Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

<font face=arial size=2 color=#FF0000>FRANS GLISSENAAR:</font><br /> Saya Melihat Dia Seorang Oportunis

16 Agustus 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

FRANS Glissenaar, 52 tahun, mulai tertarik kepada Ernest Franois Eugne Douwes Dekker pada 1992-1993, ketika ia datang ke Indonesia untuk melakukan penelitian buat seri dokumenter sejarah kolonial Belanda. Waktu itu dia hendak membuat dokumenter sejarah berkaitan dengan konflik Indonesia-Belanda pada 1940-an, untuk program Zembla pada stasiun televisi VARA.

Ia membaca jilid 11 karya besar Dr Lou de Jong, Het Koninkrijk der Nederlanden in de Tweede Wereld oorlog, mengenai Indonesia dan bertemu dengan nama Douwes Dekker di buku itu. Dr De Jong menulis peran Douwes Dekker dalam perundingan Belanda-Indonesia pada 1947. Sejak itu, Glissenaar mulai menekuni kehidupan Douwes Dekker.

Sebagian besar data tentang Douwes Dekker dia dapatkan dari arsip Dr Julius Pée, peneliti Multatuli dan Direktur Museum Multatuli di Amsterdam. Di Kiel, Jerman, dia menjumpai seorang pelukis Indo-Austria yang ditahan bersama Douwes Dekker di Suriname. Di Perpustakaan Nasional Jakarta, terdapat arsip majalah De Reflector lengkap, yang di dalamnya terdapat tulisan-tulisan Douwes Dekker dengan nama samaran Marc d'Hautour.

Glissenaar kemudian menuangkan hasil penelitiannya dalam buku berjudul Het Leven van E.F.E. Douwes Dekker Voorheen Nederlands-Indië (Sejarah E.F.E. Douwes Dekker di Hindia Belanda), yang terbit pada 2003. Menurut Redaktur Majalah Natur ini, Douwes Dekker seorang oportunis. Meski demikian, dia yakin Douwes Dekker punya peran penting dalam pengembangan nasionalisme Indonesia. Berikut ini wawancara Glissenaar dengan Tempo di Belanda, Juli lalu.

Berapa lama Anda mempersiapkan buku Anda?

Dari ide awal sampai penulisan, kurang-lebih 12 tahun. Penulisannya sendiri 3 tahun, riset 3-4 tahun. Tidak penuh waktu karena ada kerja sampingan, dan untuk mempersiapkan buku ini perlu banyak uang.

Anda banyak menggunakan sumber tidak langsung, misalnya biografi Sukarno, seperti yang dituturkan kepada Cindy Adams, dan lain-lain. Berapa persen tulisan asli Douwes Dekker yang Anda dapat?

Kurang-lebih 25 persen. Ini terdiri atas surat, gambar, dan tulisan-tulisannya di koran sesudah 1940-an. Agak sulit mencari sumber-sumber mengenai Douwes Dekker. Banyak hal yang kurang jelas, apalagi nama samaran, meski dia juga banyak menggunakan nama aslinya, dengan kependekan DD. Misalnya tulisan-tulisannya di koran-koran Indisch. Pada 1920-1930, setiap pembaca mengerti bahwa DD adalah Ernest Douwes Dekker, bukan Eduard Douwes Dekker atau Multatuli, yang meninggal pada 19 Februari 1887. Tapi semua koran yang memuat berita tentang Indische Partij masih dapat dibaca di Perpustakaan Nasional Belanda di Den Haag.

Bicara soal Multatuli, adakah pengaruh dia terhadap Douwes Dekker?

Sewaktu Multatuli meninggal, Douwes Dekker baru 8 tahun. Saya kira pengaruh Multatuli sangat besar karena Ernest berusaha menjadikan dirinya sama besar dengan kakeknya. Roman-roman yang dia tulis gayanya mirip dengan Max Havelaar. Karya Douwes Dekker yang terkenal adalah Siman de Javaan. Walaupun demikian, ia tidak memperlihatkan bakat kesusastraan.

Apakah ide Douwes Dekker mengenai Indische Partij mempengaruhi banyak intelektual Jawa waktu itu?

Dibilang banyak sih tidak, karena intelektual Jawa baru tumbuh dan jumlahnya masih sedikit. Orang seperti Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat memang duduk di dalam kepengurusan Indische Partij, tapi orang semacam ini jumlahnya tidak banyak.

Bagaimana pengaruh Indische Partij ke bawah, ke masyarakat kecil atau rakyat biasa?

Saya kira pengaruhnya tidak besar. Sekitar 90 persen penduduk Indonesia waktu itu tidak mempunyai gagasan politik. Lagi pula berapa persen yang dapat membaca bahasa Belanda atau berbicara bahasa Belanda?

Douwes Dekker dikenal sebagai wartawan, sastrawan, dan politikus. Dari ketiga ini, mana yang paling kuat?

Tentu politik. Ia memanfaatkan keterampilan jurnalistiknya sebagai alat politik. Indische Partij, misalnya, dibiayai oleh hasil penerbitan korannya, De Expres.

Seberapa besar peran Sekolah Ksatrian yang didirikan Douwes Dekker dalam gerakan politiknya?

Bukan sekolah itu yang berperan besar, melainkan manusia yang dikumpulkan di dalam Ksatrian. Di situ ia berkenalan dengan Sukarno. Bahkan Bung Karno sempat menjadi guru di Sekolah Ksatrian. Menurut saya, Sukarno bukanlah guru yang baik. Ia dibebastugaskan. Douwes Dekker mempunyai pengaruh tak hanya kepada Sukarno, tapi juga kepada intelektual yang lain.

Apakah Anda yakin Indische Partij hendak memajukan persamaan hak rakyat, baik dalam hal gender, ras, maupun toleransi agama?

Hal ini bukan titik terpenting. Sejak awal Douwes Dekker lebih mengutamakan kepentingan Indo daripada Inlander. Yang lain datang kemudian. Indische Partij didirikan untuk kepentingan Indo. Douwes Dekker itu Indo karena ibunya seorang perempuan Jawa. Banyak orang tidak tahu hal ini, juga orang Belanda.

Berapa besar pengaruh Tjipto dan Soewardi dalam Indische Partij?

Pada mulanya mereka tidak punya banyak pengaruh. Douwes Dekker lebih tua daripada mereka. Mereka baru saja menyelesaikan pendidikan, Douwes Dekker mengarahkan mereka kepada gerakan kebangsaan itu. Mereka berperan penting karena merekalah yang pertama bergabung dengan partai itu.

Mengapa pemerintah Nederlands-Indië melarang Indische Partij?

Pemerintah sangat khawatir akan terjadi kerusuhan. Tentu saja Douwes Dekker sangat memahami hal ini. Alasan lain pelarangan itu, oposisi dianggap akan menyebabkan kegaduhan.

Ketika Douwes Dekker ditahan di pengasingan, apa yang dilakukannya?

Ia menerbitkan tulisan, memberikan wawancara kepada media, bertemu dengan anggota-anggota parlemen, Social Demokrat, Arbeid Partij (Partai Buruh). Tidak betah di Belanda, dia pergi ke Swiss, diikuti oleh Tjipto dan Soewardi.

Di Swiss, Douwes Dekker menyelesaikan studi PhD?

Ya, kata Douwes Dekker. Tapi, menurut sumber lain, dia tidak pernah menyelesaikan program itu. Itu sama dengan ketika ia bilang pergi ke India dan bertemu dengan kaum nasionalis India, membeli senjata. Cerita ini sangat didramatisasi.

Ketika Douwes Dekker, Tjipto, dan Soewardi berada di Belanda, apakah mereka bertemu dan mempengaruhi rakyat biasa dan mahasiswa Indonesia?

Ya, mereka bertemu dengan berbagai kalangan, Perhimpunan Mahasiswa Indonesia, juga dengan tokoh politik Indonesia. Saya tidak bisa memastikan apakah mereka bertemu dengan Sjahrir dan Hatta.

Benarkah Douwes Dekker ikut dalam Perang Petani di Afrika Selatan?

Dia ikut Boere Oorlog karena adanya gerakan nasional di Belanda. Ikut perang ini menjadi kebanggaan tiap orang Belanda, apalagi bila bisa bergambar dengan bendera merah-putih-biru. Douwes Dekker merasa bangga berkuda dengan senjata di tangan.

Apakah Douwes Dekker terpengaruh Gerakan Teosofi di Belanda?

Saya tidak tahu pasti. Mungkin, iya.

Menurut Anda, orang seperti apa Ernest Douwes Dekker itu?

Sangat sulit bagi saya menemukan sifat-sifat yang saya dapat katakan: inilah Douwes Dekker. Tapi saya melihat dia seorang oportunis. Dia begitu gampang mengubah pijakan berpikirnya. Dia selalu mengagungkan dirinya sebagai orang penting, sebagai pahlawan. Dia menulis artikel mengenai dirinya sendiri, menjadikan dirinya berbeda. Tapi dia seorang yang ingin bebas dan menceritakan siapa dia dan bukan seorang penakut.

Apakah Anda percaya dia punya peran dalam sejarah Indonesia?

Douwes Dekker salah satu di antara yang sedikit yang menulis dengan positif mengenai gerakan nasionalis, walaupun ia sendiri bukan seorang nasionalis. Dia terlibat dalam Boedi Oetomo dan menulis mengenai pendirian gerakan ini secara positif pula. Dia berperan penting dalam gerakan nasionalisme.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus