Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Baru Punya Lima Lagu, Ditaksir Pembeli Kanada

Marinuz Kevin & The Local Elite asal Nusa Tenggara Timur dan Cilokaq dari Lombok tampil dalam Indonesia Music Expo (Imex) 2022. Menyuguhkan musik bermuatan tradisi lokal.

2 April 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Indonesian Music Expo menampilkan sejumlah grup musik dari berbagai daerah di Nusantara.

  • Marinuz Kevin & The Local Elite menyuguhkan musik muatan lokal Nusa Tenggara Timur.

  • Grup musik Cilokaq mengusung musik tradisi Lombok.

SUARA electronic dance music mengentak penonton di salah satu panggung dalam acara Indonesian Music Expo (Imex) di Museum Puri Lukisan, Ubud, Bali, Sabtu, 26 Maret lalu. Suara ukulele yang berpadu dengan suara sasando terdengar menimpali. Entakan musik elektronik yang diputar disc jockey itu mengiringi penampilan Marinuz Kevin dan empat personel The Local Elite yang muncul dari belakang panggung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sore itu, lima musikus asal Nusa Tenggara Timur tersebut tampil dengan pakaian kasual bermotif kain khas daerah mereka. Mereka membuka pentasnya dengan membawakan lagu “All Timorese Matter”. Selanjutnya mereka membawakan sekitar tujuh lagu yang semuanya menggunakan bahasa daerah di Nusa Tenggara Timur, dari lagu berbahasa Timor, Flores, Sabu, Rote, Alor, Sumba, hingga Lembata. Mereka menutup pentasnya yang berlangsung sekitar satu jam dengan lagu “Tebe O Nana”. Lagu berbahasa Timor yang berirama rancak itu disambut antusias para penonton dengan berjingkrak membentuk lingkaran.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Marinuz Kevin, lagu-lagu yang mereka bawakan dalam pentas itu adalah materi dari proyek album mereka: Mulok Digital. Seharusnya, album Mulok Digital yang berisi 14 lagu itu sudah dirilis pada pertengahan 2020. “Karena pandemi Covid-19, akhirnya urung kami lakukan. Rencananya, album itu akan kami perkenalkan ke publik pada tahun ini,” kata pria berambut gimbal itu.

Proyek album Mulok Digital merupakan bentuk apresiasi Marinuz dan kawan-kawannya terhadap budaya Nusa Tenggara Timur. Proyek album itu juga bertujuan membuat arsip muatan lokal dalam bentuk digital. “Tradisi orang kita kan umumnya bertutur. Jika tidak dilakukan pengarsipan bisa terjadi loncatan sejarah. Kami mencoba dengan konsep musik digital di proyek album ini,” ujar Marinuz.    

Marinuz menyebutkan semua materi dalam album itu merupakan lagu-lagu muatan lokal yang menjadi materi pelajaran di sekolah dasar. Ia dan kawan-kawannya khawatir generasi muda sekarang yang melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah hingga perguruan tinggi tak lagi mengenal lagu-lagu muatan lokal karena tidak menjadi materi pelajaran seperti di SD. “Dalam lagu-lagu muatan lokal terdapat unsur nasihat, sejarah, hingga asmara. Hal tersebut yang perlu diketahui oleh anak muda untuk memperkuat jati diri,” ucapnya.

Penampilan grup musik Marinuz Kevin dan The Local Elit di Indonesian Music Expo 2022 di Museum Puri Lukisan, Ubud, Bali, 26 Maret 2022. TEMPO/Made Argawa

Bagi Marinuz, keikutsertaan mereka dalam Imex memberi banyak pengalaman berharga. Selain bisa langsung bertemu dengan beberapa buyer, mereka mendapat banyak masukan agar bisa memiliki standar untuk tampil di luar negeri. “Ada workshop, itu sangat berarti bagi kami,” ujarnya.

Grup musik lain yang juga mencuri perhatian penonton Imex adalah Cilokaq dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Cilokaq muncul dengan suara suling dan petikan penting—gitar tradisional Lombok. Musik yang mereka suguhkan bernuansa ceria.

Personel Cilokaq, Edi Susanto, menyebutkan mereka tak menyangka grup musik yang mereka bentuk sekitar dua tahun lalu itu bisa tampil di perhelatan internasional tersebut. Selama ini, mereka hanya tampil di acara pernikahan, sunatan, atau acara pemerintah daerah. “Tidak mengira sampai pada level ini,” tutur Edi.

Awalnya, menurut Edi, Cilokaq menyuguhkan kesenian khas Lombok, yaitu “lelakak” atau berpantun dengan menggunakan sedikit alat musik. Mereka kemudian mencoba berinovasi dengan menggabungkan beberapa jenis alat musik, seperti suling, penting, biola, bas, dan kendang. Mereka juga memasukkan unsur beberapa genre musik, dari Melayu, Arab, hingga Cina. “Kami biasa berkumpul dan bermain musik di Taman Budaya Nusa Tenggara Barat,” ujarnya.

Hingga suatu hari, mereka dikumpulkan dalam program Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan mendapatkan mentoring dari Franki Raden untuk menggarap musik yang inovatif serta lebih kaya dari yang sudah ada. Hasilnya cukup menarik, irama musik Cilokaq menjadi kaya sehingga Franki Raden terkesan dan mengajak mereka tampil di Imex 2022. “Ternyata musik kami bisa dijual untuk internasional,” kata Edi. 

Sebagai mentor, Franki belum memberikan restu bagi Cilokaq untuk tampil di luar negeri. Padahal mereka sudah ditaksir oleh buyer asal Kanada. “Katanya belum mantap. Baru punya lima lagu,” ucap Nasarudin, personel Cilokaq lain. Setelah tampil di Imex 2022, mereka berencana membuat album yang berisi sekitar sepuluh lagu. “Semua lagu kami menggunakan bahasa Sasak,” ujar Nasarudin.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus