naskah yang digarap secara kolektif oleh para anggota kelompok teater Celah Celah Langit atau CCL yang mayoritas mahasiswa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lakon berjudul Bedol Desa: Ode Tanah II itu mereka pentaskan di gedung olahraga Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung pada Senin malam, 20 November lalu. Adegan pembukanya nyanyian salawat dari kitab Al-Barzanji yang diiringi suara instrumen perkusi. Tadinya, menurut pendiri dan sutradara CCL, Iman Soleh, pertunjukan itu akan digelar di halaman depan kampus. Rencana itu urung terlaksana karena suasana lalu lintas yang bising.
Bedol Desa tampil perdana pada 1 Oktober 2022 di ruang terbuka markas CCL di belakang Terminal Ledeng, Bandung. Setelah itu, lakon tersebut mereka pentaskan juga di gedung teater tertutup Taman Budaya Bandung. Sampai sekarang penggarapannya terus berkembang dan dieksplorasi dari segi alur, kostum, properti, dan naskah sesuai dengan isu yang sedang berembus. Penampilan atraktif dengan aksi-aksi akrobatik yang menguras tenaga belasan pemain lelaki dan perempuan menjadi daya tarik pertunjukan itu.
Mereka, misalnya, harus mengangkat tegak batang bambu apus yang beratnya 4-8 kilogram di atas kepala dengan satu kaki. Dalam adegan lain, pemain pun mengangkat bambu gombong seukuran tiang listrik sepanjang 3-4 meter dengan berat hingga 20 kilogram. Setelah diangkat tinggi sekuat tenaga dalam posisi berdiri, bagian bawah bambu itu ditahan dengan perut. Muncul ketegangan beberapa saat ketika bambu bergoyang-goyang seperti hendak jatuh. “Adegan seperti itu untuk merasakan beratnya nasib petani,” kata anggota CCL, Muhammad Mumu Murtado.
Pertunjukan itu menjadi bagian dari acara Invitation to the Theatre yang dihelat Jurusan Teater Fakultas Seni Pertunjukan ISBI Bandung pada 19-23 November 2023. Setiap malam, tampil kelompok teater atau seniman yang berasal dari kampus di Jalan Buah Batu 212, Bandung, itu. Di antaranya Neo Theatre Indonesia, CCL, Teater Forum, Teater Re-Publik, dan kelompok Laboratorium Tubuh yang tampil pada siang sebelum penutupan. Setiap kelompok menampilkan corak garapan yang berbeda.
Menurut Ketua Jurusan Teater ISBI Bandung Fathul A. Husein, acara dua tahunan yang digelar sejak 2009 itu dalam edisi kedelapan ini ingin menguatkan kembali kelompok dan pemain teater di lingkungan internal kampus, termasuk mahasiswa dan dosennya, seusai masa pandemi Covid-19. Selain itu, acara tersebut hendak mengenalkan generasi muda, khususnya mahasiswa Jurusan Teater, kepada para penggiat dan kelompok teater serta sejarah perjalanan mereka. Dengan penampilan dan genre teater yang berbeda-beda, penonton bisa melihat keberagaman mereka. Penonton juga diajak memahami dan menelaah beragam isu dan persoalan yang ditampilkan melalui sebuah lakon.
Kelompok Neo Theatre yang tampil pada malam pertama mencoba keluar dari gaya teater realis. Sutradara Fathul A. Husein menantang para aktor dengan naskah puitik karya Federico García Lorca yang diterjemahkan dengan judul Pernikahan Darah. Pertunjukan yang memainkan dua pertiga naskah aslinya itu menggaet Rektor ISBI Retno Dwimarwati sebagai pemeran ibu mempelai pria.
Neo Theatre Indonesia membawakan karya Frederico Garcia Lorca berjudul Pernikahan Darah di GK Sunan Ambu ISBI Bandung, Jawa Barat, 19 November 2023. Tempo/Prima mulia
Drama itu berkisah tentang pernikahan yang meragukan dengan latar sengketa keluarga di sebuah desa Andalusia, Spanyol bagian selatan. Setelah pembunuhan suami dan anaknya oleh keluarga Felix yang kejadiannya masih menempel kuat di ingatan, ibu mempelai pria kehilangan lagi seorang anak lelakinya seusai acara pernikahan. Dari dua versi akhir cerita yang menyisakan ratapan sang ibu dan pengantin wanita, Fathul memilih jalan untuk merenungkan kematian para lelaki daripada membunuh mempelai wanita di atas panggung.
Dalam pertunjukan selama dua jam itu, properti pentas dikonsep minimalis dan bernuansa simbolis. Misalnya untuk penggambaran hutan, bulan, dan suasana di dalam rumah. Semua pemain hadir di panggung sejak awal hingga akhir pertunjukan. Sambil duduk di kursi di bagian belakang panggung yang dibuat lebih tinggi, mereka bergiliran tampil di area permainan. Adapun kostum mereka cenderung digunakan untuk mengokohkan karakter peran ketimbang sebagai identifikasi kultural yang terikat ruang dan waktu lakon aslinya. Pernikahan Darah rencananya kembali dipentaskan di Teater Luwes Institut Kesenian Jakarta pada 26 November 2023 dalam acara 50 Tahun Festival Teater Jakarta.
Sementara itu, pemain dan sutradara Teater Forum, Tatang Abdullah, menggarap pertunjukan berjudul Rumah Tangga Bahagia karya Agus R. Sarjono. Seperti antologi cerita pendek, kisah drama itu menghimpun beberapa kejadian di tempat berbeda. Naskahnya diracik dengan cawokah, yaitu humor di kalangan orang Sunda yang menyerempet masalah seksual, tanpa terjebak dalam kemesuman. Kali ini kelompok yang ingin mencetak bintang muda pemain teater itu menampilkan drama konvensional alias realis.
Setiap fragmen ceritanya diikat oleh isu politik, dari politikus yang berselingkuh dengan asisten rumah tangganya, warga penganggur yang menyukai berita politik, hingga orang yang menjual tubuh untuk mendapatkan jabatan politik. Ceritanya dibuat seperti pola stand-up comedy yang pada bagian akhirnya ditutup dengan punch line atau kalimat lucu yang mengundang tawa. Drama agak mengendur di bagian akhir saat dua pemuda penenggak minuman beralkohol di tempat hiburan malam berbincang sambil mabuk, bermetafora tentang politikus.
Pada hari terakhir menjelang penutupan acara, kelompok Laboratorium Tubuh pimpinan Tony "Broer" Supartono menampilkan karya berjudul Boikot Tubuh. Konsep teaternya menyajikan latihan sebagai pertunjukan di ruangan terbuka hingga pertunjukan di dalam Gedung Kesenian Sunan Ambu ISBI Bandung. Berawal dari halaman gedung yang juga menjadi tempat parkir kendaraan, penonton seperti diundang sekaligus disambut oleh suara lantang orang yang berpidato dalam bahasa Arab.
Laboratorium Tubuh menampilkan Boikot Tubuh karya Tony Broer di ISBI Bandung, Jawa Barat, 23 November 2023. Tempo/Prima Mulia
Di tempat itu, para aktor menggelar unjuk rasa menentang Israel. Lembaran seng yang digambari simbol Bintang Daud dengan cat semprot biru secara bergantian dilempari batu dari jarak sekitar 2 meter hingga bolong-bolong. Sangat berisik dan provokatif. Bendera hitam berkibar, disusul suara sirene tanda bahaya. Lembaran seng lalu diinjak-injak seirama dengan entakan musik intro lagu "We Will Rock You" grup musik Queen.
Tak lama kemudian, perhatian penonton tertuju pada gedung bundar bertingkat yang pembangunannya mangkrak di ujung halaman. Asap mengepul. Sesosok boneka seperti orang yang memegang kain putih bergambar Bintang Daud dicoret. Lehernya dijerat tali hingga terkerek ke atas. Seseorang di puncak gedung mengibaskan tongkat panjang berbendera Palestina. “Situasi perang ini aku tarik dalam konteks tubuh,” kata Tony.
Dari luar, penonton diajak masuk ke ruang pertunjukan. Kemudian secara acak Tony mencomot beberapa penonton dari kursi mereka untuk dijadikan aktor dadakan. Mata mereka dibebat kain. Ada juga yang disuruh memegang batu hingga akhir pertunjukan selama satu jam. Penyair seperti Hikmat Gumelar dan Matdon yang membacakan puisi ternyata juga menjadi aktor dadakan. Mereka baru diberi tahu akan ikut tampil setelah tiba di lokasi.
Di tengah pertunjukan, Tony, yang juga dosen Jurusan Teater ISBI, menyampaikan materi "Tubuh Kata Tubuh" kepada penonton. Metode itu merupakan bahan disertasinya untuk meraih gelar doktor di Institut Seni Indonesia Yogyakarta pada 2019. Tony membeberkan teater tubuh, bagaimana tubuh menjadi bahasa sebuah pementasan teater. Aktor kawakan yang lahir pada 11 Juni 1966 itu pun mempraktikkan materi paling dasar, yaitu naik dan turun tangga. Setelah naik dengan kaki, dia bersama seorang aktor, yaitu Mohammad Wail Irsyad, berbaring di lantai tepi panggung. Mereka lalu turun melindas undakan dengan cara menggulingkan badan sambil kedua tangan mendekap ke dada. “Lumayan, pasti sakit,” tutur Tony.
Beberapa adegan mengingatkan pada pementasan drama berjudul Universitas Kaspar garapan Teater Payung Hitam dalam acara Festival Teater Tubuh 2019 di Selasar Sunaryo Art Space, Bandung. Misalnya, di akhir pertunjukan, Wail kembali mendera tubuh Tony dengan tangan kosong dan sabetan sapu lidi. Lakon Boikot Tubuh menjadi suatu pesan agar manusia menahan diri tidak membuat kerusakan dan menjadi mesin pembunuh makhluk lain.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Lima Rasa Teater ISBI Bandung"