Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TIGA spanduk berukuran sekitar 1 x 3 meter bernuansa merah terpasang di persimpangan Jalan M.T. Haryono dan Jalan Kartini, Kota Semarang. Gambar dan tulisan di tiga spanduk itu seirama. Pada sisi kiri terpasang gambar Presiden Joko Widodo dan bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Ganjar Pranowo.
Di sisi kanan atas terpampang foto presiden pertama Sukarno dan presiden kelima Megawati Soekarnoputri. Foto calon anggota legislatif dari PDIP terpajang di bagian bawah kain rentang tersebut. Spanduk serupa menyebar di berbagai sudut Kota Semarang, salah satu basis partai banteng.
Ketua Dewan Pengurus Cabang PDIP Perjuangan Semarang Hendrar Prihadi menuturkan, pemasangan spanduk merupakan perintah dari pengurus pusat partai. Tujuannya, mensosialisasi Ganjar sebagai calon presiden. “Ada instruksi memasang alat peraga kampanye untuk calon anggota legislatif dan calon presiden,” kata Hendrar, Jumat, 18 Agustus lalu.
Hendrar, kini Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, menyebutkan, selain memasang spanduk, para calon legislator harus bertemu dengan masyarakat dan mensosialisasi calon presiden yang diusung partainya. Cara itu tetap ditempuh meskipun popularitas Ganjar di Semarang terbilang tinggi. Ganjar adalah Gubernur Jawa Tengah dua periode.
Di Jawa Timur, para calon legislator PDI Perjuangan juga membuat dan menebar spanduk untuk mengkampanyekan Ganjar. Pelaksana harian Ketua PDI Perjuangan Wilayah Jawa Timur, Budi Sulistyono, mengatakan kader di wilayahnya mengikuti instruksi partai agar partainya bisa memenangi Pemilihan Umum atau Pemilu 2024. “Satu tarikan napas untuk menang,” ujar Budi.
Mantan Bupati Ngawi ini ikut mengenalkan Ganjar kepada pengurus partai di wilayahnya. Menurut dia, setelah PDIP mendeklarasikan Ganjar sebagai calon presiden pada 21 April lalu, sejumlah kader di Jawa Timur masih bertanya-tanya ihwal keputusan tersebut. “Dulu masih banyak yang kebingungan, sekarang Ganjar sudah membumi di kalangan internal,” Budi mengklaim.
Baca: Macetnya Mesin Kampanye Ganjar Pranowo
Sejumlah politikus PDI Perjuangan yang ditemui Tempo bercerita, pemasangan spanduk secara seragam ini bertujuan menyolidkan kader partai dan menaikkan elektabilitas Ganjar. Belakangan, elektabilitas Ganjar turun seusai deklarasi di Istana Batutulis, Bogor, Jawa Barat.
Sigi Lembaga Survei Indonesia menunjukkan elektabilitas Ganjar sempat turun dari 35 persen pada Februari 2023 menjadi 26,3 persen pada April. Elektabilitas Ganjar kembali naik menjadi 32,2 persen pada Juli lalu. Survei Indikator Politik Indonesia juga menyatakan elektabilitas Ganjar naik dari 27,5 persen pada April lalu menjadi 31,6 persen tiga bulan kemudian.
Elektabilitas Ganjar ditengarai menurun karena sejumlah faktor. Ganjar dianggap sebagai salah satu faktor gagalnya pelaksanaan Piala Dunia U-20 karena ia ikut menolak kehadiran tim nasional Israel. Faktor lain, ia dianggap belum bisa menyelesaikan berbagai masalah di Jawa Tengah. Ganjar juga dinilai bukan pemimpin yang kuat karena dianggap petugas partai.
Mencoba menghilangkan cap sebagai petugas partai, Ganjar, menurut koleganya, belakangan jarang mengikuti acara PDIP. Ia juga mengurangi unggahan bernuansa partai di akun media sosialnya. Hingga Sabtu sore, 19 Agustus lalu, Ganjar tak merespons pertanyaan yang diajukan Tempo ke nomor telepon selulernya.
Sekretaris Tim Koordinasi Relawan Pemenangan Ganjar Pranowo, Deddy Yevri Hanteru Sitorus, mengakui pimpinan partai mengirimkan instruksi ke daerah untuk mengkampanyekan Ganjar. “DPP berkali-kali sebarkan surat ke daerah supaya pasang spanduk,” tuturnya pada Kamis, 17 Agustus lalu.
Pengurus pusat PDIP, kata Deddy, juga memerintahkan Ganjar berada di Jawa Tengah sejak 4 Agustus hingga September mendatang. Tujuannya, agar Ganjar berfokus menyelesaikan masa jabatan sebagai Gubernur Jawa Tengah, yang akan habis pada 5 September 2023. Deddy mengklaim elektabilitas Ganjar meningkat 3,5 persen meskipun ia hanya berada di Jawa Tengah.
Baca: Kenapa Jokowi Makin Condong Mendukung Prabowo Subianto?
Partai lain yang mengusung Ganjar juga ikut membantu. Juru bicara Partai Persatuan Indonesia (Perindo), Tama S. Langkun, mengatakan sudah ada pelatihan juru kampanye tim pemenangan Ganjar yang berlangsung di iNews Tower, Jakarta, pada 17-18 Juli lalu. Pesertanya berasal dari partai politik dan kelompok relawan. “Mereka akan jadi juru kampanye Ganjar,” ucapnya, Kamis, 17 Agustus lalu.
Dalam dokumen acara yang diperoleh Tempo, salah satu fokus pelatihan itu adalah penggunaan media sosial. Para juru kampanye dilatih membanjiri media sosial dengan konten positif tentang Ganjar. Mereka juga diminta tak menggunakan hard selling untuk mendapatkan simpati publik.
Beberapa konten yang dipresentasikan ialah Ganjar yang ramah, pemimpin jujur, penerus Jokowi, hingga dekat dengan keluarga. Adapun Tama mengatakan pertemuan itu memang bertujuan menggodok keunggulan Ganjar. “Kami membicarakan strategi ke depan,” katanya.
Deddy Sitorus menambahkan, istri dan anak Ganjar, Siti Atikoh Suprianti dan Muhammad Zinedine Alam Ganjar, ikut menguatkan kampanye Ganjar. Siti berasal dari keluarga Pondok Pesantren Riyadlus Sholihin di Karanganyar, Purbalingga, Jawa Tengah. Sedangkan Zinedine anak muda yang kuliah di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. “Itu kekuatan Ganjar. Bukan menyerang Prabowo,” ujarnya.
Calon rival Ganjar, Prabowo Subianto, juga melakukan sejumlah perubahan untuk menghadapi Pemilu 2024. Menurut beberapa petinggi Partai Gerindra, kini Prabowo lebih kalem, humanis, dan tak meledak-ledak. Kondisi tersebut dimunculkan dalam sejumlah unggahan di media sosial, seperti akun Instagram milik Prabowo, yang sering menampilkan Menteri Pertahanan itu tersenyum.
Misalnya, Prabowo ikut berbasah-basahan dengan sejumlah anak setelah meresmikan sebelas titik sumur bor di Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu, 9 Agustus lalu. Prabowo juga memberikan perawatan kesehatan dan boneka beruang cokelat kepada Nabila Febrianti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Unggahan instagram Prabowo Subianto saat menjenguk Nabila Febrianti, di Sumatra Utara, 13 Agustus 2023. Instagram @prabowo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nabila seorang anak yang kakinya diamputasi karena menyelamatkan kucing peliharaannya. “Salam dari Bobby the Cat untuk Nabila,” seperti tertulis dalam akun Instagram Prabowo. Bobby adalah nama kucing peliharaan Prabowo.
Baca: Siapa Calon Presiden Ganjar Pranowo?
Anggota Dewan Pembina Gerindra, Andre Rosiade, mengklaim tak ada perubahan pada sikap Prabowo. “Yang dulu itu sama seperti sekarang, original, hanya lebih rileks,” tuturnya, Jumat, 18 Agustus lalu. Andre mengklaim Prabowo menjadi seperti itu karena banyak belajar kepada Presiden Joko Widodo.
Cara-cara seperti itu dianggap ampuh untuk menarik perhatian pemilih muda. Dari 204,8 juta pemilih, ada sekitar 46,8 juta generasi Z yang lahir pada 1995-2000-an. Sedangkan pemilih milenial, atau yang lahir pada 1980-1994, berjumlah 66,8 juta orang. “Kami ingin pemilih generasi Z dan milenial suka dan memilih Pak Prabowo,” kata Andre.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Francisca Christy Rosana, Jamal A. Nashr dari Semarang dan Hanaa Septiana dari Surabaya berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Teddy Bear di Rumah Sakit"