Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BELASAN kiai berkumpul di rumah pengasuh Pondok Pesantren Ibnu Cholil, Imam Bukhori, di Jalan Halim Perdanakusuma, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, Jumat, 29 September lalu. Meriung di ruang tamu, mereka menerima kunjungan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, yang juga kandidat calon wakil presiden Prabowo Subianto.
Kunjungan itu terhitung mendadak. Imam Bukhori sedang berada di luar kota saat dikabari rencana kedatangan Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia tersebut. Ia sempat mendorong Erick datang ke pesantren lain di Bangkalan. “Pak Erick tetap minta di Pondok Ibnu Kholil. Ya sudah, akhirnya saya temui,” kata Imam kepada Tempo, Jumat, 13 Oktober lalu.
Menurut Imam, maksud pertemuan itu awalnya sebatas meminta doa dan dukungan dari para kiai agar pelaksanaan Piala Dunia U-17 di Surabaya berjalan lancar. Namun pembicaraan mulai menjurus ke politik saat salah satu kiai, Syafi'uddin Abdul Wahid, pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum, Desa Gersempal, Sampang, Jawa Timur, juga mendoakan karier politik Erick ikut moncer, khususnya menjadi calon wakil presiden dalam pemilihan presiden 2024.
Imam bercerita, doa ini disambut positif oleh Erick Thohir. Erick bahkan menyatakan kesiapannya jika dipinang oleh salah satu calon presiden. “Namun tentu lihat perkembangan politik yang ada. Karena dinamikanya cukup tinggi,” ujar Imam menirukan ucapan Erick.
Sehari sebelum mengunjungi Pesantren Ibnu Cholil, Erick mendatangi Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Di sana ia berziarah ke makam pendiri Nahdlatul Ulama, Hasyim Asy'ari, dan kuburan presiden keempat Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Tak hanya berziarah, Erick juga menemui pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Abdul Hakim Mahfudz.
Ketua Pengurus Pesantren Tebuireng Lukman Hakim menilai kunjungan para kandidat pemilihan presiden ke tempatnya sebagai hal lumrah. Ia tak kaget saat dikabari bahwa Erick Thohir mendadak akan datang ke sana. “Kalau di Tebuireng, kepada semuanya, kami selalu mendoakan agar Indonesia lebih baik ke depan,” kata Lukman, Jumat, 13 Oktober lalu.
Baca Juga:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seorang petinggi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan politikus di Koalisi Indonesia Maju menyebutkan Erick masuk ke berbagai pesantren dibantu oleh timnya di Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), lembaga yang kerap memberi bantuan untuk pesantren. Mereka adalah eks Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, dan komisaris PT Bank Syariah Indonesia, Arief Rosyid.
Di MES, Lutfi menjabat Wakil Ketua Umum, sedangkan Arief Ketua Komite Pemberdayaan dan Pembinaan Pelajar, Mahasiswa, dan Kepemudaan. Erick, Lutfi, dan Arief tak merespons pertanyaan yang dilayangkan Tempo ke nomor telepon seluler mereka.
Erick saat ini masih menjadi salah satu kandidat pendamping calon presiden dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Ada pula nama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan belakangan nama Wali Kota Surakarta sekaligus anak Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka.
Seorang petinggi Koalisi Indonesia Maju menyebut sinar Erick sebagai calon wakil Prabowo belakangan meredup. Sebab, ia dianggap kurang memiliki kedekatan dengan kaum nahdliyin. Erick menjadi warga Nahdlatul Ulama setelah ditarik oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas sebagai anggota kehormatan barisan pemuda NU, Barisan Ansor Serbaguna atau Banser, pada 2021.
Keraguan kalangan nahdliyin terhadap Erick diiyakan oleh pengasuh Pondok Pesantren Kauman Rembang, Jawa Tengah, Muhammad Zaim Ahmad Ma'shoem. Menurut Zaim, persoalan itu juga dibahas dalam obrolan delapan kiai nahdliyin bersama Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, pada Sabtu, 16 September lalu.
Zaim bercerita, para kiai mempertanyakan proses kaderisasi Erick sebagai warga NU yang sangat cepat. Mereka juga membandingkan Erick dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang jauh lebih lama menjadi kader NU. “Kader yang mulai dari kecil lebih mengerti, lebih tahu karakter masyarakat NU,” ucap Zaim kepada Tempo, Kamis, 5 Oktober lalu.
Baca Juga:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Elektabilitas Erick sebagai calon wakil presiden sebenarnya cukup tinggi. Survei Indikator Politik Indonesia pada 28 Agustus-3 September lalu menunjukkan Erick berada di posisi teratas sebagai calon wakil presiden Prabowo Subianto. Ia memperoleh 25,8 persen, jauh melampaui Gibran Rakabuming Raka dengan 14,1 persen dan Khofifah Indar Parawansa dengan 5,1 persen.
Bukan hanya Erick yang berupaya mendapatkan dukungan dari ulama Nahdlatul Ulama. Menjelang masa pendaftaran calon presiden-wakil presiden ke Komisi Pemilihan Umum pada 19-25 Oktober 2023, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto melakukan manuver serupa. Golkar tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju yang mengusung Prabowo sebagai calon presiden.
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dalam rapat kerja nasional di kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, 4 Mei 2023. Tempo/M Taufan Rengganis
Dua pekan terakhir, Menteri Koordinator Perekonomian itu rajin menghadiri acara Golkar Bersalawat yang diadakan di Tuban, Jawa Timur, dan Bandung, Jawa Barat. Golkar menghadirkan pemimpin Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah, sebagai pedakwah utama.
Wakil Ketua Umum Bidang Komunikasi dan Informasi Golkar Nurul Arifin mengatakan acara tersebut dilaksanakan untuk melihat massa pendukung Golkar secara nyata. “Jika Pak Airlangga yang maju, pastinya kader Golkar di setiap wilayah akan bersemangat untuk memenangkan pasangan ini,” kata Nurul, Jumat, 13 Oktober lalu.
Meski nama Airlangga masuk bursa kandidat calon wakil Prabowo, elektabilitasnya masih sangat rendah. Dalam survei Indikator Politik Indonesia yang digelar pada 28 Agustus-3 September lalu, elektabilitas Airlangga hanya 0,8 persen dan berada di urutan ke-14 dari 19 nama kandidat cawapres.
Meski begitu, Nurul Arifin menyatakan partai beringin tetap konsisten mengusung Airlangga sebagai calon wakil Prabowo, sesuai dengan mandat musyawarah nasional Golkar pada 2019. “Tentunya semua program kami arahkan ke sana,” ucap Nurul.
Siapa calon wakil presiden Prabowo juga dibahas dalam pertemuan para ketua umum partai Koalisi Indonesia Maju di rumah Prabowo di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Jumat, 13 Oktober lalu. Dalam berbagai pertemuan sebelumnya, Golkar membawa nama Airlangga Hartarto. Sedangkan Partai Bulan Bintang meng-endorse ketua umum mereka, Yusril Ihza Mahendra.
Adapun Partai Amanat Nasional tetap menyorongkan nama Erick Thohir. Partai Demokrat juga punya jagoan sendiri, yakni Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Ketua Badan Pemenangan Pemilu Demokrat Andi Arief mengatakan Prabowo membawa nama putra Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, dan Khofifah. “Partai-partai berupaya meyakinkan, tapi akhirnya semua menyerahkan ke Pak Prabowo,” ujar Andi Arief, Rabu, 11 Oktober lalu.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Francisca Christy Rosana dan Mustofa Bisri dari Bangkalan berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Sinar Redup Dua Menteri"