Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Aturan Menyembuhkan Epilepsi Lewat Operasi, Tak Boleh Sembarangan

Sebelum melakukan operasi pada penderita epilepsi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan lebih dulu

17 September 2018 | 18.20 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Penyakit epilepsi umumnya ditandai dengan serangan kejang pada penderitanya. Meski belum diketahui secara pasti penyebabnya, penyakit epilepsi bisa disembuhkan, salah satunya melalui jalur operasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut dokter ahli bedah syaraf Zainal Muttaqin sebelum melakukan operasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan lebih dulu. "Kita perlu mengetahui cerita detailnya, misalnya bentuk kejangnya seperti apa itu harus bisa dijelaskan," ujar Zainal dalam seminar bertajuk “Seminar Awam epilepsi” di Menteng, Jakarta, Sabtu, 15 September 2018.

Dokter Zainal menyarankan sebaiknya orang tua atau orang lain bisa merekam bagaimana kejadian saat serangan kejang terjadi pada penderita epilepsi. Melalui video kata dia, bisa melihat gejala serta menemukan titik yang menyebabkan munculnya kejang pada penderita. “Tapi, sayangnya kebanyakan orang tua tidak tega merekam anaknya saat terkena serangan,” ucapnya.

Ilustrasi anak kejang/epilepsi. Redcross.org.uk

Selain itu syarat lainnya untuk melalui operasi adalah, penderita sudah benar-benar tidak bisa ditangani dengan obat-obatan. Sebab itu, operasi menjadi pilihan yang tepat. Ia juga memastikan operasi ini tidak akan memberi efek atau dampak apapun bagi pasien setelah melakukan proses operasi.“Saat operasi, kita hanya memotong bagian sel yang memiliki gejala kejang. Tetapi, tidak akan menggangu dan merusak bagian sel yang lainnya,” jelas Zainal.

Lebih lanjut, Zainal mengatakan penderita epilepsi yang harus lebih banyak mendapatkan perhatian dan penanganan cepat adalah anak-anak. Jika penangannya terlambat akan berdampak fatal, misalnya dapat berpengaruh pada kerja otak di mana akan mengalami kemunduran baik pada mentalnya, kognisinya, dan IQ-nya. “Berbeda dengan penanganan pada pasien dewasa yang biasanya lebih hanya untuk masalah sosialnya saja,” katanya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus