Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Menggandeng lembaga pengumpul donasi seperti Kita Bisa, Kementerian Sosial membantu masyarakat Kabupaten Asmat.
Tri Rismaharini sudah dua kali berkunjung ke sana sejak November 2021.
Risma menyukai perjalanan ke wilayah itu.
AMAGAIS boleh jadi merupakan salah satu titik terendah dalam “kemajuan” Indonesia. Perlu 40 menit terbang dengan pesawat baling-baling dari Timika, dilanjutkan 30 menit menyusuri sungai dengan speedboat, untuk menuju bagian wilayah Distrik Der Koumur, Kabupaten Asmat, Papua, itu. Ke sanalah Menteri Sosial Tri Rismaharini pada Kamis, 24 Maret lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Risma juga singgah di Kampung Erosoman, sekitar 10 menit perjalanan speedboat dari Amagais. Dua kampung itu relatif sama: penduduknya sulit mendapatkan akses aneka kemajuan zaman. Anak-anaknya bahkan tidak memperoleh pendidikan cukup, terutama karena tak memiliki guru. Mereka tinggal di rumah-rumah panggung di tepi sungai. Perjalanan makin sulit pada saat turun hujan deras, yang membuat kampung terendam air.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Toh, Risma tampaknya menyukai perjalanan ke kawasan itu. Ia sudah dua kali berkunjung sejak November tahun lalu. “Saya ingin memastikan rencana yang kita buat pada kunjungan pertama benar-benar dijalankan,” kata mantan Wali Kota Surabaya itu. Kementerian Sosial menggandeng lembaga pengumpul donasi seperti Kita Bisa menyediakan listrik tenaga surya, perahu motor, hingga tanaman untuk dibudidayakan.
Penduduk pun menagih janji yang menurut mereka belum dipenuhi sejak kunjungan pertama. “Dulu Ibu berjanji memberi empat ‘fiber’ (perahu motor berbahan fiberglass), tapi baru datang satu,” ujar seorang penduduk. Bupati Asmat Alisa Kambu, yang hadir di lokasi, mengoreksi warganya, “Bukan empat, tapi tiga.” Risma menyatakan perahu sedang dibuat Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. “Jadi janji saya tiga, ya, bukan empat? Nanti kalau sudah jadi segera dikirim,” ucap perempuan 60 tahun itu, lalu terkekeh. Ia percaya perahu motor merupakan salah satu sarana yang bisa memecahkan banyak masalah penduduk pedalaman Papua.
Kepada Risma, anak-anak Amagais juga meminta disediakan guru. Risma berjanji menyediakan perangkat elektronik, termasuk peranti sinyal Internetnya, untuk membantu anak-anak belajar. “Kalau guru, nanti saya perlu bicara dengan Menteri Pendidikan,” tutur menteri yang oleh penduduk Papua dipanggil “Mama Risma” itu.
Perjalanan dilanjutkan ke Agats, ibu kota Asmat. Perlu perjalanan 30 menit balik menuju Bandar Udara Kamur dengan perahu motor, terbang 20 menit ke Bandara Ewer, lalu menembus muara berombak tinggi menggunakan perahu motor 20 menit, dilanjutkan berboncengan sepeda motor—hampir semua kendaraan roda dua di sini bertenaga listrik—ke pusat Agats. Hujan terus turun pada hari itu. Pada kunjungan November tahun lalu, Risma bermalam di perumahan gereja di kota terapung ini.
Perjalanan menuju wilayah Asmat tak mudah. Rombongan pendahulu Risma sempat hilang kontak selama 12 jam. Rupanya, mesin perahu motor mereka bermasalah diterjang ombak besar dalam perjalanan dari Amagais. Untunglah, mereka ditemukan selamat.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo