Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MEMBENAHI persoalan Ibu Kota dan membangunnya, Ali Sadikin kerap melakukan penggusuran terhadap rakyat miskin. Tak terhitung jumlah bangunan yang ia gusur karena dianggap melanggar tata kota Jakarta. Meski begitu, Ali justru ikut mendirikan Lembaga Bantuan Hukum yang bekerja membela para korban penggusuran. Berkali-kali ia berhadapan dengan pengadilan karena tindakannya itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun Ali tak marah. Dia justru senang atas berbagai gugatan tersebut. “Saya perlu dikontrol,” katanya. Ali mendukung demokrasi dan tidak antikritik. Ia berkawan dengan pers dan kerap berdiskusi dengan wartawan. Ia juga berperan dalam pendirian majalah Tempo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah lengser sebagai Gubernur Jakarta, Ali Sadikin tak ragu menunjukkan sikap politiknya yang berseberangan dengan Presiden Soeharto. Ia ikut dalam kelompok Petisi 50. Rumahnya pun kerap dijadikan tempat diskusi. Ali dan teman-temannya menerima berbagai pembatasan dari pemerintah karena sikapnya. Menolak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Oposan Selepas Jabatan"